webnovel

Demo?

"Kerjasama? Haha, bisa apa kalian? Kerjaan kalian kan cuma belajar. Lagian gue juga tau, kalian pasti mendukung sistem belajar terbaru sekolah kita kan?" Nabil sedikit emosi karena Vhanna mengatas namakan Neyla untuk bertemu dengannya.

"Lo juga tahu kan, sistem belajar itu ga semua anak eksak setuju? Itulah kenapa gue ngumpulin surat protes dari anak-anak IPA, meski nggak semua, tapi kalau kita kerjasama gue rasa sekolah bakalan mengerti. Apalagi gue punya solusi lain yang bisa menguntungkan kedua belah pihak." Jelas Vhanna.

"Solusi? Maksud lo?" Nabil bingung.

"Ini!" Vhanna menyerahkan sebundel buku, bertemakan pendidikan.

"Elo yakin sekolah akan menerimanya?" Tanya Nabil memastikan.

"Tentu saja gue nggak yakin, tapi kalau kalian gabung sama kita, gue yakin pihak sekolah akan mempertimbangkannya" Sambungnya.

Tiga hari kemudian...

"Ini, gue udah ngumpulin surat ini. Jam berapa kita ketemu kepsek?" Tanya Nabil bersemangat.

"Jam 10an, tapi hanya gue yang kesana."Jawab singkat Vhanna.

"Maksudnya?" Nabil merasa ada yang aneh.

"Hanya satu orang yang Bisa menemui kepsek. Sìorry, gue nggak bilang hal itu." Vhanna merasa bersalah.

"Nggak masalah," Ucap Nabil tahu maksud Vhanna.

Dan agak kaget dengan reaksi Nabil, dia kira Nabil akan marah juga berdebat dengannya seperti biasa.

"Good luck!" Ucap Nabil kemudian pergi.

'Kenapa tuh anak' Vhanna mengerutkan kening karena bingung.

***

"Gimana Vha, gimana?" Tanya Neyla penasaran, ia sudah mondar mandir sejak setengah jam yang lalu, saat Vhanna pergi menemui kepala sekolah.

"Gue nggak tau, tapi kepsek bilang bakalan mempertimbangkan permintaan kita." Vhanna terlihat kecewa karena tidak langsung mendapatkan keputusan dari pihak sekolah.

"Ya udah Vha, jangan kecewa gitu. Kamu kan udah berusaha semaksimal mungkin." Hibur Neyla, ia sangat tahu bagaimana usaha Vhanna membujuk teman-temannya yang tadinya bakalan ikut memprotes di depan ruang piket bersama anak-anak Sos.

Seminggu yang lalu ...

"Eh, lo denger nggak, katanya yayasan bakalan ngeadaptasi sistem belajar baru untuk kelas XII lho. Trus trus katanya belajarnya itu full day, dari jam 7 pagi sampe jam 7 malem." Ucap salah satu dari dua orang siswi sedang mengobrol.

"Masa sih? Bukannya itu rumor doang?" Tanya yang lain.

"Beneran, gue denger denger diruang guru tadi. Katanya guru-guru dipanggil kepsek buat ngomongin hal itu. Makanya sekarang kita belajar mandiri." Siswi itu menjawab.

Akhirnya rumor itu sampai kesemua anak kelas XII.

Di kelas Sosial.

"Gila, kalo beneran belajar sampe jam 7 malem, kapan gue sampe rumah?" Ucap siswi di salah satu kelas Sos.

"Iya parah banget ya, kayaknya kita harus protes deh." Siswa yang lain menyahuti.

"Ayo kita demo." Usul yang lain.

"Iya iya. Setuju banget. Ayo ayo." Yang lain setuju.

Di kelas Eksak.

"Masa sih beneran?" Siswi Eksak 4 tidak percaya.

"Wah asik banget ya, bisa ada tambahan jam belajar." Siswi Eksak 1 senang.

"Asik? Asik apa? Lo kira ni otak dibuat dari ape, belajar sampe jam 7 malem? Sampe jam 2 siang aja, kita harus pulang jam 4 karena tugas-tugas yang numpuk. Gimana pulang jam 7?" Siswa Eksak 4 nggak suka.

"Kayaknya kita harus ikut anak anak Sos buat demo deh." Ajak siswa Eksak 4.

"Demo? Demo apaan? Kalian ngomongin apa sih?" Vhanna bingung karena baru datang dan mendengar kata-kata demo

"Itu Vha, masalah full day school." Jawab Neyla.

"Itu kan belum dipastikan, baru rumor. Jadi kita nggak bisa main protes dengan demo. Kita tunggu pengumuman pastinya." Ucap Vhanna berusaha menenangkan.

"Kalau udah di umunin, nanti keburu jadi. Kita harus segera bergerak dong Vha," Yang lain ingin segera bergerak.

"Ya udah, kita cari tau dulu. Supaya kita nggak salah langkah." Vhanna menenangkan mereka.

Dua hari kemudian...

"Gimana Vha?" Tanya teman sekelasnya.

"Pihak sekolah bilang, sistem belajar usulan yayasan masih di kaji ulang oleh bidang kurikulum. Jadi, pihak sekolah meminta kita menunggu kepastian rapat." Jelas Vhanna.

"Tapi kalau itu bener dilaksanakan gimana? Kita harus gerak cepet dong Vha." Siswa Eksak 2 protes.

"Tapi pihak sekolah pasti mempertimbangkan hal yang paling baik untuk kita semua." Ucap Vhanna.

"Elo ngebela pihak sekolah?" Siswa yang lain marah.

"Ngga, bukan gitu. Gimanapun juga kita harus tahu kepastiannya terlebih dahulu. Kalau kita main demo saja tanpa tahu hal lebih lanjut, itu akan merugikan kita semua." Vhanna berusaha menenangkan teman-teman yang terbawa emosi.

***