webnovel

KITTY PO 4

Sejak saat itu, hubungan Mile dan Apo pun menjadi dekat. Atau ... setidaknya ada kemajuan daripada sebelumnya. Apo mengganti kontak 'Om-om Suka Senyum' menjadi 'Phi Mile' sebelum pulang dari kafe.

"Oh, iya. Ha ha ha. Bicara kesana kemari belum kenalan. Aku Mile. Mile Phakphum Romsaithong, Po. Salam kenal," kata Mile. "Kalau kau sendiri? Apo siapa?"

"Apo Nattawin Wattanagitiphat."

"Oke. Bagus. Sampai jumpa di lain hari," kata Mile. "Panggil aku Phi saja mulai sekarang."

"Iya ... Phi," kata Apo sedikit kaku. Dia, Masu, dan kesebelas temannya pun melotot. Sebab Mile menyetir mobil mewah hari itu. Dia makin tampan saat pamit sambil melambaikan tangan. Senyum Mile pun menggoda hati bagi siapa pun. Tapi kenapa harus dirinya? Apo benar-benar tak habis pikir. Hal yang membuatnya merasa segan, kalau pun dia benar-benar inkarnasi kekasih Mile, berarti ini keberuntungan.

[Papa: Nak, besok Papa diajak ketemu orang bernama Mile. Katanya dia dapat nomor kami darimu. Mama juga. Benar kau memang melakukannya?]

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Apo berdebar. Ih, demi apa sih? Apo memang masih sekolah. Ditemui Mile kemarin lusa jelas di luar kendalinya! Apo sampai tak fokus belajar. Dia menutup LKS. Lalu menjawab chat ayahnya dulu.

[Apo: Iya, dia minta. Katanya mau bicara sama Papa-Mama langsung. Apa Papa sudah diberitahu kenapa? 🥺]

[Papa: Sudah, kira-kiranya ya begitu. Minta izin]

[Papa: Cuman Mama ini syok. Dia pingsan. Jadi yang bales hape Mama juga Papa]

Apo langsung takut dimarahi.

[Apo: Maaf, Papa. Phi-nya kemarin mau begitu 😔]

[Apo: Aku janji tidak pacar-pacaran kok Pa, Ma. Aku cuma tidak enak karena Phi-nya baik sekali. Jahat dong nanti 😢]

[Apo: Aku benar-benar minta maaf 😭]

Apo malah tidak dibalas. Hanya di-read.

Makin membuat remaja itu tak tenang di asramanya. "Ih, Papa ...." katanya sambil mengucek mata. "Apo janji besok ulangannya dapat nilai 100 ...."

***

Sementara itu, di kediaman Keluarga Wattanagitiphat. Ibu Apo, May baru bangun dari pingsannya. Dia diberi minum oleh sang suami, Man. Namun hebatnya langsung bertanya bagaimana kelanjutan telepon tadi. Betulan tidak sih? Mile Phakphum Romsaithong yang itu? Mereka pernah melihatnya di koran bisnis! Serius! Daripada memikirkan restu atau tidak, Man dan May lebih penasaran apakah Mile yang mereka bayangkan sungguhan mengajak bertemu. Setidaknya kalau hadir di depan mata mereka baru yakin. Hanya saja--SUMPAH APO! Anak mereka yang baru 15 tahun itu sudah pintar cari pasangan hidup! MENURUN DARI SIAPA MEMANGNYA?! Perasaan Man dan May anteng sampai tua begini.

"Bagaimana, Ma? Besok ketemu?"

"Iya lah. Pengen lihat!"

"Ya ampun ...."

May memelototi foto profil WhatsApp Mile sekali lagi. "Ya, paling tidak bertemu dulu. Kalau menikah muda jangan lah. Apo itu masih kecil. Tapi kok bisa sih? Kok bisaaaaa?"

"Apo harus ditanya lain kali. Papa setuju kalau bertemu dulu."

"Ya ampun, aku memang suka memberi makan kucing jalanan, tapi please. Ini hadiah yang terlalu besar. Aku sudah tak tahu lagi."

"Hmmhh ...."

Man pun menghela napas panjang. Dia membicarakan soal Mile semalam suntuk dengan istrinya. Menimbang berkali-kali apa memperbolehkan Apo versi 17 tahun dipacari. Mile bilang sementara Apo mau dikawal sampai legal. Kalau pria itu cuma main-main, sepertinya Mile takkan begitu.

"Misal ditolak, Apo makin bahaya tidak sih, Pa?" tanya May. Di balik selimut mereka hadap-hadapan. Keduanya masih cukup muda, tapi rasanya hampir ambil menantu. "Maksudku, di usia segitu tetap saja hormon. Kalau sekarang dilarang, nanti dia pacarannya malah di belakang kita. Diam-diam kan tak bagus karena pernah kita tolak."

"Ya, memang. Papa berpikir lebih baik diberikan kesempatan dulu," kata Man. "Tapi awas kalau Apo diapa-apakan sebelum legal, hmm ... tinju Papa ini pasti langsung melayang!"

May pun tertawa geli. "Ha ha ha ha. Aku pasti mau ikut menggamparnya lah Pa. Minimal ya."

"Harus."

"Bagus."

Mile pun segera membuka chat orangtua Apo begitu masuk. Dia juga tutup laptop. Sepenuhnya ketar-ketir karena penasaran jawaban mereka.

[Paman Man: Ya sudah. Dampingi jadi adik dulu. Jangan macam-macam. Apo kecilku tak boleh lecet. Besok Ibunya kubawa sekalian ke tempat janjian. Awas telat]

Mile refleks tersenyum lebar.

[Mile: Ya, terima kasih, Paman]

Pria itu juga menyapa kuburan si kucing. Wajahnya betul-betul bahagia setelah sekian lama. "Hai, Kitty Po," katanya di dalam hati. "Aku hampir sampai menjemputmu ...."

***

"IH YA AMPUN?! BETULAN?!" semprot Masu pagi harinya. Di sekolah, Apo pun menjambak seragam sahabatnya ke pojokan kelas. Dia menyuruh Masu diam dengan jari. Lalu memperlihatkan hasil chat Mile dengan ayahnya. "Astaga, Po. Buset. Si Om-om geraknya cepat sekali! Jadi, Papa dan Mamamu ketemu belio hari ini, dong? Nanti malam? Di restoran? Fancy dinner sambil mengobrol soal dirimu?!" katanya penuh drama.

"Ssshh, shhh, shhh ...." kata Apo panik. Masu pun membekap mulutnya. Dia diam. Karena Apo hanya mengizini anak BT tau selain dirinya. Jika orang lain, jangan lah! Toh terlanjur sudah diajak kong kali kong! Anak-anak BT sih santai, walau akhirnya meledek juga.

"Wah! Selamat atas hot daddy-nya, Po. Bagi PJ!"

"Iya dong, PJ PJ! Minimal Chimorry dan Yakult!"

"Sama Nutella lah! Es krim! Aku maunya SliverQueen!"

"Arrrggghhh! Aku tidak punya uang!" kata Apo marah-marah. Dia malah manyun saat mereka tertawa. Sebab Apo sendiri yang akan menghadapi si Mile yang berwujud pria perkasa. "Takut ...."

"Hmm, iya sih. Tapi ngeri juga ya wak. Pasti otong-nya besar di bawah sana. Berumur lagi woy! Ini tak seperti kau ditaksir cowok sembarangan dari pinggir jalan," komentar Nodt yang akhirnya meredakan suasana.

"Ha ha ha ha ha. Pinggir jalan dooong. Sial ... walau aslinya memang begitu." kata Win. "Tapi serius, lho. Om-om kemarin memang ganteng sih, kece juga. Kutebak dia punya kotak-kotak di perut. Widihhhh ...."

"Setuju, Po. Aku suka style bajunya. Pake hoodie hitam makin nyess!" kata Perth. "Sabi lah ya, diajak jalan terus diporotin buat beli jajan takkan berasa kehilangan. Hei, pasti dompetnya tebal sekali. Ihirrr ...." sahutnya makin menjadi-jadi.

"Ya ampun, anak emak dan teman krucil-ku. Kalau begitu semoga kau memenangkan hati Om Hot saja lah, Po. Biar jatah menang bulu tangkisnya buatku saja. Bagaimana?" kata Gulf sambil merangkul Apo dari belakang. "Keberuntungan jangan diborong semua."

Obrolan itu pun berlanjut hingga semakin ricuh. Sebab anak BT lain ikut menimbrung. Apo tentu diberi semangat, walau dijatuhkan lagi. Lalu diberi pujian, walau diledeki juga. Biasa lah. Perkumpulan anak lelaki. Punya gebetan saja di-suit-suit, apalagi yang tarafnya serius? Wah, Apo. Dia memang menyalip semua orang ....

[Phi Mile: Minggu depan libur sekolah kan, Po? Boleh tidak Phi jemput ke asrama buat jalan? Kemana pun terserah. Tapi jika sibuk tak apa]

Malam itu Apo pun jantungan karena diajak kencan. Sampai-sampai dia menyemburkan susu putih dari dalam gelas. "Uhuk! Uhuk! Uhuk! Uhuk! Ugh ... Mama, perih ...." katanya sambil memegangi hidung yang kemasukan cairan. Usai cuci muka Apo baru membalas, tapi remaja itu langsung dikejutkan notifikasi lain usai balasannya terkirim.

[Pelanggan, saldo ICBC Anda berhasil diisi 116.437,02 baht dari nomor XXX-XXXX bla ... bla ... bla ....]

"A-Apa?!" kaget Apo. Lalu duduk tegak untuk menenangkan diri. "Tunggu dulu, tunggu dulu, tunggu dulu. Phi Mile tahu rekeningku dari mana ya? I-Itu kan dibuat atas nama Ayah--" Belum sempat dia mengecek notif yang tadi, balasan dari Mile ada lagi secara berturut-turut.

[Phi Mile: Bagus. Minggu depan Phi akan menjemputmu jam 7. Siap-siap]

[Phi Mile: Oh, iya. Yang barusan buat jajanmu seminggu. Sampai jumpa :)]

Bersambung ....