webnovel

SANG PENJAGA TERAKHIR

No. 1 WPC #116: Pimpinan Pria - Makhluk Mitos. _____ Cindaku adalah sosok misterius yang diyakini sebagai manusia yang memiliki kemampuan magis dan dapat merubah wujudnya menjadi harimau atau setengah harimau di tanah Sumatra, terutama di Jambi dan Sumatra Barat. Cindaku juga diyakini sebagai penjaga hubungan manusia dan harimau tetap berada pada jalur semestinya. Sementara Mori adalah seorang remaja yang memiliki kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasatmata. Suatu hari, ketika Mori menolong warga dan polisi hutan yang tersesat di hutan setelah melakukan penyergapan penebang liar karena melintasi daerah terlarang, secara tidak sengaja Mori bertemu langsung dengan Cindaku yang selama ini hanya dianggap mitos turun temurun.   Selain bertemu Cindaku, Mori juga bertemu dengan sosok tak biasa bernama Idris yang memiliki kekuatan dan pengaruh luar biasa! Idris mengatakan jika Mori bisa memilih hidup berdampingan dengan makhluk mitos atau mengabaikannya. Setelah pertemuan tidak sengaja Mori dengan Idris, Mori juga bertemu makhluk-makhluk lain yang selama ini dianggap mitos satu persatu. Hingga Mori terlibat langsung, mau atau tidak mau dan membuat Mori harus memilih seperti yang dikatakan Idris. Akankah Mori menerima setiap keanehan yang muncul di kehidupannya atau mengabaikan semua yang ada? Ikuti lanjutan kisah petualangan ini dalam SANG PENJAGA TERAKHIR! *** Up date setiap hari Minggu.

Ai_S_Sena · แฟนตาซี
Not enough ratings
211 Chs

21. Musuh Atau Teman?

David menarik nafas yang dalam, mencoba bersabar setiap kali meladeni Mori. David lalu memegang apa yang dikatakan sebagai telinga oleh Mori. Melakukan gerakan lain seperti menyisir rambut dengan jari kedua tangannya bercakar dan berbulu hingga ke pangkal lengan. "Kamu lihat, ini rambutku yang berdiri sendiri membentuk seperti telinga!"

Mori mengangguk beberapa kali, cukup mengerti jika itu memang rambut, namun tetap saja ada yang tidak dimengerti olehnya. "Tapi kenapa rambutmu tiba-tiba modelnya bisa membentuk seperti itu?! Aku serius bertanya, jadi ayo jawablah!"

"Aku tak punya kewajiban untuk memberimu jawaban!"

Mori menghela nafas. "Dasar pelit. Kenapa kamu selalu pelit dari dulu?!"

"Sejak kapa memangnya kita jadi teman dan aku jadi pelit kepadamu yang bukan temanku!"

"AH! Benar juga katamu."

"Ahem!" Miranda memotong pembicaraan tidak penting ketika ia dalam mode perubahan setengah Cindaku. Dengan telinga di atas kepala, cakar panjang dan tangan berbulu hingga ke pangkal lengannya Miranda bersedekap memperhatikan pembicaraan antara Mori dan David yang tampak seperti percakapan teman yang sering berdebat. "Kalian ini sebenarnya berteman atau musuh?"

David melihat kepada Miranda. "Kami bukan teman!"

Mori mengangguk. "Benar."

"Kalau musuh kenapa kalian malah asyik berbual di tengah pertarungan?!"

Mori dan David saling pandang. Mori lalu berkata. "Kalau musuh, memang harus selalu bertarung memangnya?"  

"Biasanya begitu dalam dunia makhluk mitos." Jawab Miranda.

"Sebenarnya aku tak ingin bertarung. Cukup dengan unjuk prestasi seperti biasanya untuk memperlihatkan siapa yang lebih baik sebenarnya sudah cukup untuk menutup mulut bocah tengil tukang bully itu!" ucap David datar kemudian lanjutnya. "Tapi, seperti perkataan nona Cindaku yang terlihat seperti sedang cosplay jadi harimau itu..."

"Hei! Jaga mulutmu itu!" potong Miranda yang selalu kesal jika ada yang mengatakan ia tampak seperti sedang cosplay.

David berdehem, merasa canggung Miranda jadi tersinggung. "Akan aku ulangi..."

"JANGAN COBA-COBA MENGATAKAN KATA TADI LAGI!" Miranda kembali memotong, memperingatkan. Tangan kanannya yang bersedekap ia angkat dan mempermainkannya sambil mengeluarkan cakar panjang dan tajam.

David diam saja mendengar perkataan Miranda. "Akan aku ulangi! Seperti perkataan Nona Cindaku itu, dalam dunia makhluk mitos musuh adalah musuh!"

Miranda masih berdiri dengan santai. Tangan kiri menahan siku tangan kanan yang masih asyik memainkan jari jemarinya yang memiliki cakar panjang. "Mundurlah Mori!" Miranda memperingatkan.

Tanpa komentar apa-apa, karena telah tahu betapa dahsyatnya kekuatan makhluk mitos, Mori segera mundur dan berlindung di balik pohon terdekat agar ia tidak terlempar seperti sebelumnya.

Ketika Mori berlari untuk berlindung, David telah melakukan serangan terlebih dahulu kepada Miranda. Benturan dua kekuatan makhluk mitos itu hampir membuat Mori terpental andai ia tidak segera melompat untuk bersembunyi ke balik pohon.

[Gila! Kekuatan makhluk mitos ternyata sungguh luar biasa! Bisa mati muda kalau kena serangan langsung salah satu dari mereka!]

Setelah benturan dua kekuatan itu berkurang, Mori yang menyandari pohon kini mencoba melihat jalannya pertarungan. Mori masih belum bisa melihat dengan jelas betapa cepatnya gerakan David dan Miranda. Mori menutup mata, menarik nafas yang dalam, ia berkonsentrasi dengan kemampuannya yang dapat melihat makhluk tak kasat mata. [Semoga aku bisa melihat gerakan mereka!]    

Ketika Mori membuka kembali matanya perlahan, awalnya yang terlihat masih kilasan warna dari baju yang dipakai Miranda dan David saja yang terlihat, tetapi setelah matanya terbuka sempurna barulah Mori dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa dahsyat pertarungan makhluk mitos yang sedang terjadi di depan matanya!

Jurus-jurus silat dengan kombinasi cabang bela diri yang diketahui Mori saling berbenturan kuat, melebihi kekuatan manusia biasa! Selain itu juga tampak semacam kekuatan aneh dari makhluk mitos yang baru pertama kali terlihat oleh Mori.

[Itulah kenapa aku bisa mati muda kalau hanya berbekal kemampuan manusia biasa menghadapi David atau pun Miranda!]  

Dalam persembunyiannya Mori hanya mampu melihat saja, tanpa bisa melakukan apa-apa. Mori cukup tahu diri untuk tidak merasa sok seperti biasanya ketika berhadapan dengan David. Kali ini kekuatan mereka jauh berbeda! Sama seperti langit dan bumi.

Karena itulah Mori tidak ingin merepotkan Miranda yang tengah bertarung dengan David. Kalau ia keluar dan mengeluarkan kata-kata provokasi seperti biasanya untuk memancing kemarahan David, hanya akan membuat Miranda kerepotan untuk melindungi dirinya sekaligus bertahan menghadapi David.

"Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi?!" tiba-tiba terdengar suara dari belakang Mori yang membuat Mori terkejut bukan main dan terlompat keluar dari persembunyiannya, namun sosok bertubuh tinggi besar yang mengejutkan Mori segera menarik kerah bagian belakang kemeja sekolah Mori agar bisa kembali bersembunyi.

"Vino?! Kamu sangat mengejutkanku!"

Vino nyengir melihat ekspresi Mori yang sangat menghibur baginya. "Keluarlah dan bantu Miranda!"

"Apa?! Memangnya aku bisa membantu apa? Itu pertarungan antara makhluk mitos yang secuil kekuatannya saja tak aku miliki! Jadi itu mustahil!"

Vino yang berpakaian ala tentara serba loreng plus sepatu botnya menatap Mori dengan memiringkan kepalanya ke kiri sesaat. Vino melihat ke depan, ke arah Miranda dan David yang sedang bertarung. "Sebenarnya itu bukan pertarungan antara makhluk mitos seperti yang pernah aku lakukan dengan Miranda di kediaman Tuan Idris."

"EH?! Bukan?! Dari sisi mananya?"

"Kalau Miranda serius, sudah dari awal teman sekelasmu itu dihabisinya!"

"Lalu itu apa?" Mori menunjuk ke depan, di tengah lapangan sekolah yang sepi dan remang-remang di mana Miranda dan David tengah bertarung.

"Hanya sekedar olah raga biasa itu bagi Miranda." Ucap Vino yang berdiri di luar persembunyian Mori dengan bersedekap memperhatikan.

"Olah raga?! Seperti itu?!"

"Ya. Seperti kataku sebelumnya, kalau Miranda serius sudah dari tadi dihabisinya teman sekelasmu itu! Kamu harus melakukan sesuatu untuk menenangkan temanmu itu."

"Dia bukanlah temanku!"

"Baiklah. Bukan teman. Tapi begini saja ya, gampangnya. Kamu kan tak memiliki kemampuan makhluk mitos, tapi kamu tetap bisa melihat dan mengikuti pergerakan yang terjadi walau sangat cepat karena kemampuan melihat makhluk tak kasat mata yang sudah kamu miliki sejak dari lahir!"

Mori mengangguk sekali mendengar perkataan Vino.

Vino merogoh kantong celana panjang lorengnya, sesuatu berbentuk botol kecil dikeluarkan Vino dari dalam kantong celananya dan memberikan langsung ke tangan kanan Mori. "Itu botol berisi garam. Kamu siramkan isi garam itu kepada 'bukan temanmu' itu!"

"EH. Buat apa?" Mori bingung sendiri.

"Temanmu itu kerasukan sesuatu yang tidak diinginkannya! Ayo bantu dia buat sadar kembali!"

Mata Mori membulat mendengar ucapan Vino. "Kerasukan sesuatu yang tak diinginkan? Maksudnya kekuatan makhluk mitos..?"

Vino menoleh memperhatikan Mori yang berdiri di sampingnya memperhatikan dirinya yang bertubuh tinggi. Vino mengangguk dan menepuk pundak Mori. "Benar. Selalu ada yang membelot, namun tidak semua pembelot itu yang tidak baik! Seperti kamu, yang bebas memilih mau membantu 'bukan temanmu' itu."

Mori menggenggam botol kaca kecil dan tipis yang jika digenggam kuat sedikit saja pasti pecah. Mori sedikit bingung, ia bukanlah tipe orang yang bisa melihat orang lain kesulitan di luar keinginan orang tersebut. Walau sebenarnya Mori juga suka membuat keributan di sekolahnya. "Baiklah! Untuk kali ini saja! Tapi..." ucap Mori tampak telah memantapkan pilihannya menatap ke depan.

"Tapi apa?"

Mori kembali melihat Vino yang tinggi tepat di sampingnya. "Bagaimana caranya aku mendekat untuk menyiramkan garam ini...?!" keluh Mori.

Vino menarik nafas yang dalam dan menghelanya dengan tertawa kecil. "Gunakan mulut racunmu yang penuh sindiran provokasi itu!"

"Eh. Oh, bisa gitu ya? Hehehehe..." Mori malah tertawa dengan polosnya yang membuat Vino geleng-geleng kepala diiringi tawa.