webnovel

Revenge Marriage

18+ Revan Maheswara, seorang pengusaha sukses yang memiliki masa lalu kelam karena sang ayah meninggalkan dirinya bersama sang ibu dan kakak demi wanita lain. Untuk menuntaskan dendam nya, Revan menikahi seorang gadis cantik bernama Davina Deolinda yang tak lain adalah kekasih Dilan Arsenio, adik tirinya sendiri. Pernikahan tanpa adanya cinta itu, membuat Davina selalu merasa takut dan kesepian karena sifat dingin dari suaminya. "Aku mencoba menjadi kuat selama ini. Tapi, sejujurnya aku sangat merasa takut dan kesepian." - Davina Deolinda. Hingga rasa cinta Revan itu perlahan hadir karena kesabaran Davina yang mencoba dengan tulus untuk mencintai nya, dan melupakan Dilan sang mantan kekasih. "Aku berniat melepaskan semuanya. Tapi, kau tidak melepaskan aku. Kau terus mengingatku dan terus membuatku merasa bersalah." - Revan Maheswara.

Wintermyne · สมัยใหม่
Not enough ratings
114 Chs

Perlawanan Davina

Jam menunjukkan pukul 3 sore, Davina baru selesai mandi dan berniat untuk bersantai menonton Drama Korea yang sudah ia nantikan episode nya. Wanita itu menyamankan posisinya berbaring tengkurap di atas ranjang king kize nya.

Tangan cantiknya perlahan membuka notebook miliknya dan bersiap untuk memutar Drama kesayangan nya itu. Hingga niat nya terhenti karena mendengar dering ponselnya dari atas meja riasnya.

Dengan malas, Davina bangkit dari rebahan nya dan mengambil ponsel tersebut. Keningnya mengernyit heran ketika melihat nama Nara yang terpampang jelas di layar benda pipih itu.

"Nara? Tumben sekali dia menghubungi ku, apa ada masalah?" gumam Davina, lalu segera mengangkat telepon dari Nara.

"...Halo?" suara Nara dari seberang sana.

"Iya. Ada apa Nara?" sahut Davina.

"Bisakah kau menemui ku sekarang? Aku sedang bersama dengan Mama. Aku butuh bantuan mu," pinta Nara yang terdengar sangat panik.

"Kalian baik-baik saja bukan? Apa bibi terluka?" tanya Davina mulai ikut panik.

"Lebih baik kau segera ke sini dan jangan membuang waktu. Aku akan mengirimkan alamatnya!" jawab Nara tegas dan segera mengakhiri telepon nya.

Davina terdiam melihat ponsel yang ada di genggaman nya itu. Wanita cantik itu masih bingung dengan maksud Nara yang tiba-tiba ingin mengajak nya bertemu. Memang benar jika selama Davina menikah dan tinggal bersama dengan Revan, mereka sudah tidak bertemu lagi.

Tapi bukankah cara Nara meminta Davina untuk menemui dirinya tidak cukup sopan? Seharusnya Nara lebih dahulu menjelaskan apa yang terjadi sebelum menutup telepon nya.

Hingga tidak lama kemudian pesan masuk dari Nara di dapatkan oleh Davina. Alamat itu menunjukkan bahwa Nara dan bibi nya sedang berada di pusat perbelanjaan kota. Sepertinya mereka berdua habis bersenang-senang seperti biasanya.

Davina pun hanya bisa menghela nafas dan tersenyum tipis. Ia sudah tau pasti bagaimana sifat sepupu nya itu. Dengan perlahan Davina berjalan membuka pintu lemari nya untuk berganti pakaian.

Ya, tentu saja Davina akan berangkat menemui Nara dan juga bibi nya itu. Meskipun Davina belum tau alasan apa yang mengharuskan dirinya datang menemui Nara, namun Davina tidak sekejam itu untuk membiarkan saudaranya mengalami kesulitan dan jelas-jelas membutuhkan bantuan darinya.

***

Di sisi lain, Nara dan Sarah sedang sibuk memilih beberapa pakaian mahal di dalam butik terkenal di dalam pusat perbelanjaan kota. Dua wanita itu sudah memilih banyak baju dan juga beberapa gaun yang harga nya cukup mahal.

"Apa kau yakin kalau Davina akan kemari? Apa anak itu tidak curiga?" tanya Sarah pada putri tunggal nya itu.

"Ck, Mama tenang saja. Mama kan tau sendiri bagaimana sifat Davina, dia hanya gadis bodoh yang bisa kita manfaatkan. Melihat kita kesusahan, pasti gadis itu akan bersusah payah juga membantu kita," sahut Nara dengan enteng nya.

Sarah terkekeh kecil mendengar jawaban dari putrinya itu. Memang benar jika Davina adalah tipe orang yang lebih dari kata baik hati. Maka tidak jarang juga jika Sarah dan Nara sering kali memanfaatkan kebaikan Davina untuk keuntungan mereka sendiri.

"Kau benar juga, entah sampai kapan gadis itu akan selalu bodoh dan mudah di kelabui. Kau memang putri ku yang paling pandai," puji Sarah pada Nara.

"Memangnya Mama punya berapa putri sehingga harus mengatakan 'paling'...?" dengus Nara tak suka.

"Hanya satu dan satu-satunya. Jangan terlalu serius, mengerti?" tutur Sarah sambil merangkul tubuh putrinya dengan sayang.

Nara pun tersenyum tipis mendapatkan perlakuan manis dari sang Mama. Mereka pun kembali melanjutkan aktivitas belanja keduanya hingga mengangkat beberapa barang mahal lagi.

Lama mereka memilih pakaian mahal, hingga Davina datang menghampiri mereka berdua.

Melihat kedatangan Davina, membuat Sarah dan Nara senang bukan main.

"Ada apa, Bi? Kenapa menghubungi ku secara tiba-tiba?" tanya Davina dengan penuh ke khawatiran pada bibi nya itu.

Sarah pun memasang wajah memelas seperti menahan tangis untuk mendapatkan simpati lebih dari Davina.

"Nara dan aku membeli beberapa baju dan gaun di sini, tapi kartu kredit Nara sepertinya sudah limit. Apa kau bisa membantu bibi membayarkan nya?" pinta Sarah memelas.

"I-iya, aku tidak tau kalau kartu ku sudah tidak bisa di gunakan. Sepertinya papa juga membatasi nya. Tolong kami Davina..." Imbuh Nara.

Sejenak Davina terdiam memandang Nara dan bibi nya itu secara bergantian. Lalu beberapa detik kemudian, Davina menghela nafas pasrah. Awalnya Davina berpikir bahwa terjadi hal yang serius pada bibi dan sepupu nya itu, namun ternyata ia di panggil hanya untuk membayar belanjaan mereka yang sepertinya jumlahnya tidak sedikit.

Cukup lama Davina terdiam membuat Nara merasa sedikit tidak sabar. Gadis itu menyenggol lengan Mama nya memberi kode untuk membuat Davina segera memberikan keputusannya apakah mau membayar belanjaan mereka atau tidak.

"Davina..." panggil Sarah pelan.

"Baiklah, aku akan membayar semua belanjaan Bibi dan Nara," Davina segera berjalan menuju kasir dan menyelesaikan pembayaran belanjaan Sarah dan Nara.

Ada lebih dari 7 kantung belanjaan, dan total yang di bayarkan oleh Davina lebih dari 15 juta. Untung saja Revan memberikan uang belanja lebih untuk Davina yang sebenarnya memang khusus untuk kebutuhan Davina, namun sepertinya Davina tidak terlalu membutuhkan itu semua.

Dengan senang hati, Sarah dan Nara menerima kantung belanjaan yang di berikan oleh Davina. Kedua wanita itu tersenyum lebar menatap Davina, padahal dalam hati mereka sedang tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana bodohnya Davina yang dengan mudah bisa mereka manfaatkan.

"Apa ada lagi yang harus ku bayar?" tanya Davina dengan ekspresi wajah yang datar.

"T-tidak ada. Terimakasih, Davina..." sahut Sarah masih dengan senyuman palsu nya.

"Lain kali jika kalian membutuhkan uang, tidak perlu membuatku kerepotan untuk datang menemui kalian berdua. Ini benar-benar membuat ku kesal," ketus Davina sambil ber-sendekap.

Tentu saja hal ini sukses membuat Sarah dan Nara terheran heran. Mereka tidak tau bahwa Davina memiliki sifat lain dari yang biasanya mereka ketahui. Memang sejak kapan Davina bisa bersikap angkuh seperti ini? Jelas ini bukanlah sifat Davina yang mereka kenal sebelumnya.

"Apa kalian pikir aku sebodoh itu? Bisa kalian manfaatkan sesuka hati kalian?" tanya Davina sambil tersenyum miring.

"A-apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu? A-aku tidak..."

"Ck, benar-benar wanita bermuka dua!" potong Davina dengan santai.

"Gadis gila. Apa begini caramu berterima kasih pada Bibi yang sudah merawat mu?" geram Sarah yang merasa di rendahkan oleh Davina.

Melihat Sarah yang tersulit emosi justru membuat Davina tersenyum remeh karena merasa apa yang ia katakan adalah benar.

"Bibi bilang merawatku? Seperti apa? Seperti Bibi yang memarahiku tanpa alasan? Memukul ku tanpa aku tau apa kesalahan ku? Atau... Bahkan bibi pernah mencelakai ku hanya karena aku memilih untuk bersama dengan kekasihku daripada merelakannya semi putri mu? Begitu kah cara Bibi merawatku?"

Pertanyaan bertubi-tubi terus terlontar dari mulut mungil Davina, wanita muda itu masih terus mengungkit bagaimana masa lalu nya ketika tinggal bersama dengan Bibi nya sendiri. Hatinya masih sakit ketika mengingat bagaimana kejam nya Sarah memperlakukan Davina.

Dulu memang Davina hanya seorang anak remaja yang lemah, namun sekarang Davina sudah dewasa dan bisa menentukan bagaimana kehidupan nya sendiri. Kini dengan segenap perasaan nya, ia memberanikan diri untuk melawan Bibi dan sepupu nya itu.

Davina harus bisa membalikkan keadaan. Ia tidak mau jika terus menerus berada di bawah kendali Sarah ataupun Johan. Sudah cukup baginya untuk mengambil keputusan dengan menikah berdasarkan perjodohan bisnis paman nya. Kini ia tidak akan mau menjadi ATM bagi keluarga paman nya itu.

"Bagiku... Setiap kalian meminta apa yang aku miliki, aku hanya menganggap bahwa aku memberikan sedekah bagi orang yang membutuhkan," ucap Davina dengan penuh penekanan.

"K-kau?!" tangan Nara melayang di udara hendak menampar Davina, namun gadis itu mengurungkan niatnya.

Sepasang manik Davina menatap Nara dengan tatapan seakan ingin membunuh nya saat itu juga. Hal ini membuat nyali Nara menciut ketakutan.

"Jika kau berani melukai anggota tubuh ku sekecil apapun itu, maka kau akan membayarnya berkali kali lipat!" ancam Davina tak main-main.

Nara pun langsung terdiam dan menurunkan tangannya. Sementara Davina langsung berjalan meninggalkan Sarah dan Nara, bahkan tanpa berpamitan.

"Jangan harap kalian bisa memanfaatkan aku sesuka hati kalian lagi. Aku memang bodoh karena tidak berani melawan kalian sejak awal, tapi jangan harap kalian akan lolos begitu saja. Akan ku buat kalian menyesali apa yang sudah kalian perbuat padaku!" ucap Davina dalam hatinya sambil tersenyum miring.

Sementara Sarah dan Nara masih berdiri di depan toko butik sambil terdiam karena terlalu terkejut dengan perubahan sikap Davina yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Sepertinya Davina sudah bukan Davina yang dulu nya baik hati dan mudah di kelabui. Ingatkan Sarah dan Nara untuk lebih berhati-hati dengan Davina, atau mereka berdua akan menyesal di kemudian hari.

***

*******