webnovel

PRO LO GUE

Hamadha Harunita

Bukan gadis biasa,  seorang wanita setengah matang tapi otaknya tidak pernah matang.

Gadis asli Indonesia, yang didalamnya tidak mengalir setetespun darah blasteran apalagi campuran.

Bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi juga bukan manusia yang tergolong kekurangan harta dalam menjalani hidupnya.

Jangan tanya kapasitas otak, karena sudah pasti dia bukanlah anak yang selalu mendapakan peringkat pertama semasa sekolahnya.

peringkat terbaik yang pernah didapatkanya memang peringkat satu, tapi itu terjadi ketika ia kelas 1 sd.

semasa smp peringkat terbaik memang peringkat 2. bahkan ia pernah masuk dalam 5 pararel se SMP saat itu, keren bukan.

sedangkan masa SMA nya beuuhhh jangan ditanya lagi, nyentuh angka sepuluh besar hanya pas kelas satu semester satu. setelahnya bahkan nilai-nilainya akan bikin orang mengelus dada.

Bukan nya kenapa-kenapa, karena bagi SMA adalah masa keemasan bagi dirinya untuk menggali bakat yang selama ini terpendam dalam dirinya, saking dalamnya dalam proses penggalian, yang tergali ternyata hal yang tidak semestinya.

Madha itu cewek yang badungnya gak ketulungan, demen maen laki ooppss !!!!  pokoknya cerminan cewek yang patut dihindari sebagai calon istri but wait, itu hanya bisa ditemui ketika dia di luar.

Saat di depan ibu bapaknya, beuuhhhh santri pesantren kalah alimnya. jangan ragukan kemampuan ngajinya, karena sejak kecil ia sudah terbiasa dengan hal-hal yang mengarah kepada kebaikan.

sering diajak pengajian, ngajinya pun bukan di tempat sembarangan. bahkan saat se-usianya baru ngaji level rendah, dia sudah sampai level yang lebih tinggi ditempat ngajinya.

Ini tentang Madha dan kepalsuan hidup yang harus dimainkanya hanya untuk membuat bahagia orang yang berada di sekitarnya, terutama ibu bapaknya, teman-temanya, bahkan siapapun yang meminta Madha untuk mengorbankan dirinya dengan senang hati akan dia lakukan.

Jalan ini sudah Madha pilih. Berliku itu pasti, terjal itu otomatis tapi jangan harap Madha bakalan nangis, karena dengan seperti ini semakin membuat hidup Madha terasa bombastis. hidupnya selama ini benar-benar membuat dia menjadi sosok yang fantastis, sekalipun otaknya agak gesrek, jauh dalam lubuk hatinya sia adalah tipe perempuan yang gampang termehek-mehek.

"Pokoknya ibu tidak setuju kalo kamu nikah sama guru honorer yang entah  siapa namanya itu." Seru ibunya penuh dengan emosi yang berapi-api.

Tidak sekali dua kali ibunya menentang hubungan Madha dengan laki-laki yang dipacari.

Bukan bermaksud memonopoli jodoh putrinya. Tapi percayalah nyonya Ava tau betul kalau selama ini anaknya berpacaran dengan pria yang bisa dikategorikan jenis luar biasa. Bahkan kadang ibinya sampai bertanya-tanya, aliran pergaulan apa yang diikuti oleh anaknya, beraagam tipe sudah pernah madha pacari.

Mulai dari anak sekolahan, anak yang suka balapan, anak yang ga punya kerjaan bahkan yang nginepnya di hotel gratisan (penjara) pernah ia jadikan teman kencan.

Sikap Madha yang selalu berlindung dibalik topeng kealiman saat berada disekitar keluarganya kini jadi bumerang bagi dirinya. Mau tidak mau ia harus kembali mununjukan sisi alim yang pwnuh swngan kepatuhan serta ketawadhu'an yang hampir membuat orang yang menyaksikam jadi ikut blingsatan

"Trus ibu maunya gimana bu???"

Tanya Madha ditengah isak tangisnya, jika orang berpikir Madha sedih karena kisahnya tidak disetujui ibunya maka anggapan itu jelas salah besar.

Madha menangis karena sebentar lagi kebebasanya akan segera berakhir oleh kata yang bernama PERNIKAHAN. gambaran pengekangan sudah jelas terpampang nyata dan itu sungguh tak bisa diabaikan begitu saja.

Madha tidak mempermasalahkan dengan siapapun dia menikah. Mada tidak peduli seberapa banyak harta yang dimiliki oleh calon suaminya kelak, karena Madha sudah sejak jaman kuliah bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri.

"Ibu tetep mau kamu menikah dengan Asya, kamu tau Madha, keluarga kita ini cukup disorot oleh tetangga karena sikap kamu yang pacaran terlalu lama dengan Asya, tapi apa sampai sekarang tidak ada kepastian kapan kalian mau serius"

"Tapi bu, ini Gara serius mau nikahin Madha, Gara bahkan siap kok ngajak bapaknya buat ketemu ibu dan ayah, meskipun saat ini Gara hanya seorang guru honorer yang gajinya tidak seberapa tapi Madha yakin Gara akan berjuang dan memperjuangkan kebahagiaan kita bu. Karena setau Madha Gara itu orang baik."

Madha tau dan sadar ini adalah pembelaan terklise yang sudah pasti basi yang pernah diucapkan di depan ibunya. Karena pembelaan seperti apapun tidak akan mengubah keputusan nyonya Ava.

"Dengar ibu Madha, kalau dia pria baik-baik seperti yang kamu katakan, maka dia tidak akan menjalin hubungan dengan wanita yang sudah jelas-jelas berpacaran selama 8 tahun."

Madha mengeraskan isak tangisnya, berharap ibunya berubah pikiran. Tapi Madha juga tau kerasnya hati seorang nyonya Ava, bahwa jika ia sudah bertitah, otomatis itu akan jadi perintah yang tidak bisa dibantah. Dan sejak awal Madha sudah kalah.

"Baik bu jika itu yang ibu dan ayah mau dan jika dia hanya dia satu-satunya pria yang ibu dan ayah kehendaki jadi pendamping ku, aku terima.

Aku tidak bermaksud apapun bu, tapi aku harus mengatakan ini diawal bahwa jika nanti terjadi sesuatu dengan rumah tangga yang ibu kehendaki, tolong jangan salahkan aku."

"Kamu jangan aneh-aneh Madha, apa yang mau kamu lakukan?"

Jelas raut panik tidak bisa terelakkan dari wajah Biru. Wanita paruh baya ini benar-benar tidak habis pikir dengan ultimatum yang diucapkan anak perempuanya.

"Tidak ada maksud apapun bu, aku hanya mengucapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi."

"Baik , Ibu yakin pilihan ibu dan ayah tidak akan mengecewakanmu, hanya Asya yang kami rasa pantas mendampingi kamu. Percayalah Madha orang tua hanya ingin yang terbaik untuk kebahagiaan anaknya."

Madha hanya tersenyum tipis sambil mengusap air mata ditengah tangisnya yang mulai mereda. Kalimat keramat itu benar-benar membuat Madha ingin pergi.

Bahkan sempat mengatur drama penculikan bersama sang pacar yang bernama Mahendra.

Madha sudah se setres aitu memikirkan masa depanyanya yang luar biasa mengejutkan.

Ia terkadang sampai bertanya-tanya pada tuhanya salah apakah dia hingga takdir mengombang ambing nya sedemikian lebay.

Ia menyadari bahwa dirinya bukanlah anak yang selalu patuh tanpa cela, Ia tau betul seberapa banyak hati yang sudah terluka olehnya. jika sebab akibat itu memang benar nyata adanya kenapa harus seperti ini pembalasan untuk dirinya???

TBC.