Jennie POV
Aku membanting alarm ke sembarang arah saat melihat jarum menunjukkan pukul 11.00. Segera ku langkahkan kaki menuju kamar mandi dan bersiap siap. Bergegas menuruni tangga menimbulkan suara gaduh yang menyita perhatian eomma-ku
"Jangan tergesa-gesa nanti kamu bisa terjatuh, nak" Aku mengabaikan eomma-ku. Sudah tidak ada waktu lagi. Aku harus segera ke sekolah.
"eomma Jennie pergi dulu" pamitku mencuri kecupan di pipinya.
"Hati hati di jalan"
Aku mengendari mobil dengan kecepatan tinggi. Menghiraukan bunyi klakson, rambu lalu lintas dan nasihat eomma-ku.
Memasuki gerbang Kim's schools dan memarkirkan mobil sembarangan.
Aku menuruni mobil berjalan melewati lorong meilhat banyak siswa berlalu lalang. Ternyata sudah memasuki jam istirahat. Jadi ku putuskan melangkahkan kaki menuju kantin.
Ku edarkan pandanganku mencari gadis yang tidak ku temui lebih dari semiggu. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat gadisku tengah makan disuapi oleh seorang yeojja.
"Aishh. Aku menantang maut untuk cepat bertemu dengannya. Dan dia sedang bersama dengan wanita lain. Ini tidak bisa dibiarkan" batinku mempercepat langkahku.
Belum sempat suapan itu masuk kemulutnya aku segera menepis tangan yeojja itu membuat sendok digenggamannya terjatuh. Semua orang yang ada di meja menatapku termasuk Lalisa.
"Apa yang kau lakukan?" tanya yeojja itu.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa yang kau lakukan?" tanyaku balik dengan tatapan tajamku.
"mwo? Kenapa kau balik bertanya?"
"terserah aku lah" jawabku sinis.
"Jangan pernah mendekati Liliku!" Suaraku meninggi.
Aku sudah tidak tahan menahan sesak di dada ditambah dengan melihat sikapnya itu. Dari semua orang yang aku temui hanya dia yang berani membalas tatapanku.
"Apa urusanmu? Dasar wanita aneh".
"Berani beraninya kau-" sudah cukup emosiku memuncak saat ini.
Normal POV
Jennie sudah tidak bisa menahan amarahnya pada yeojja di sebelah Lalisa. Dengan sengaja Jennie menumpahkan segelas orange jus keseragam yeojja itu.
"Jennie-ya" Jisoo melototkan matanya.
"Ikut aku!" Jennie mengabaikan suara riuh yang disebabkan olehnya.
Jennie menggenggam lengan Lalisa. Menariknya paksa meninggalkan kantin. Tidak ada penolakan dari Lalisa. Dia hanya meringis kesakitan meraskan cengkraman pada lengannya.
"unnie ini sakit" Lalisa yang tidak tahan lagi.
"mianhe" Jennie menghentikan langkahnya. Melepas genggaman tangannya.
Nafasnya kembang kempis meraskan sesak di dadanya. Air matanya menumpuk semakin banyak di kelopak matanya. Jika saja Jennie tidak berada di keramaian sudah dipastikan bahwa air mata itu terjun bebas saat ini juga.
Tiba tiba saja Lalisa meraih lengan Jennie mendekatkan tubuhnya dan memeluknya erat serta mengelus punggung Jennie untuk memberikan ketenangan.
"I miss u" Lirih Lalisa yang masih bisa didengar Jennie.
Akhirnya dinding pertahanan Jennie runtuh. Air matanya mengalir deras mendengar perkataan Lalisa.
Cukup lama mereka berpelukan. Hening. Tidak ada percakapan keduanya. Hingga Jennie melepaskan pelukannya meraih tangan Lalisa.
"mianhe. Ini pasti sakit" Mengecup singkat memar kemerahan di pergelangan tangan Lalisa.
"ani" Lalisa menggelengkan kepalanya.
Lalisa POV
Aku tidak menyangka jika hari ini Jennie unnie muncul dihadapanku. Tanpa aku kehendaki air mataku jatuh di pipiku. Entah mengapa aku merasa sangat merindukannya. Saat ini aku hanya ingin memeluknya. Aku menariknya membawanya dalam dekapanku.
"I miss u" lirihku. Aku merasakan basah pada bahuku saat Jennie unnie membalas pelukanku. Aku menundukkan kepala kulihat Jennie unnie menangis.
"Apa aku melukainya?" Batinku. Saat aku hendak melepas dekapanku Jennie unnie semakin mengeratkan pelukannya.
Aku menikmati pelukannya mencium kuat aroma tubuh yang aku rindukan selama ini hingga Jennie unnie meregangkan pelukannya.
"mianhe. Ini pasti sakit" aku melihat Jennie unnie meraih tanganku dan mengecup singkat pergelangan tanganku yang kemerahan.
"ani" kugelengkan kepalaku. Aku merasakan ada ribuan kupu kupu yang terbang memenuhi perutku ditambah detak jantungku berdetak lebih ribut.
"Kenapa hanya Nini yang bisa membuat Lili gila seperti ini?"
Normal pov
Saat ini Jennie dan Lalisa berada di kamar Lalisa. Jennie memaksa Lalisa membolos dan pulang bersamanya. Jennie memilih pulang ke masion Lalisa. Karena di mansionnya ada eomma-nya.
"Sejak kapan Lili punya kucing?" Jennie mengelus lembut pipi Lalisa yang tidur dipangkuannya.
Lalisa nampak berpikir keras sebelum menjawab pertanyaan Jennie.
"Satu minggu setelah Nini meninggalkan Lili" jawabnya sedikit menyindir.
Sebenarnya Lalisa menunggu Jennie untuk menjelaskan sebab kepergiannya yang tiba tiba. Tapi Jennie tidak kunjung menceritakannya bahkan membahasnya pun tidak.
"Namanya siapa?" Jennie mulai mengintrogasi Lalisa
"Leo" Lalisa
"Lili bertemu Leo di mana?" Jennie
"Di sekolah" Lalisa
"Di sekolah sebelah mana?" Jennie
"Di gerbang, Nini" Lalisa
"Saat itu Lili dengan siapa?" Jennie
"Tidak dengan siapa siapa" Lalisa.
"Kok bisa?" Jennie.
"bisa apanya?" tanya balik Lalisa
"Kok bisa ketemu Leo?" Lalisa mulai sebal dengan pertanyaan pertanyaan yang Jennie lontarkan.
Lalisa pun menceritakan kejadian dimana dia bertemu dengan kucing buntal itu hingga Jungkook oppa memberikannya sebagai hadiah ulang tahunnya. Jennie yang mendengar cerita lalisa hanya memasang wajah tidak suka.
"Baru sebentar aku tidak di dekatnya. Sudah banyak sekali yang berusaha mencari perhatian pada gadisku ini. Tidak bisa dibiarkan" batin jennie.
Selama ini Jennie bersikap posessif kepada Lalisa. Jennie bahkan membatasi pertemanan Lalisa. Hanya orang orang tertentu yang boleh dekat dengan gadisnya itu.
"Oh iya Lili. yeojja tadi siapa?" Jennie teringat kejadian di kantin.
"yeojja?" Lalisa
"yeojja yang menyuapi Lili" Jennie
"Oh, Tzuyu maksud Nini?" Lalisa
"Jangan sebut namanya!" Jennie
"Bukankah Nini tadi bertanya nama yeojja yang menyuapi Lili. Namanya yeojja itu Tzuyu, Nini" Lalisa semakin memperjelas.
"Cukup! Jangan sebut lagi namanya dan jangan berdekatan dengannya. arraso?" Jennie
"ishh, menyebalkan" lirih Lalisa
"Siapa yang menyebalkan?" Jennie menatap tajam Lalisa
"ani, Lili yang menyebalkan" Lalisa mempoutkan bibirnya
"Ini kenapa bibirnya dimajukan?" Jennie menekan-nekan bibir lalisa.
"tidak tau" Lalisa
"Baby" Jennie
Tidak ada jawaban dari Lalisa.
"Baby marah sama Nini?" Jennie
"tidak tau" Lalisa
"Kenapa baby sejak tadi marah marah terus?" Jennie
"tidak tau" Lalisa mengalihkan pandangannya dari Jennie
"Baby kok jawabnya tidak tau terus sih" Jennie tetap mengelus lembut pipi Lalisa.
"Nini menyebalkan. Kenapa bertanya terus pada Lili. Seharusnya yang bertanya itu Lili. Kenapa Nini tiba tiba pergi dan tidak mengabari Lili?" Lalisa menatap tajam Jennie.
~to be continued