"Hendra, minta tolong kepadaku? Tidak ada ketulusan, biarkan dia datang menemuiku."
Dias melirik Bonar sambil tersenyum acuh, lalu dia duduk di kursi besi, mengambil puntung rokok yang belum dipadamkan oleh meja. Dias menghisap rokoknya dengan tenang, dan sama sekali mengabaikan walikota. Bahkan Dias memanggil dengan nama depannya.
Rifki tercengang. Pria muda ini berani memprovokasi seseorang Walikota yang memintanya untuk bertemu di kantor. Dia bahkan mengatakan bahwa Walikota tidak cukup tulus.
Pada saat ini, Rifki telah sepenuhnya menyerahkan hatinya. Rifki tahu bahwa jika dia memprovokasi orang seperti itu, karirnya dalam hidup ini akan berakhir, dan sisa hidupnya akan dihabiskan di penjara.
Melihat penampilan sombong Dias, Bonar merasa marah di dalam hatinya, tetapi ketika dia memikirkan pentingnya Dias bagi Kakek Sugiono, dia menekan api amarahnya lalu terdiam. Dia berbalik ke kantor untuk memberitahu Hendra.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com