webnovel

Penjaga Kosku Pembunuh Bayaran! : Kosan Harem

Sepulang kerja, Dias hanya ingin mandi dan beristirahat di rumah warisan kakeknya di Yogyakarta. Baru saja badannya basah, tiba-tiba seorang Polwan mendobrak pintu kamar mandi! “Polisi cantik tapi ganas itu tak buang-buang waktu menuduh Dias sebagai maling -sangat kurang ajar! Wanita itu bahkan tidak tahu bahwa pria yang diserangnya adalah pemilik rumah tempat Ia menyewa kamar. Sejak kejadian itu, Dias menyadari bahwa hidupnya tak lagi sedatar dulu… Rumah besar itu akan menjadi ‘sarang’ bagi para wanita cantik yang berbakat!

NormaDrofwarc · แอคชั่น
Not enough ratings
420 Chs

Pertama Kali Bertemu

Melihat gadis berwajah bayi hampir berlari, Dias terdiam beberapa saat kemudian dia memutuskan harus memperlambat jalannya. Dia tidak ingin menakut-nakuti orang lain.

Melihat rumahnya hanya berjarak beberapa meter saja, gadis itu masih di jalan yang sama dengan Dias.

Yang membuat Dias semakin tidak menyangka adalah bahwa gadis itu berhenti di gerbang rumahnya. Gadis itu mengeluarkan kunci lalu membuka pintu dengan tergesa-gesa. Tapi karena rasa takutnya kepada Dias yang semakin dekat, dia menjadi berantakan. Gadis itu gagal memasukkan kunci ke dalam lubang kunci.

Melihat ini, Dias sangat senang karena dia tiba-tiba menyadari, bahwa gadis di depannya adalah penyewa yang belum pernah dia lihat sebelumnya, perawat bernama Nita.

Melihat Dias berjalan ke gerbang rumah, Nita bersandar ke sudut dengan ketakutan. Dia mengangkat kunci di tangannya sambil berkata, "Apa yang ingin Anda lakukan, mengapa Anda mengikuti saya? Saya beri tahu kepada Anda bahwa ada polisi yang tinggal di rumah ini, dan saya ... … Tuan tanah saya tahu seni bela diri, dan jika dia keluar, Anda akan mati. "

Tuan tanah tahu seni bela diri ...

Mendengar ini, Dias melirik Nita dan tidak bisa menahan tawa. Gadis itu terkejut, tetapi dia tidak dapat berbicara.

Dias tidak repot-repot menjelaskan. Dia hanya mengeluarkan kunci lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci dan membuka pintu dengan mudah. Mata Nita membelalak kaget.

"Kamu… bagaimana kamu memiliki kuncinya. Siapa kamu?"

Nita langsung tertegun dan menganggap Dias sebagai orang mesum yang sudah lama merencanakannya.

Dia gemetar ketakutan kemudian menjulurkan leher ke dalam rumah sambil berteriak di pintu, "Mbak Ajeng, Mbak Alisa, ke sini, ada orang cabul." Tidak berapa lama, terdengar hentakan kaki dari arah dalam rumah yang bergegas mendekat. Terlihat Alisa berlari keluar lebih dulu, dia membawa sebuah pistol hitam di tangannya. Di belakangnya telihat Ajeng yang juga terlihat sangat tegas membawa pisau dapur.

Mereka berdua keluar, melewati Dias lalu berjalan ke Nita sambil melihat ke luar, "Nita, di mana si cabul itu? Orang mesum itu akan aku tembak." Alisa bertanya kepada Nita sambil mengangkat pistol dengan ekspresi galak.

Nita melihat bahwa dua penyelamat yang dia panggil langsung mengabaikan Dias membuatnya terkejut. Nita kemudian menunjuk ke Dias sambl berkata, "Orang mesum itu ada di sini, tidak bisakah kamu melihatnya?" Ajeng dan Alisa memandang Dias lalu mereka terdiam beberapa saat. Mereka akhirnya menyadari bahwa itu adalah kesalahpahaman.

"Nita, dia adalah Dias yang aku beritahukan padamu, yaitu pemilik rumah ini, tuan tanahmu." Ajeng memperkenalkan Dias kepada Nita.

"Ah! Dia Dias!"

Nita berseru, kemudian dia ingat bahwa dia berbicara omong kosong tentang keterampilan seni bela diri tuan tanahnya. Nita merasa terlalu malu, dan yang lebih memalukan lagi, dia benar-benar menganggap tuan tanahnya sebagai orang mesum.

Meskipun masih meragukan kesalahpahaman ini, Alisa jelas tidak mau membiarkan Dias begitu saja. Alisa menodongkan pisaunya lagi lalu bicara dengan cepat, "Dias, apa yang kau lakukan? Mengapa Nita begitu takut padamu?"

"Dia tidak melakukan apa-apa, mbak. Saya sendiri yang terlalu penakut. " Nita dengan cepat menjelaskan sebelum Dias bisa berbicara.

Melihat Nita tidak menyalahkan Dias, Alisa tidak lagi menodongkan pistolnya kepada Dias. Alisa mendengus lalu berbalik menuju halaman kemudian berjalan ke dalam rumah.

"Mari kita masuk dulu. Masakanku belum matang, sayur di panci nanti bisa gosong karena kompornya belum kumatikan." Setelah Ajeng selesai berbicara, dia berbalik lalu memasuki rumah meninggalkan Dias dan Nita berdiri di pintu. Tinggal mereka berdua yang saling memandang.

Nita tersenyum canggung, lalu berkata kepada Dias, "Maaf, saya tidak tahu Anda adalah tuan tanah. Saya hanya salah paham."

"Tidak apa-apa." Dias tidak mengambil hati. Dia ingin berbicara dengan Nita beberapa hal lagi lagi tapi Nita tampaknya sedikit malu-malu. Nita diam-diam meliriknya, lalu berlari menuju kamarnya.

Saat Nita berlari, sesuatu jatuh dari tasnya. Itu adalah sebuah majalah yang jatuh dari kantong kertas yang robek di tangan Nita.

Dias yang melihat majalah itu jatuh, langsung memungut majalah itu. Karena terkena sorotan lampu halaman, Dias bisa melihat bahwa sampul majalah menyajikan gambar wanita cantik dan seksi yang memakai kamisol renda warna hitam. Tubuh indah wanita itu membungkuk, tangan kirinya memegangi pinggulnya, jar-jari tangan kanannya di bibir, dan matanya dikedipkan sebelah. Gaya wanita di sampul majalah itu terlihat sangat provokatif.

Tulisan judul di sampul majalah itu bahkan lebih provokatif.

"Apa kau tahu betapa bersemangatnya pria?"

"Tiga puluh enam teknik memberi isyarat untuk membuat pasanganmu terbang ke langit."

"Jika kau menggigit atau tidak, wanita itu yang memutuskan."

Dias terkejut saat melihat kata-kata ini. Dias melihat sampul majalah itu lagi, lalu semakin terkejut karena majalah itu juga berisi gambar-gambar kehidupan pribadi pasangan yang terkenal.

"Nita terlihat sangat lugu, terlalu membosankan untuk membaca majalah semacam ini, tapi… hehe, aku sangat menyukainya."

Dias diam-diam tersenyum di dalam hatinya. Dia melangkah lalu memanggil Nita, "Nita, majalahmu."

Melihat Dias memegang majalah di tangannya, Nita tersenyum pahit karena melihat majalah yang ada di tangan Dias adalah majalah yang jelas jatuh dari kantong kertasnya.

Nita melirik gambar wanita seksi di sampul majalah, pipinya memerah karena malu. Nita menggigit bibirnya lalu berjalan ke Dias sambil berbicara dengan tergagap, "Majalah ini bukan milikku ..."

"Bukan milikmu?" Dias menatap Nita kemudian melirik sampul majalah lalu melirik Nita lagi.

Pipi Nita semakin merona karena malu. Nita takut jika Dias berpikir macam-macam kemudian melambaikan tangannya sambil berkata, "Tidak, tidak, itu majalah saya, tapi bukan majalah saya sendiri, dokter rumah sakit yang memberi saya,"

"Ada rumah sakit masih memiliki majalah semacam ini? Rumah sakit macam apa itu? "Dias berpura-pura terkejut.

Melihat kesalahpahaman Dias, Nita buru-buru berkata, "Aku bekerja di rumah sakit biasa. Jangan menebak-nebak. Majalah ini diberikan kepada saya oleh direktur departemen kami. Dia berkata bahwa kita bisa mempelajari psikologi pria dan wanita untuk menghindari pelecehan oleh pasien pria. "

"Mempelajari psikologi pria dengan membaca majalah semacam ini?" Dias mengernyitkan dahinya kemudian berkata lagi, "Saya pikir direktur departemen Anda yang justru melecehkan Anda."

Nita mengerutkan kening lalu berkata dengan sedikit malu, "Saya tidak tahu. Saya melihat sampulnya sedikit lalu saya hanya memasukkannya ke dalam tas. Saya belum membaca isinya. Apa yang tertulis di situ? "

Dias melihat ekspresi Nita yang gugup, jadi dia tidak menggodanya lagi. Dias berkata sambil tersenyum, "Tulisan di dalamnya berisi kehidupan pria dan wanita setelah menikah. Kamu seorang perawat, apa kamu tidak mengerti hal seperti itu?"

"Hah? Apakah hal semacam itu? " Nita berseru sangat terkejut.

Nita melihat ke sampul majalah di tangan Dias, lalu dia membaca teks tulisan di sampul itu yang benar-benar ada hubungannya dengan seks. Tiba-tiba Nita mengangkat matanya kemudian dia menunjuk ke teks di majalah dan bertanya kepada Dias, "Apa artinya tulisan ini? "

"Gigit atau tidak, wanita yang memiliki keputusan akhir."

Dias mengikuti jari Nita yang mengarah pada tulisan itu lalu matanya menjadi ceria. Dias berkata kepada Nita, "Cobalah untuk membaca kata-kata itu secara terpisah."

"Katakan secara terpisah?... … Ah, ini sangat menjijikkan. "

Nita akhirnya memahami isi majalah itu. Kini pipinya benar-benar merah, dia mengambil majalah itu dari tangan Dias lalu melemparkannya ke tempat sampah dengan marah. "Direktur itu benar-benar besar kurang aja, dia mau membodohiku dengan memberiku majalah semacam ini. "

Dias menatap Nita yang marah,kemudian berkata ramah untuk mengingatkan, " Dia ingin memberimu petunjuk, kamu harus berhati-hati dengannya nanti. "

" Terima kasih. " Nita sangat berterima kasih kepada Dias karena jika Dias tidak memberitahunya, dia akan dilecehkan secara seksual oleh Direktur Erwin sialan itu.

Saat ini, suara Ajeng datang dari restoran: "Dias, Alisa, Nita, cepat kemari dan makan malam."