webnovel

Nusantara no Paradox, Mirror Sekai no Monogatari.

Title: Nusantara no Paradox, Mirror Sekai no Monogatari. English Title: Paradox in Nusantara, The Legend of Mirror World. Sebuah gerbang dimensi yang muncul akibat paradoks membuat orang-orang di Indonesia bisa bertemu kembali dengan orang kesayangan mereka yang telah tiada. Namun, rupanya itu adalah awal dari kabar buruk. Monster-monster mitologi mulai muncul dari gerbang-gerbang dimensi yang sama. Bersama dengan beberapa warga desa, Michael, seorang anak dari pedesaan terpencil Papua yang membenci teknologi, memasuki salah satu gate dan mendapati bahwa Papua adalah provinsi termaju di dunia itu. Sebenarnya, apa yang terjadi?! Inilah kisah tentang isekai dan Nusantara, tentang teknologi dan mitologi. Apakah kisah tentang kesatria penunggang garuda yang memberantas kejahatan dan kehancuran? Bukan. Ini hanyalah kisah tentang anak Papua yang tangannya gatal, ingin merobek tirai misteri yang menyembunyikan kenyataan di balik semua paradoks.

AojinSuzaku · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
3 Chs

Chapter 2: Indra Dimensi dan Perjanjian

"Aku ingin ...."

"Membuka gerbang antara Mirror World dengan Real World."

"Hmm ..., kau ingin membuka gerbang, ya ...." Sosok yang bernama Indra Dimensi tersebut meraba dagunya. "Tapi, kau tahu, 'kan, mortal? Tak ada yang gratis di dunia manapun. Semuanya harus ada bayarannya."

"Ya ...," sahut Buaya Putih. "Aku tahu itu, Tuan Indra Dimensi."

"Lantas, apa yang akan kau korbankan, mortal berkekuatan gaib? Kalau tidak salah, kau adalah jelmaan Prabu Dewata Cengkar."

"Anda benar sekali, Baginda Indra." Buaya Putih berujar.

"Apa yang akan kau korbankan? Kuperingatkan, yang berada di hadapanmu saat ini adalah Sang Penguasa Dimensi. Jika bayaran yang kau ajukan terlalu kecil dan kau membuatku tersinggung, aku akan langsung mengirimkanmu ke dimensi penyiksaan abadi."

"Aku ingin ... mengorbankan mata kiriku sekaligus tiga perempat dari kekuatan magisku."

"Hmm ..., tawaranmu boleh juga ...." Seringai mulai tergambar di wajah Indra Dimensi yang tersembunyi oleh kegelapan hingga yang tampak hanya mata dan mulutnya saja.

"Kalau begitu, aku akan mengabulkan permintaanmu. Tapi, ini akan mengakibatkan kesaktianmu berkurang menjadi seperempat dari semula. Kau mungkin takkan bisa membela diri lagi sekalinya kau tak sengaja terlihat oleh manusia. Kau tahu manusia itu seperti apa, 'kan? Mereka itu tamak. Kalau kau sudah tak sekuat dulu lagi, aku tak tahu apa yang akan dilakukan oleh manusia terhadap dirimu. Mereka mungkin akan membedahmu dan menjadikanmu sebagai objek penelitian. Apa itu bukan masalah bagimu?"

"Tidak apa, Tuan Indra Dimensi. Lagipula, kesaktianku cukup besar. Tidak masalah kalau hanya direnggut tiga perempatnya."

"Kalau begitu, aku akan memulai ritual pembukaan gerbang dimensi sekarang."

"Silakan, tuan."

Indra Dimensi berdiri, kemudian membentangkan sayap elangnya yang sangat lebar dan berwarna hitam legam. Lingkaran-lingkaran sihir raksasa berwarna hitam legam layaknya di komik dan novel-novel isekai muncul di sekelilingnya. Di depannya, muncul miniatur dari Mirror World beserta Real World yang dipisahkan oleh barrier berupa lingkaran sihir hitam raksasa bermotif kunci. Indra Dimensi kemudian merapal mantra dengan bahasa kuno yang sulit dimengerti. Mantra itu cukup panjang dan diakhiri oleh kalimat: 'OPEN THE GATE.'

Perlahan, dinding sihir pembatas itu retak dan akhirnya pecah berkeping-keping, lalu hancur menjadi debu. Mata kiri Buaya Putih seketika tersabet oleh pedang tak berwujud dan kesaktiannya berkurang menjadi seperempat dari semula. Darah mengalir deras. Sang Buaya Putih tampak kesakitan. Dia kemudian merapal mantra sihir Nusantara kuno untuk menghentikan pendarahan di matanya, dan mantra itu bekerja. Kini, hanya tersisa bekas luka memanjang di mata kiri si buaya.

"Kau sudah tidak punya urusan lagi, 'kan? Kalau begitu, aku akan mengirimmu kembali ke pulau itu."

Indra Dimensi mengibaskan tangan kirinya, kemudian struktur dimensi di sekitar kedua makhluk berkekuatan sihir tersebut mulai kacau serta tak beraturan. Buaya Putih terkirim kembali ke pantai di pulau tadi. Mata kanannya bersinar merah menyala, tanda bahwa dia memanggil makhluk-makhluk sakti lainnya. Laut yang tadinya tenang mulai mengamuk. Petir menyambar-nyambar dengan ganas. Hujan rintik-rintik mulai membasahi pantai dan perlahan menjadi hujan deras. Lingkaran sihir berwarna merah menyala muncul di bawah tubuh Buaya Putih.

"Eh? Apa ini?" Sang Buaya menatap magic circle di bawah tubuh besarnya dengan bingung. "Apa setiap orang yang berhasil sampai ke dimensi itu akan mendapat kekuatan ini?"

"Yah, tidak rugi juga aku menumbalkan mata kiriku kalau aku dapat bonus kesaktian seperti ini. Kelihatannya ini berbeda dengan sihir di Nusantara. Tipe sihir apa ini, ya ...?"

"Ah, sudahlah ...." Seringai bengis terukir di wajah Buaya Putih. Deru angin akibat hujan badai terdengar dengan jelas. Petir kembali menyambar, menambah suasana jahat yang terpancar dari adegan ini. "Yang penting, aku bisa mengambil alih Mirror World dari tangan umat manusia."

"KELUARLAH!!! MUNCULLAH, SEMUA MAKHLUK SAKTI DI NUSANTARA!! MARI KITA BANGKITKAN KEMBALI ERA MITOLOGI!!!"

"DENGAN TERBUKANYA GATE MENUJU REAL WORLD, SEMUA MANUSIA DI MIRROR WORLD AKAN TERKIRIM KE REAL WORLD DAN DUNIA INI AKAN MENJADI KOSONG!!! KITA TAK PERLU LAGI TAKUT KEPADA TEKNOLOGI MEREKA."

Berbagai macam makhluk mitologis langsung keluar dari dalam kegelapan. Mereka yang bersayap segera beterbangan keluar dari dalam hutan dekat pantai, menerobos derasnya hujan. Sambil mengeluarkan berbagai suara dan raungan, mereka berputar-putar mengitari langit. Ahool, Orang Bati, Ebu Gogo, semua makhluk mitologis dari seluruh belahan Nusantara berkumpul.

"Dengan paradox-paradox akibat terbukanya gerbang dimensi ini ..., dan kekuatan sihir baru ini ..., Nusantara .... Tidak. Seluruh Mirror World akan berada di tangan kita!!! Hahahahahahaha!!!"

Makhluk-makhluk jahat berkumpul, merencanakan suatu skenario yang benar-benar jahat. Sementara itu, Michael, tokoh utama yang ditakdirkan untuk menghentikan mereka, sedang duduk diam di rumahnya yang sederhana ditemani oleh penerangan seadanya. Dia menutup buku yang dibacanya. Sebuah buku yang mengisahkan legenda pertarungan antara Aji Saka dan Prabu Dewata Cengkar.

"Pahlawan, ya ...?" Michael menoleh ke luar jendela rumahnya, menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam. Pemandangan pada malam hari di sana sangatlah indah. Tentu saja, sebab Papua merupakan provinsi yang belum banyak tercemar oleh polusi.

"Mereka hanya ada di dalam dongeng."

To be continued

——————————————————————————————

Karena judulnya Jepang, jadi tentu saja harus ada unsur isekai khas Jepangnya juga. Makanya author menggabungkan sihir isekai dengan sihir Nusantara. Istilahnya sihirnya mbah dukun digabung sama sihirnya adventurer dari isekai :> Hohohoho.

Sekian untuk chapter kali ini. Terima kasih banyak sudah membaca. Sampai jumpa di chapter selanjutnya, dadah!! ^^

(Bagi vote sama power stonenya atuh, jangan pelit-pelit amat :v Hehe. Canda, kok. Saya gak maksa. Kalau mau vote, ya vote aja. Kalau enggak, ya gapapa. Oh, ya. Jangan lupa di-rate dan kasih review, ya.)

(Note: novel ini akan lanjut kembali setelah menyentuh angka 1500 views. Iya, novel ini menggunakan sistem views :v)