webnovel

BAB 2 . SURAT CINTA

_____________________11 Januari 2000

Suasana duka masih terasa namun kami berusaha untuk kuat dan tabah dalam menghadapi semuanya. Ayah dan ibuku sudah kembali menuju ke luar kota. Saat itu sudah senja, nenek dan kakek mengajak kami semua berbincang di ruang tamu yang sederhana.

"Mulai besok Tasnim dan Idris tidur di kamar Ilyas "kata kakek.

"Dan Evy tidur di kamar Maura "kata nenek.

"Kenapa harus begitu,nek?"tanya Tasnim

"Kami memutuskan untuk menjadikan kamarmu, kamar Idris ,Evy, dan Visya sebagai kamar kos" kata kakek.

"Pemasukan dari kamar kos bisa di tabung.Tahun depan Tasnim dan Idris akan kuliah, siapa tahu lewat tabung itu kakek dan nenek bisa sedikit membantu biaya kuliah mereka."kata nenek

"Baiklah, kami setuju "kata kami semua kompak.

Statusku dengan mereka memang hanyalah sebatas sepupu saja, namun dalam keseharian layaknya saudara kandung.Kami saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.

Tasnim dan Idris kemudian pindah di kamar Ilyas. Kamar Ilyas yang berukuran 3×3itu kini di huni 3 orang.Ilyas yang terbiasa dengan kamar yang lapang kini harus rela berdepet-depetan dengan Tasnim dan Idris. Namun begitulah keluarga, Ilyas tidak merasa berat sama sekali, dia justru bahagia Tasnim dan Idris bisa sekamar dengannya.

Evy juga kini sudah pindah di kamarku.Aku senang bisa sekamar dengan Evy dan demikian pula sebaliknya. Hari sudah larut, Sudah jam 11 malam. Aku dan Evy sedang bersiap-siap tidur ketika pintu kamar kami diketuk.

Aku dan Evy segera menuju pintu. Evy yang membuka pintu. Aku berdiri di belakang Evy. Rupanya Tasnim yang mengantuk pintu

"Boleh masuk ?"tanya Tasnim.

Kami mengangguk

Tasnim masuk ke kamar kami. Dia kemudian menyodorkan sepucuk surat dalam amplop merah jambu kepada Evy.

"Serahkan kepada Giana "kata Tasnim

Evy mengangguk.

Setelah itu Tasnim keluar dari kamar kami. Evy menutup dan mengunci pintu.

Biasanya sebelum adzan subuh berkumandang kakek sudah patroli untuk membangunkan kami untuk melaksanakan shalat tahajud dan witir berjama'ah di mushola rumah. Kami semua terbangun dan kini sudah berada di musolah kakek menjadi imam seperti biasa. Suasana shalat saat itu begitu khusyuk.

Kami sudah selesai shalat, biasanya kakekmemberikan pesan -pesan singkat sambil menunggu adzan subuh di masjid berkumandang

"Kakek berharap bisa terus saling sayang menyayangi. Jangan ada rasa iri di dalam hati kalian, jangan ada rasa dengki. Kami kalian adalah anak -anak kami bukan sebatas cucu"kata kakek.

Tak lama kemudian adzan subuh berkumandang. Kakek, Tasnim,Idris, dan Ilyas segera menuju ke masjid. Nenek, aku, dan Evy tidak ikut ke masjid, kami lebih memilih shalat di musolah rumah saja.

Setelah shalat subuh, nenek segera ke dapur untuk memasak. Aku dan Evy mengumpulkan semua cucian kotor dan mencucinya. Sementara itu kakek membuka toko kecilnya yang ada di depan rumah. Tasnim menyapu taman dan halaman rumah. Idris dan Ilyas bekerjasamamencuci piring kotor dan membersihkan rumah.

Menu sarapan sudah siap di atas meja makan. Kami semua masih bersiap-siap di kamar masing -masing untuk ke sekolah. Tak lama kemudian kami menuju ke ruang makan dan menyerbu masakan nenek. Masakan nenek seperti biasa selalu lezat dan nikmat karena di masak penuh dengan cinta. Nenek juga sudah menyiapkan kotak bekal untuk kami sehingga di sekolah kami tak perlu jajan.

Kami bergantian mencium tangan kakek dan nenek sebelum berangkat ke sekolah. Setelah itu kami menuju ke sekolah dengan berjalan kaki.

kebiasaan berjalan kaki ke sekolah sudah kami lakukan sejak SD.Hingga sekarang kami tak pernah bosan melakukannya

"Aku berharap pelaku yang menabrak Visya segera di tangkap "kata Idris.

"Harapan yang sama "kata kami semua

"Tidak ada Visya seperti ada yang kurang "kata Tasnim"Biasanya dia berjalan di sampingku dan aku kadang membawakan bukunya yang banyak"

"Semoga Visya mendapat tempat terbaik di sisinya "kata Evy

"Aamin" kata kami semua

Tanpa terasa kami sudah tiba di sekolah. Sekolah kami adalah SMA 1 Sukajaya. Tasnim dan Idris sekelas, mereka duduk di bangku kelas 3 jurusan IPA. Ilyas dan Evy sekelas di bangku kelas 2 jurusan IPA.Sedangkan aku masih duduk di bangku kelas 1.

Evy menyodorkan surat merah jambu kepada Giana begitu dia melihat gadis itu ada di dalam kelas.Giana sekelas dengan Evy. Giana duduk di bangku paling depan sedangkan Evy duduk tepat di belakangnya

Giana menerima amplop itu. Dia langsungmembuka dan membacanya begitu Evy sudah meninggalkannya.

Untuk Giana yang aku cintai

Maafkan aku, selama ini aku jarang menulis surat. Belum lama ini kami berduka karena kakak tersayangku Visya meninggal dunia.

Bagaimana perkembangan kursus Bahas Inggrismu?Apa kau menikmatinya?

Kita mungkin akan semakin jarang bertemu karena aku akan sibuk untuk persiapan ujian Nasional. Engkau juga pasti semakin sibuk dengan semua jenis kursus yang kau ikuti.

Berjanjilah

Mesti kita akan semakin jarang berjumpa namun pastikan rasa cinta dalam dadamu tetap ada hanya untukku

Percayalah

Aku selalu mencintaimudan selamanya pasti terus begitu

Balaslah suratku ini dan serahkan kepada Evy .dengan berkirim -kirim surat kita bisa sejenak membunuh rindu yang kadang selalu menyiksa.

Dariku yang mencintamu

Muhammad Tasnim

Giana segera membalas surat tersebut.Di tahun 2000 di Desa Sukajaya handphone ataupun telepon rumah belum ada sehingga berkirim surat dengan orang tersayang adalah hal yang wajar dilakukan .

Sejak Visya wafat, Tasnim menggantikan posisi Visya sebagai ketua kelas. Dia sangat sibuk seperti apa yang dia sampaikan melalui surat kepada Giana. Tasnim dalam hati berharap bisa segera membaca surat balasan dari Giana. Meski 1 sekolah, Tasnim dan Giana tak bisa bertemu lantaran kesibukan mereka masing-masing yang mengganggu.

__________________________________________________

_______________Tahun 2020

Foto yang kupandangi bersama suamiku itu menggambarkan betapa eratnya persahabatan Tirta, Yusuf, Alvin, dan Ayub. Mereka berempat dulu adalah anak kos di rumah kakekku. Tirta menepati kamar Tasnim. Yusuf menepati kamar Idris. Alvin menepati kamar Evy dan Ayub menepati kamar Visya.

Suamiku tersenyum .

"Aku ganteng, kan ?" tanya suamiku.

Aku menggeleng.

Suamiku pura -pura marah. Aku tahu dia sedang berpura-pura dan membiarkannya suamiku kemudian mengecup keningku dengan mesra.Bingkai foto masih kupegang dan kenangan 20 tahun yang lalu lalu kembali hadir di ingatanku.

....