webnovel

MENGEJAR CINTA MAS-MAS

Gladys Mariana Pradito "Sudah deh mi... aku tuh bosen dengar itu lagi itu lagi yang mami omongin." "'Makanya biar mami nggak bahas masalah itu melulu, kamu buruan cari jodoh." "Santai ajalah. Aku kan baru 24 tahun. Masih panjang waktuku." "Mami kasih waktu sebulan, kalau kamu nggak bisa bawa calon, mami akan jodohkan kamu dengan anak om Alex." "Si Calvin? Dih ogah, mendingan jadian sama tukang sayur daripada sama playboy model dia." **** Banyu Bumi Nusantara "Bu, Banyu berangkat dulu ya. Takut kesiangan." "Iya. Hati-hati lé. Jangan sampai lengah saat menyeberang jalan. Pilih yang bagus, biar pelangganmu nggak kecewa." "Insya Allah bu. Doain hari ini laku dan penuh keberkahan ya bu." "Insya Allah ibu akan selalu mendoakanmu lé. Jangan lupa shodaqohnya ya. Biar lebih berkah lagi." "Siap, ibuku sayang." **** Tak ada yang tahu bahwa kadang ucapan adalah doa. Demikian pula yang terjadi pada Gladys, gadis cantik berusia 24 tahun. Anak perempuan satu-satunya dari pengusaha batik terkenal. Karena menolak perjodohan yang akan maminya lakukan, dengan perasaan kesal dan asal bicara, ia mengucapkan kalimat yang ternyata dikabulkan oleh Nya.

Moci_phoenix · สมัยใหม่
Not enough ratings
108 Chs

MCMM 44

Happy Reading Guys ❤

"Yud, sudah kamu cek soundnya?"

"Sudah ready bang. Tadi habis subuh sudah saya cek dan aman," jawab Yudi.

"Nyu, gimana untuk rundown acaranya? Sudah dijelaskan ke MCnya?"

"Sudah bang. Semalam juga sudah briefing ke keluarga mempelai. Sejauh ini aman terkendali. Nanti kira-kira jam 14.30 akan dimulai acara pemberkatan pernikahannya." jawab Banyu.

"Untuk urusan dokumentasi dan penayangan video gimana?"

"Semua sudah siap, bos." jawab Banyu.

"Fen, gimana koordinasi dengan security dan kepolisian setempat. Gue nggak mau ada sembarang wartawan yang menerobos masuk sebelum press conference."

"Tenang bos. Kemarin sudah di briefing wartawan-wartawan yang akan meliput dan mengikuti press conference. Tamu-tamu undangan dan pihak keluarga juga akan diminta menyimpan ponselnya di tempat yang disediakan. Jadi tidak akan ada berita yang bocor sebelum press conference."

"Bagaimana dengan pegawai hotel, terutama yang akan membantu pelaksanaan acara ini?"

"Semua sudah menandatangani surat perjanjian, bos." jawab Fendy lagi.

"Oke thanks. Gue nggak mau klien kita kecewa karena kesalahan kecil." tegas Ghiffari.

"Cindy, Rina, gimana urusan konsumsi? Gue nggak mau ada kesalahan sedikitpun. Pihak hotel sudah setuju menu yang diminta mempelai kan? Untuk Chef Arga gimana?"

"Beres bos."

"Oke kalau semua sudah siap. Alat komunikasi sudah siap semua? Gue nggak mau ada yang lengah menangani acara ini. Kesampingkan dulu urusan pribadi hingga acara hari ini selesai, kecuali ada yang darurat. Gue kasih kalian waktu menghubungi keluarga, kekasih atau orang terdekat sebelum memulai tugas."

"Siap bos!!" Semua langsung bersiap demi kelancaran acara pernikahan ini.

⭐⭐⭐⭐

Pukul 11 malam seluruh rangakain acara pernikahan selesai. Semua kru dan dibantu pihak hotel membereskan semuanya. Banyu dan kawan-kawannya mengawasi semuanya hingga selesai. Menjelang jam 3 pagi akhirnya semua beres. Setelah memberi briefing penutupan, Ghiffari membolehkan krunya beristirahat.

"Nyu, gue malam ini pindah ke hotel di Ubud ya. Elo, Yudi dan Fendi urus sisanya."

"Kenapa pindah bang?"

"Khansa menyusul. Dia ikut untuk menemani Gladys ke acara fashion week besok. Memangnya Gladys nggak kasih tau elo?"

"Bilang kok, bang. Cuma dia nggak bilang menginap dimana."

"Sepertinya hubungan kalian berdua benar-benar berakhir ya? Sorry ya Nyu, kalau akhirnya seperti ini. Tapi kayaknya elo memang harus melupakan dia. Mami ngabarin kalau dalam waktu dekat Gladys akan dilamar oleh Lukas, teman SMA gue."

"Iya nggak papa bang. Gladys juga sudah kasih tau gue tentang hal itu. Semoga semuanya berjalan lancar untuk mereka berdua."

"Elo nggak papa kan, Nyu?" tanya Ghiffari dengan pandang menyelidik. "Sebenarnya gue nggak keberatan punya saudara ipar kayak elo. Tapi gue juga nggak bisa maksain perasaan lo."

Banyu memaksakan tertawa walau di dalam hatinya ada rasa sakit yang sulit dijelaskan. Inikah rasa sakit yang Gladys bilang. Kalah sebelum berperang?

"Besok kalau urusan disini sudah beres, kasih tau anak-anak kalau sebagai bonus suksesnya acara hari ini mereka dapat berlibur selama dua hari. Besok check out dan ajak mereka menginap di hotel van Schuman di daerah Seminyak. Gue sudah siapkan fasilitas gratis buat mereka. Untuk bonus sudah gue transfer ke rekening masing-masing."

"Oke. Terima kasih, bos. Salam buat Khansa dan Gladys."

Banyu masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Setelah membersihkan diri dan shalat, Banyu merebahkan diri di atas ranjang. Di tempat tidur sebelah, Yudi sudah melanglang ke alam mimpi. Banyu mengambil hpnya dan melihat ada beberapa pesan yang masuk dari Diandra, Nabila dan.... Senja.

Banyu memutuskan membuka pesan dari Diandra yang ternyata hanya menanyakan kabarnya dan mengingatkan akan janji makan siang bersama setelah Banyu kembali ke Jakarta.

Pesan dari Senja yang membuatnya berpikir. Senja mengatakan akan menggugat cerai Awan. Ada apakah sebenarnya antara mereka berdua. Pernikahan mereka baru berjalan dua tahun. Apakah Awan selingkuh? Atau KDRT? Atau masalah keturunan? Karena berdasarkan info dari Mila, Senja dan Awan belum memiliki anak. Senja sempat hamil saat usia pernikahan mereka 5 bulan. Namun tak lama kemudian keguguran. Apakah yang harus kulakukan? Mendukung keputusan Senja atau menyuruhnya berpikir ulang. Apakah dengan Senja bercerai, ia memiliki kesempatan untuk kembali bersama Senja. Bagaimana dengan orang tua Senja yang tak menginginkan menantu seorang tukang sayur? Haruskah aku menerima tawaran Mila agar mendapat kesempatan kedua bersama Senja. Ya tuhan, apa yang harus kulakukan?

Terakhir Banyu membuka pesan dari Nabila berupa foto makan malam mereka di resto ambu. Tampak wajah-wajah ceria di foto itu dalam berbagai gaya. Bahkan ada foto ibu bersama ambu dan abah Tedy. Dari sekian banyak foto yang Nabila kirimkan hanya ada tiga foto Gladys. Satu foto beramai-ramai dengan Khansa, keluarga ambu, dan keluarga Banyu. Satu foto Gladys bersama ibu, Aidan dan Nabila. Dan foto terakhir Gladys bersama Aidan Dan Nabila. Ketiganya memasang wajah jelek. Banyu tersenyum melihat foto tersebut. Terlihat betapa kedua adiknya sangat nyaman bersama Gladys. Dipandangnya lama foto Gladys bersama adik-adiknya.

Ya tuhan mengapa tiba-tiba aku kangen padanya? batin Banyu. Stop Banyu! Dia sudah memilih pria lain sebagai calon suaminya. Dia sudah berhenti berjuang untukmu. Dia hanya bersikap baik kepada keluargamu. Tak lebih.

Banyu membuka aplikasi chatting dan mengirimkan pesan kepada Gladys

Banyu >> Assalaamu'alaykum. Kamu sudah tidur?

Tak ada balasan. Ah, mungkin dia memang sudah tidur. Dilihatnya jam di hp menunjukkan pukul 3.30 pagi. Dasar bego, ya pasti dia sudah tidur. Ya sudahlah lebih baik aku juga tidur saja.

Baru saja Banyu akan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar notifikasi pesan masuk.

Gladys >> Wa'alaykumussalaam. Baru banget bangun. Ada apa? 🥱😒

Banyu >> Maaf aku ganggu tidurmu ya?

Gladys >> Nggak juga. Kebetulan aku memang mau shalat malam.

Banyu >> Ooh...

Gladys >> Ada apa? Nggak mungkin kirim pesan jam segini, hanya untuk menanyakan hal sepele kayak gitu.

Banyu >> Makasih ya.

Gladys >> Makasih apaan?

Banyu >> Makasih mau balas pesanku. Makasih sudah ajak ibu dan adik-adik makan malam di luar. Mereka, terutama Bila, sangat senang.

Gladys >> Oh itu. Sama-sama. Aku juga senang menghabiskan waktu bersama mereka.

Banyu >> Sudah lihat foto-fotonya? Kok foto kamu sedikit? Nggak suka difoto?

Gladys >> Lagi nggak terlalu mood buat foto. Kalau kebanyakan foto nanti disangka mau pamer. Aku shalat dulu ya. Khawatir keburu subuh.

Banyu tersenyum membacanya. Hanya percakapan singkat namun membuat hatinya hangat. Dengan senyum masih terukir dan hp di tangan, Banyu tertidur. Belum terlalu lama memejamkan mata, tiba-tiba hpnya bergetar. Dengan berat Banyu membuka mata dan melihat jam di hp menunjukkan pukul 05.00. Hpnya bergetar karena ada panggilan masuk.

"Ya, halo....." sahut Banyu dengan suara serak khas orang bangun tidur. Matanya masih setengah terpejam. Namun ia langsung terduduk dan membuka mata lebar saat mendengar suara yang menyapanya.

"Assalaamu'alaikum mas."

"Wa'alaykumussalaam, Princess."

"Mas sudah shalat subuh? Aku khawatir kalau tidak ditelpon, mas tidurnya kebablasan. Karena tadi jam setengah 4 saja masih chatting sama aku."

"Oh ya makasih, princess. Untung kamu telpon, kalau nggak bisa kebablasan. Aku shalat dulu ya."

Setelah menutup telpon, Banyu bergegas mandi dan melaksanakan shalat subuh. Setelah selesai, Banyu membangunkan Yudi yang rupanya masih belum juga terbangun.

"Hebat juga lo. Tidur jam 3 lebih, jam segini bisa bangun." puji Yudi sebelum masuk kamar mandi.

"Ada yang bangunin tadi."

"Oh ya? Siapa? Pacar?" teriak Yudi kepo dari kamar mandi. Banyu tak menjawab dan melanjutkan dzikirnya. Selesai berdzikir Banyu melipat sajadah dan berganti pakaian.

"Mau kemana bro?" tanya Yudi yang juga sudah selesai shalat.

"Mau lihat sunrise. Mau ikut?"

"Nggak ah. Gue mau tidur aja. Masih ngantuk dan mumpung libur."

Tak lama, Banyu sudah menyusuri bibir pantai. Matahari masih belum keluar. Namun di pinggir pantai sudah terlihat beberapa orang yang sepertinya memiliki tujuan yang sama dengannya. Melihat sunrise. Banyu mengeluarkan hp dan melakukan panggilan video. Tak lama kemudian tersambung dan diangkat. Dan terlihat di layar wajah Gladys yang nampak segar.

"Assalaamu'alaykum Princess."

"Wa'alaykumussalaam mas. Ada apa? Mau bilang terima kasih lagi?" Banyu tertawa.

"Akhir-akhir ini kamu kayak cenayang ya. Tebakanmu tepat. Iya aku mau bilang terima kasih sudah dibangunkan."

"Kan tadi sudah bilang terima kasih. Lupa? Wah tanda-tanda mulai tua," ledek Gladys.

"Aku mau kasih kamu hadiah."

"Hadiah apa? Aku nggak butuh apa-apa."

"Hadiah kali ini nggak bisa dibeli dengan uang, Princess. Dan nggak semua hal bisa diukur dengan uang." Wajah Gladys terlihat datar. Hati Banyu mencelos melihat hal itu. Semudah itukah menghilangkan rasa?

"Apa hadiahnya mas?"

"Ini hadiahnya." Banyu memperlihatkan gambar dirinya berlatar belakang matahari yang baru saja terbit di di ufuk timur. "Menikmati sunrise bersamaku."

"Waaaah.. keren banget." Wajah Gladys terlihat takjub. Banyu sempat terpana melihat pemandangan indah melalui hpnya. Kembali muncul desiran halus di dadanya. Sadar Nyu, dia sudah memilih orang lain.

"Bagaimana hadiahnya? Kamu suka?"

"Whoaa.. benar-benar keren mas. Ternyata kamu benar, tidak semua hadiah bisa dibeli dengan uang. Tapi akan lebih bagus bila tak ada wajahmu di layar." Banyu tersentak mendengar ucapan Gladys. Ya Tuhan, kenapa rasanya tak enak mendengar ucapannya. Tak lama Gladys tergelak.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" tanya Banyu dengan wajah cemberut.

"Wajahmu lucu, mas. Hahaha...." Gladys masih tergelak.

"Memangnya aku badut?"

"Ya ampun, ngambek nih ceritanya?" ledek Gladys. "Jangan marah dong mas. Aku kan cuma bercanda."

"Kayaknya tadi kamu nggak bercanda."

"Nggak usah ngambek, ah. Aku nggak suka punya calon suami suka ngambek. Kalau kamu ngambek, kamu nggak ganteng lagi."

"Calon suami? Tapi kemarin kamu bilang..."

"Aku akan menyerah?" Gladys balik bertanya. Banyu mengangguk. Setengah mati ia berusaha menahan agar wajahnya tidak memperlihatkan reaksi apapun. Padahal ada rasa bahagia saat mendengar ucapan Gladys.

"Entahlah mas. Saat ini aku pun belum memutuskan akan menerima Lukas."

"Tapi kata bang Ghiffari kamu akan dilamar oleh Lukas."

"Itu maunya mami. Malah orang tua Lukas ingin kami menikah bulan depan. Untungnya Eyang membantuku. Aku masih belum mengenal dia."

"Dys...."

"Apa mas?"

"Bagaimana caranya melawan rasa kangen?"

"Kamu kangen sama siapa? Senja?" Banyu menggeleng. "Lalu kangen sama siapa? Nggak mungkin kamu kangen sama aku kan?"

"Iya. Nggak tau kenapa pagi ini aku kangen sama kamu."

"Tumben." Banyu dapat melihat Gladys tersenyum tipis.

"Nggak boleh?"

"Boleh banget. Tapi mungkin itu hanya sesaat. Beda dengan kangennya kamu ke Senja."

"Kenapa jadi membawa Senja ke dalam percakapan kita pagi ini? Itu merusak moodku."

"Sorry. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, mas."

"Dys, boleh aku menemuimu hari ini setelah acaramu selesai?" tanya Banyu ragu. Gladys tak langsung menjawab. Tampak ia berpikir keras.

"Dys."

"Mas, boleh aku meminta sesuatu kepadamu?"

"Apa?"

"Dampingi aku.... maksudku dampingi aku selama acara fashion week ini."

"Hahaha.. rasanya memang takdirku menjadi pendampingmu saat ada acara-acara resmi."

"Kayaknya memang begitu. Gimana?

"Hanya selama fashion week saja?"

"Aku sudah tak berani berharap apapun terhadapmu, mas. Sekuat apapun aku berharap, hal itu tak kan ada artinya bila kamu nggak mau membuka hatimu."

"Princess..."

"Jangan terlalu dimasukin ke hati ya mas ucapanku tadi."

"Kenapa? Karena kamu sudah menyerah?" Gladys hanya mengangkat bahu.

"Ah, sudahlah. Sementara ini kita lupakan masalah itu. Bagaimana dengan permintaanku tadi? Kamu bersedia?"

"Aku tak menolak kalau itu artinya aku bisa bertemu denganmu."

"Oke, aku akan mengirim supir untuk menjemput sehabis dzuhur nanti."

⭐⭐⭐⭐

"Dek... sudah bangun?" Terdengar ketukan di pintu kamar Gladys.

"Ndah, tolong bukain pintu untuk bang Ghiffari," perintah Gladys pada Endah yang kamarnya bersebelahan dengannya.

"Mana Gladys?" tanya Ghiffari setelah pintu terbuka.

"Ada di balkon, den."

"Dek, kamu mau ikut sarapan bareng kita? Khansa lagi bersiap-siap tuh."

Gladys memandangi Ghiffari dengan pandangan menyelidik. Ia mendekati Ghiffari dan memperhatikan abangnya itu dari kepala hingga kaki. Pandangannya berhenti di leher Ghiffari.

"Ih abang, kenapa tuh lehernya? Ganas banget mainnya. Ternyata Khansa kayak vampire ya." Gladys tergelak sambil menyibak kerah baju Ghiffari.

"Apaan sih dek?" Ghiffari berusaha menghindar. Ditangkapnya tangan Gladys.

"Itu lho, banyak banget bekas cu**ngnya." Gladys tergelak sambil menunjuk leher Ghiffari.

"Ya, namanya juga pengantin baru kak." Endah ikut mendekat dan memperhatikan leher Ghiffari. "Kata bang Somad, tukang kebun rumah pak RT biasanya orang dewasa kalau melakukan 'itu' emang suka begitu. Apalagi pengantin baru. Lagi hot-hotnya tuh."

"Anak kecil kok sok tau. Hayoo.. kamu sudah mulai lihat yang aneh-aneh ya." Gantian Ghiffari menuduh Endah. Ia melakukan hal itu untuk menutupi rasa malunya karena Gladys dan Endah melihat kissmark yang ditinggalkan oleh Khansa saat permainan cinta mereka tadi malam.

"Hehehe.. nggak juga den. Waktu itu bang Somad cerita ke mbok Parmi soal malam pertamanya. Endah nggak sengaja dengar."

"Kalau kamu dek?"

"Teman adek kan sudah ada yang nikah bang. Kalau kumpul pasti suka cerita-cerita." Gladys dan Endah sama-sama terkikik.

"Khansa belum cerita apapun kan tentang malam pertama kami?" tanya Ghiffari panik.

"Menurut abang?" Gladys sengaja menggantung kalimatnya. Ghiffari hanya bisa menepuk jidatnya. Gladys dan Endah terkikik melihat wajah panik Ghiffari.

⭐⭐⭐⭐