webnovel

Melawan Skenario Kehidupan

“Kamu benar-benar gila, apakah kamu lupa dunia sebelumnya yang kamu hancurkan? Apakah kamu ingin mengulangi kesalahan yang sama?” Rekan Tania yang berbentuk suara sistem dikepalanya terus berceloteh tanpa henti. Dia sangat tidak puas dengan tingkah Tania yang seenaknya tanpa memperdulikan skenario yang telah disediakan. Jika terus begini, Tania akan mati dan dunia ini akan hancur kembali! Seperti sedang bermain game, Tania dan rekannya terus-terusan berganti dunia dan dimensi hanya demi menemukan “Dunia yang Tidak Akan Hancur.” Tapi hal ini tidaklah mudah untuk ditemukan ketika semua peran yang didapatkan Tania merupakan peran yang menyedihkan! Tania harus memilih antara membuat kehidupan yang sukses dan menghancurkan dunia, atau memilih mengikuti skenario laknat dengan janji yang tidak pasti…

NormaDrofwarc · วัยรุ่น
Not enough ratings
420 Chs

Perjamuan Makan

Rendi semakin gugup, dia sangat tidak nyaman menghadapi Tania sekarang.

Biasanya saat memasuki rumahnya, Rendi akan melihat pemandangan wanita yang biasanya berada di atas sofa. Ya, siapa lagi wanita itu jika bukan Tania. Dan saat tidak mendapati pemandangan itu entah kenapa ada perasaan kecewa di hatinya, dia melihat sekeliling tapi tidak ada siapa-siapa. Akhirnya bertanya kepada pelayan.

"Pindah? Kapan?"

"Nona Tania sudah lama pindah." Pelayan itu berpikir sejenak lalu mengatakan waktu tepatnya kapan Tania pergi.

Saat Rendi tahu kapan tepatnya Tania pindah, bukankah itu saat hari final "Sound of Sound"? Rendi lalu berpikir, tentu saja, ayahnya tidak akan pernah membiarkan seorang wanita tinggal di rumah ini lebih dari sebulan, Tania hanya tinggal di rumah selama setengah bulan.

Rendi bertanya kepada pelayan lagi, "Di mana ayahku?"

"Tuan sedang berada di ruang kerjanya." Saat Rendi akan pergi ke ruang kerja sang ayah, pelayan itu dengan cepat mengingatkannya dengan suara rendah, "Tuan muda, Tuan sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk akhir-akhir ini."

Kemudian Rendi mengangguk, tanda bahwa dia mengerti maksud dari pelayan tersebut, dia kini semakin ragu. Dia memilih untuk mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang kerja untuk menemui ayahnya, dia yakin pasti ayahnya masih emosi.

Tapi perasaan takut pada amarah sang ayah seakan menguap saat dia memikirkan Kiki, sang pujaan hati. Dia bahkan akan mempertaruhkan harga dirinya di depan sang ayah agar ayahnya bisa membantu Kiki untuk keluar dari situasi buruk yang dialaminya kini.

Dengan memberanikan diri, Rendi pergi dan mengetuk pintu ruang kerja sang ayah.

"Masuklah."

Mendengar suara acuh tak acuh ini, hati rendi semakin menciut.

"Ayah." Sapa Rendi dengan ragu.

Mendengar sapaan sang anak, Dirga bahkan tidak berniat untuk sekedar menoleh.

"Aku ..."

"Apa tujuanmu datang kesini?."

Mendengarkan suaranya ayahnya yang terdengar dingin membuat kakinya sedikit gemetar, "Kiki sedang tidak baik sekarang. Ada banyak komentar negatif pada perkembangan karirnya. Dan variety show sebelumnya, aku pikir dia tidak bisa melanjutkan itu lagi. Kelihatannya semua orang sedang fokus pada pertunjukan musik."

Bukankah akan lebih mudah untuk menyelenggarakan pertunjukan dengan bantuan ayahnya? Karena hampir semua musisi dan para tokoh terkenal di Jakarta ini mengenal Dirga. Akan lebih mudah bagi Rendi jika dia bisa mendapatkan koneksi dari sang ayah.

" Yang terpenting, jika ayah sudah bertindak, Kiki pasti akan dengan mudah mencapai puncak."

Namun mendengar penuturan sang anak, Dirga sedikit mengangkat kepalanya dan mengernyit.

"Siapa wanita yang sedang kau bicarakan sekarang?"

Rendi menjawab, "Ayah, bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya. Dia adalah pacarku, yah." Jelas Rendi dengan suara yang sedikit tercekat.

"Ayah, apakah ayah setuju membantu?"

Rendi mengira usahanya untuk meminta bantuan sang ayah akan sia-sia, tapi ternyata ayahnya menjawab, "Hubungi orang ini." ucap Dirga sambil menyerahkan sebuah kartu nama.

Rendi dengan cepat mengambil kartu nama itu dari tangan ayahnya sebelum sang ayah berubah pikiran.

"Terima kasih Ayah."

Sebelum keluar dari ruangan sang ayah, dia melihat wajah Dirga yang kusut menandakan bahwa suasana hatinya sedang buruk. Rendi juga sebenarnya ingin bertanya alasan Tania pindah dari rumah, tetapi dia tidak berani bertanya lebih jauh lagi. Dia juga tidak terlalu peduli dengan itu, dengan kepindahan Tania dirinya akan merasa lebih nyaman dan tidak akan canggung lagi di rumahnya sendiri.

Dia juga lega, tanpa bantuan ayahnya di belakang Tania, maka tidak ada yang menghalangi karir Kiki.

Bagaimanapun, orang yang dia cintai sekarang adalah Kiki. Kini Tania bukanlah siapa-siapa baginya.

Kini Rendi tidak perlu merasa khawatir, karena ada ayahnya di belakangnya sekarang.

Semakin baik hidup Tania, membuat perasaan bersalah Rendi berangsur-angsur semakin menghilang.

Kemudian tibalah saat dimana perjamuan makan malam yang direncanakan Tania berlangsung. Dirga berpikir bahwa dia akan datang sebentar untuk menyapa beberapa orang-orang penting setelah itu dia akan pergi.

Setelah menyapa beberapa orang penting, Dirga bangkit.

"Pak Dirga, Anda mau pergi?"

Orang-orang saling memandang. Ini salah satu kebiasaan Dirga, dan mereka tidak berani mengatakan apa-apa. Hanya saja acara mereka belum dimulai, sangat disayangkan jika Dirga langsung pergi.

Dirga baru saja akan mengangguk, tiba-tiba suara wanita yang menenangkan terdengar. Dia menarik langkahnya.

Tania adalah tamu istimewa yang diundang ke perjamuan ini dan akan bernyanyi di perjamuan.

Tania sudah merencanakan waktu dengan akurat. Dia mulai bernyanyi ketika dia menemukan bahwa seorang pria akan pergi dengan tatapan tidak sabar.

Wanita itu memakai baju biru, dengan bagian dada setengah terbuka tapi tidak terlalu mengekspos tubuhnya. Penampilan wanita itu masih murni dan manis. Dia memegang mikrofon dengan anggun. Saat suara nyanyian menyebar ke seluruh perjamuan, semua orang yang sedang berbicara di sana langsung terdiam, seolah ditarik ke dalam dunia nyanyian Tania.

Dirga yang awalnya ingin buru-buru meninggalkan perjamuan dengan hati yang cemas, kini dia merasa tenang karena mendengar suara Tania.

Hampir tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun dan mendengarkan dengan cermat nyanyian di telinga mereka. Para pelayan yang mengambil cangkir-cangkir kosong pun ikut tercengang dengan suara Tania, mereka seakan terpaku dan membeku di tempatnya.

Berdiri di sudut, Yunita tidak bisa menahan hatinya untuk ikut terhanyut dengan suasana ini. Tania benar-benar luar biasa, dia mampu menciptakan suasana surgawi di perjamuan itu dengan suara indahnya.

Waktu seakan berlalu terlalu singkat, lagu yang Tania nyanyikan kina sudah berada pada akhirnya.

Pertama kali semua orang bangun dari mimpi mereka. Mereka langsung melihat wanita di atas panggung.

Tatapan mata semua orang seolah-olah menggambarkan ekspresi terobsesi, mabuk, memberi apresiasi murni, dan secara alami akan ada pikiran yang berbeda-beda setiap orang yang memberikan penilaian terhadap Tania.

"Nyanyian Nona Tania benar-benar berbeda." Seorang pria paruh baya, yang kulitnya masih terawat dengan baik. Dia adalah pembawa acara di perjamuan ini. "Tidak salah untuk mengundang Nona Tania kali ini. Aku hanya mengatakan apakah Nona Tania mau datang lagi pada perjamuan berikutnya?"

Bibir Tania sedikit melengkung, "Tentu saja." Suara wanita itu juga membuat Dirga terbangun. Tidak tahu mengapa, tapi saat ini, dia tidak berencana untuk pergi.

Beberapa orang di sekitar Dirga saling mengedipkan mata, melihat mata Tania yang terus memandang Dirga.

"Nona Tania, aku pernah mendengar lagu-lagumu sebelumnya. Aku tidak menyangka Nona Tania masih sangat muda dan bernyanyi dengan baik. Lagu-lagu itu sekarang ada di ponselku dan aku mendengarkannya hampir setiap hari."

"Setelah mendengarkannya sendiri secara langsung tadi, aku merasa ini terasa lebih sempurna daripada suara yang direkam. "

Semua pria berkumpul di sekitar Tania dan memujinya. Dirga tidak bisa tidak memikirkan apa yang dikatakan Tania dulu sebelum melihat adegan ini.

"Ada banyak pria di belakangku menunggu untuk memelukku, meskipun itu bukan dirimu Tuan Dirga." Bayangan itu, seolah-olah seperti sebuah kutukan yang memenuhi pikiran Dirga. Dengan senyuman kecil yang awalnya menggantung di bibir DIrga, kini menghilang tanpa jejak.

Ketika Dirga melihat ke atas lagi, wanita yang telah dikelilingi oleh banyak pria telah menghilang. Dia mengerutkan kening agak kesal. Dia mencabut puntung rokok dari mulutnya lalu bangkit untuk pergi.

"Tuan Dirga, lebih baik Anda tetap disini."

Dirga melirik si pembicara sambil berpikir, memangnya akan ada apa lagi setelah ini?

Si pembicara masih sedikit gugup, tetapi dia mencoba berani.

"Malam ini kita sudah siapkan kado spesial untuk Pak Dirga, sebaiknya Pak Dirga menyaksikannya dulu sebelum pergi."

Dirga langsung paham apa yang dimaksud oleh MC tadi.

"Tidak perlu."

Beberapa orang menyaksikan Dirga pergi, mereka semua sedikit kesal.

Jelas bahwa Dirga telah menganggap Tania begitu serius sebelumnya, mengapa sekarang dia tidak tertarik?

"Kalau begitu biarkan orang itu pergi." Seseorang berkata dengan ragu-ragu.

Seorang lainnya berkata, "Sangat disayangkan untuk melewatkannya, mungkin nantinya tidak banyak kesempatan seperti ini. Tania adalah pendatang baru, dia masih fresh dan bernilai tinggi. Setelah dia sudah terkenal nanti, mungkin kita semua tidak bisa bertemu seperti ini lagi."

"Pak Dirga mungkin tidak menyukainya, tapi bukan berarti orang lain tidak menyukainya juga."

"Itu benar, kita seharusnya menikmati suara indah Tania saat ini."

Sopir sudah menunggu di luar tempat perjamuan makan, saat Dirga membuka pintu dan hendak duduk, tiba-tiba terlihat seorang pria paruh baya gemuk dengan perut buncit.