Dewa sudah terlalu sakit karena Ara yang akan menikah, ditambah lagi, tentang kenyataan ayahnya yang menikah dengan Alana. Dan kali ini, ia harus berbasa-basi di depan Alana. Rasanya, seperti buang-buang waktu saja.
***
Dewa melangkah menghampiri Mario. Mario tengah berdua bersama istrinya. Entah mengapa, Dewa ingin sekali bicara empat mata, dengan Mario. Tapi, tidak mungkin juga, jika hari di moment pernikahan Mario.
"Hei, Yok?" sapa Dewa, lalu dilanjut menyapa istri Mario, yang tak lain, adalah teman sekantor Ara, dulu.
"Hei, Wa. Thanks buat lagunya, keren juga suara lu!" puji Mario, sambil menyenggol lengan Dewa.
"Ahh, bisa aja, lu. O iya, bisa kita bicara berdua?" tanya Dewa, sambil menatap Rahma, seolah meminta ijin, untuk membawa suaminya sebentar.
"Oh, silahkan! tapi, jangan lama-lama, ya? nanti bisa dicariin orang." Ucap Rahma, sambil berusaha tersenyum.
"Thank you, Ma." Ucap Dewa.
"Sayang, aku tinggal bentar, ya?" ucap Mario, sambil mencium kening Rahma.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com