webnovel

Chapter 8: PRIA BERJUBAH HITAM

DIA MELANGKAH semakin dekat ke depan ku. Nafas ku terasa sesak setiap kali dia melangkah maju ke arah ku. Semakin dekat dan semakin dekat, aku sulit bernafas sekarang. Bahkan raut wajah si kakek berubah drastis. Siapa orang ini sebenarnya?

Sebelum dia beranjak lebih dekat ke arah ku, Nahye menghadang nya. Sahabat ku ini memang beneran tangguh.

Kelak si kakek berbicara, "nona, jangan halangi dia.. " nada nya serius.

"Maaf ya, tapi aku tak bisa membiarkan mu atau siapapun mendekati Musa.. "

Nahye keceplosan lagi soal namaku. Berkali-kali ku ingatkan supaya tidak menyebut namaku sembarangan. Habislah sekarang.

"Minggir.. atau.. "

Aku mendorong Nahye ke samping, "biarkan saja dia, urusan nya bukan dengan mu, kan"

Saat ini aku siap apapun yang terjadi, mati pun siap. Aku tak percaya hal sederhana begini bisa langsung meregang nyawa.

Dia mendekat lagi, tubuh nya berjarak beberapa inci dengan ku. Dia lalu mengulurkan tangan nya, bibir nya terbuka untuk mengatakan sesuatu.

"come with me..."

"Kemana?"

"you will know when you close your eyes"

Dia mengeluarkan penutup mata, melangkah ke belakang ku. Menutup mataku menggunakan kain hitam. Entah kenapa aku diam saja membiarkan nya. Sorot matanya mengisyaratkan kepada para rentenir agar mereka menghadang Nahye. Gadis itu di tahan di kursi, mulut nya di tutup oleh kain sehingga ia tak bisa berbicara sedikit pun.

Aku tidak menyadari apapun karena Nahye di bawa jauh dari tempat aku berada sekarang. Rasanya di sekitar ku mendadak sepi dan hening.

"now, just you and me, alone.. "

Suara bisikan tepat di telinga ku, membuat ku geli, "katakan saja apa yang kau ingin kan?"

Sesaat kemudian, aku merasakan tubuh ku di tolak ke balakang hingga menghantam dinding. Dia meraih tangan ku, dan menyatukan jari-jari nya di sela-sela jariku.

"Kau yakin bertanya apa yang ku ingin kan, sekarang?"

Aku bisa merasakan nafas nya di sekitar leher ku. Jujur, bisikan nya sangat lembut. Kurasa dia terbiasa merayu gadis seperti ku.

"Iya, cepat katakan!"

"Aku ingin membuat kesepakatan dengan mu, dear"

Panggilan sayang nya hampir membuat ku mual, jujur saja. Aku tak bisa melakukan apapun sekarang, karena dia menjepit ku sekuat tenaga. Mungkin aku terlalu lemah baginya.

"Kesepakatan apa?" aku takut kesepakatan nya di luar dugaan dan genggaman ku.

Dia tak menjawab. Jari-jari nya yang panjang terus bermain di rambut ku. Perasaan merinding memenuhi seluruh tubuh ku. Perasaan ketakutan pada saat tabrakan itu kembali lagi.

"Aku akan membebaskan teman mu asal kau mau berciuman dengan ku.., bagaimana?"

Tuh kan, mesum juga nih orang batin ku, terus terang saja aku lebih baik mati konyol karena ketakutan daripada memberikan bibir ku untuk kepuasan nya.

"Heh, kau gila ya? mana mungkin aku setuju dengan kesepakatan konyol kayak gitu?!"

"Oh kalau tidak mau, berati-jangan harap teman mu akan kembali dengan selamat sentosa.. "

Ancaman seperti ini sangatlah merepotkan.

Aku harus memutar otakku seratus delapan puluh derajat agar terlepas dari ancaman nya dan menemukan solusi lain. Bodoh nya aku, di saat menegangkan begini-bagaimana bisa berpikiran jernih? sangat-sangat gak mungkin banget aku menyetujui syarat nya itu, tapi harus gimana lagi.

"Kebisuan mu ini semakin menyiksa teman mu di sana, lho. Aku tak yakin para rentenir itu akan bersikap baik padanya.."

"Apalagi setelah di tipu oleh kalian berdua. Apa saja bisa terjadi di luar dugaan kan?"

Perkataan nya semakin mendesak ku. Dia tau sekali cara melemahkan pikiran ku dan membuat ku menyerah padanya.

Tak ada cara lain lagi.

Satu-satunya.. harus.. menerima syarat nya..

Lagipula semua ini demi Nahye selamat..Kan?

Tak apa.. aku bisa..

bisa menahan emosi meluap-luap ku..

"Ba-baiklah.. aku menerima syarat mu. Tapi setelah itu kau harus menepati janji mu!"

Tak ada jawaban..

Dagu ku di angkat, pinggang ku di tarik agar menempel sempurna dengan tubuh nya. Detak jantung ku lagi-lagi menjadi cepat, bisa meledak kapan saja.

"Buka mulut mu.. "

Deg!

Deg!

Deg!

Aku dengan amat teramat terpaksa membuka mulut ku. Harga diriku jatuh saat menurutinya seperti anak anjing. Aku terus meyakinkan diri ku sendiri kalau semua yang ku lakukan ini demi Nahye seorang. Para rentenir itu pasti tak tinggal diam.

"Anak anjing yang baik.. "

Bersambung