webnovel

32

Rencana Irham dan Citra untuk melakukan sesi foto prawedding di Hong Kong gagal total. Alih-alih berangkat menuju Hong Kong, mereka malah mengubah haluan menuju Korea Selatan. Kata Citra destinasi foto prawedding disana bisa lebih romantis dan punya banyak tempat yang cocok untuk dijadikan tempat foto. Lendra sebagai fotografer membawa 2 orang untuk membantunya bekerja, mereka sudah punya banyak pengalaman melakukan foto prawedding di Korea.

7 hari di Korea sudah berakhir, nanti sore mereka akan pulang kembali ke Indonesia. Irham malam ini untuk pertama kalinya bermalam di kamar yang sama dengan Citra, bukan karena terencanakan tapi karena keblablasan. Tadi malam, setelah melewati makan malam bersama mereka melanjutkan menonton netflix di kamar Citra hingga membuat kedua nya jatuh tertidur.

Irham tersadar dari tidur nya jam 9 pagi dan langsung mengucap dengan perasaan terkejut, "Astaghfirullah, ya Allah ya Tuhan." Ia tersadar setelah melakukan dosa berjamaah. Tidur bersama Citra yang bukan muhrimnya seranjang dan hanya mereka berdua di kamar itu dan satu lagi, Ia melewati solat subuhnya.

Irham buru-buru turun dari ranjang dan masuk kamar mandi Citra untuk mencuci muka nya. Ponselnya yang ada di saku celana ponggolnya berbunyi.

Lendra Is calling. . .

"Ya halo." Sapa Irham dengan suara serak dengan perasaan tak karuan. Ia tidur satu kamar dengan Lendra, sedangkan dua orang anak buah Lendra tidur di kamar terpisah. Lendra pasti sadar tadi malam Ia tidak pulang ke kamar.

"Udah nyicil ya Mas?" tanya nya jahil.

"Astaghfirullah, nggak Len. Sembarangan aja lo." Bantah Irham.

"Hahaha . . .Tadi malam gue video call sama Angah dan si Adek, tau lo nggak di kamar sama gue, mereka udah ribut tuh di rumah. Siap-siap aja lo ya." Ujar Lendra memberi tahu Irham. Dalam hati, Irham tidak bisa berhenti memaki kedua adiknya, Angah dan si Adek. Kedua adiknya itu pasti akan melaporkan hal ini kepada Ibu dan Abi nya, bisa berabe dong urusan nya. ada pula cerita mereka mau video call segala. Mengingat Cindy menghajarnya nanti waktu pulang membuatnya merinding.

"Sialan lo."

Irham langsung mematikan sambungan telepon dan masuk kembali ke kamar Citra guna membangunkan perempuan itu, "Cit, bangun."

Citra hanya bergumam tak jelas lalu kembali mengeratkan selimutnya, "Bangun Cantik, beres-beres. Kita mau pulang." Kata Irham sambil menepuk pipi Citra pelan.

"Jam berapa?" tanya Citra dengan suara khas bangun tidur, Ia tak kunjung membuka matanya.

"9 pagi. Bangun dulu yuk, kita sarapan."

"Hmmm… 5 menit lagi."

Irham tidak berkata apa-apa lagi, Ia hanya berdiri di sisi ranjang Citra dan memperhatikan calon istrinya yang kini masih tidur.

Sudut bibirnya tertarik ke atas dan perasaan nya yang tadi gundah menjadi bahagia. Ia tak sabar bisa melihat pemandangan ini setiap paginya, bangun disamping Citra, melihat wajah tidurnya, mendengar racauan nya saat dibangunkan pagi dan banyak lagi. Wajah Citra yang pucat dan bersih dari make up tidak mampu mengurangi kadar cantik perempuan itu di mata Irham.

[***]

Saat penjemputan di Bandara saat mereka sampai ke Jakarta, Irham sudah berekspetasi Irsyad yang akan menjemputnya. Tapi melihat perawakan Ibu nya dari jauh membuat Irham deg-degan tak karuan. Tangan nya tadi tengah menggenggam tangan Citra buru-buru Ia lepaskan.

Ia memelankan langkahnya dan mencoba menghubungi Irsyad, menanyakan kenapa malah Ibu nya yang nongol di Bandara. Sayang nya, sudah 2 kali Irham coba hubungi, tidak ada satupun panggilan nya yang dijawab, "Angah anjir, pas lagi perlu nggak diangkat nya."

Rombongan Lendra dan Citra sudah bergabung bersama Cindy dan menyalami nya serta beramah tamah, hanya Irham yang masih berada di belakang sana jauh dari jangkauan Cindy.

"Mas kamu mana Len?" tanya Cindy pada Lendra.

"Itu tuh," tunjuk Lendra Irham yang berada agak jauh dari posisi mereka menunggu sekarang.

Cindy memandang galak anak sulung nya yang kini sedang beradu tatap dengan nya, Ia yakin anaknya itu sudah tahu kenapa Ia yang nongol di Bandara untuk menjemput mereka, bukannya saudara-saudaranya yang lain.

"Ibu." Sapa Irham canggung dari jauh. Ia tak kunjung mendekati Cindy karena takut dihajar oleh ibu nya itu.

"Sini, dekatan." Seru Cindy dengan nada tegas. Irham menelan ludah nya susah payah.

Lendra dan kru nya menahan diri untuk tertawa saat ini atau mereka juga akan kena getahnya, Citra yang berdiri di sisi Lendra menarik ujung baju lelaki sedikit dan bertanya ada apa. Kenapa calon mertuanya jadi judes.

"Bunda tau tadi malam Mas nginap di kamar lo." Bisik Lendra di telinga Citra. seketika wajah Citra ikut memucat, Ia tidak berpikir bahwa hal ini akan panjang. Ia akan bergerak menuju calon mertuanya namun tangan nya ditahan oleh Lendra. "Udah, tenang aja lo. Palingan kepala kena tabok sama Bunda, nggak usah khawatir."

Citra meringis mendengarnya.

Sebelum keberangkatan mereka kemarin ke Korea, Cindy dan Sekar sudah mewanti-wanti mereka agar tidak ada kasus tidur di kamar yang sama selama disana. Walau bagaimana pun mereka belum menjadi mahram, baru tunangan aja nggak usah banyak gaya, begitu pesan kedua ibu itu.

Irham mendekati Cindy dan mau menyalami tangan sang Ibu, namun dengan gerakan cepat Cindy menyembunyikan tangan di belakang tubuhnya. Irham baru akan menjelaskan kejadian yang sebenarnya namun Cindy seolah menulikan telinga nya.

"Sakit Bu, sakit." Pekik Irham saat Cindy mulai mencubit pinggang nya, tangan serta lengan nya, cubitan Cindy terkenal dengan rasa nya yang pedis dan Ia yakin besok akan berwarna ungu kebiruan.

"Biasa lagi besok !" kata Cindy marah. "Enak nggak, hah?���

"Ampun Bu, ampun." Sahut Irham sambil meringis sakit.

Aksi Cindy menghukum Irham di lobi bandara menjadi perhatian banyak orang namun Cindy cuek saja, ia sudah gemas setengah mati dengan anak nya itu. ia tidak berhenti mencubit tubuh anak nya hingga ia puas.

"Ini ultimatum dari Ibu, kamu nggak boleh jumpa sama Cindy sampai hari akad nanti."

"Yaelah Bu, akad mah lama banget masih." Protes Irham. Yaelah, 6 minggu lagi baru mereka akan akad, itupun kalo jadi.

"Nggak boleh protes."

Atta dan Sekar sampai ke tempat mereka beberapa menit kemudian, mereka datang untuk menjemput anak nya perempuan nya itu, Citra.

"Sekar, ini anak-anak jangan biarin ketemu dulu sampai hari akad, kita hukum dulu."

Sekar yang telah mendengar berita tentang Irham dan Citra yang tidur sekamar berdua itu pun menyetujui hal itu. "Kamu nggak nyicil dulu kan, Citra?" tanya Sekar memastikan.

��Astaghfirullah Nyak, nggak mungkin lah. Kami Cuma ketiduran." Bantah Citra cepat.

Emang dia cewek apaan, ya ga?

"Ya kirain. . ."

[****]