webnovel

18

Citra masih antara percaya dan tidak percaya kalau sekarang Ia tidak lagi jomblo dan berstatus pacar dari Irham Setiawan. Seakan waktu yang Ia habiskan untuk mengenal lelaki untuk bisa sampai ke tahap pacaran itu tidak cukup atau sebenarnya ini tuh terlalu tiba-tiba.

Satu hal, Ia tidak bisa membatasi dirinya untuk tidak mepet pada Irham, bisa dikatakan Ia yang ngebet untuk dijadikan pacar oleh lelaki gondrong itu. Namun, setelah menjadi pacar lelaki itu sekarang Ia malah shock, masih tidak percaya bahwa status mereka sekarang sudah berubah.

Dari hanya kenalan dari teman kakaknya, sekarang Mas Badboy yang mempesona itu sudah menjadi pacarnya. Ditambah kenyataan saat mereka awal-awal bertemu lelaki itu masih punya kekasih.

Citra juga mengingat Atta yang melarang nya untuk berpacaran dengan Irham namun membingungkan, kakaknya itu selalu memberi ijin kalau Irham meminta persetujuan melakukan apa-apa bersama dengan dirinya. Citra sudah kapok menjalani hubungan yang ujung nya tidak restui, berpacaran dengan Irham dengan ijin Atta yang masih buram itu membuat Citra was-was sebenarnya.

Pintu kamar hotel di ketuk lewat luar, Citra memeriksa jam ditangan nya. 20 menit lagi seharusnya lelaki itu datang menjemputnya. Siapa gerangan dibalik pintu itu ?

Cekleeek. . .

Sepasang mata Citra langsung menangkap perawakan sepupu lelaki nya itu disana bersama Ronal. "Malam kak." Sapa Ronal sambil cengar-cengir. Evan di samping Ronal hanya berdiri kaku tidak berucap apa-apa.

Citra menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa Ron ?" tanya nya datar.

"Mau ajak kakak barengan sama kami." Ronal memberi kode ke sisi kanan dimana ada Rere dan Qaira yang sudah selesai berdandan.

"Eh nggak usah, makasih." Tolak Citra sambil melempar senyum tipisnya, "Aku dijemput Irham kok bentar lagi."

"Yaudah sih sekalian aja kalik." Kata Ronal santai, "Segan juga kami kesana kalau kakak nggak ada."

"Kan ada Pak Evan." Balas Citra memberi kode dengan kepalanya menunjuk kearah Evan.

Wajar sih kalau Ronal dkk agak segan di acara pesta Atta kali ini. Acara ini lebih intim ke keluarga walau ada banyak juga teman-teman yang diundang. Namun, mengingat darah keturunan siapa yang mengalir deras didalam diri Atta, wajar Ronal dkk merasa kecil. Bahkan, Citra yang juga bagian dari keluarga besar itu juga merasakan hal yang sama. Mereka bukan siapa-siapa, bergabung dengan orang-orang hebat dan derajat nya tinggi tentu membunuh mental mereka.

Satu-satu nya orang yang tidak perlu segan harus nya dalam pesta ini adalah Evan. Ini pesta pernikahan sepupu lelaki nya bukan ?!

"Gue lagi males Cit. Tante lo tuh rese." Curhat nya lalu menerobos masuk ke kamar Citra. Tante yang disebut Evan pastilah ibunya sendiri, Rosana Wiratmaja. Citra bukan tidak tahu kalau Evan menyebalkan dan selalu menganggu nya itu punya hubungan Evan yang kurang dengan ibu kandung nya sendiri, itu bukan lagi sebuah rahasia.

Ingin memprotes kelakuan Evan yang main nyelonong saja namun Ia urungkan saat l tidak menemukan ekpresi angkuh dan menyebalkan dari lelaki itu. Ronal, Rere dan Qaira juga ikut masuk ke kamar Citra dan duduk di ranjang dokter cantik itu.

Citra yang belum beres merapikan dandan nya kembali berkutat di depan cermin. "Jadi ini btw Pak Evan masuk ke geng kismis kita juga ? Dari kemarin disini terus. " tanya Qaira menatap jahil ke arah Evan yang kini teronggok pasrah di kursi sofa besar yang ada di dalam kamar.

Sudah dari kemarin hari lelaki mencoba berbaur dengan gengs Citra dkk.

"Boleh aja sih," kata Ronal santai, "Tapi emang gak cocok. Orang dia kerja dimana, kita nguli dimana, Ra."

"Kan nggak lucu kalau Pak Evan tiba-tiba nguli kayak kita. Jatuh lah marwah Wiratmaja nanti." Balas Citra mengolok-olok.

Evan membalas nya dengan dengusan kasar dan tidak menyahut apa-apa. Toh ternyata yang mereka obrolkan semua adalah kebenaran.

Pintu kamar Citra kembali terketuk dan Ronal segera membuka nya.

Citra bisa menangkap suara lelaki-nya yang sedang berbicara dengan Ronal.

"Udah beres ?" tanya lelaki itu setelah muncul kepermukaan. Citra membalik badan dan tersenyum manis kearah pacar 1 hari nya itu.

"Udah, yuk !" balas Citra riang.

Tampan nya mas badboy malam ini. Dengan setelan jas mahal yang dipakainya, rambut cepol rapi dan brewokan yang sudah dirapikan benar-benar membuat mata perempuan mana jadi berbinar.

Mata Irham memindai kearah Evan yang juga berada didalam kamar Citra, Ia tidak mengenal lelaki itu dan mencoba mengidentifikasi nya lebih lanjut. Melihat itu, Citra langsung mengenalkan kedua nya agar tidak timbul permasalahan kedepan nya.

"Kak, Ini sepupu aku, Evan." Ujar Citra ada Irham lalu lanjut pada Irham, "Kak Evan, ini pacar ku, Irham."

Kedua lelaki itu saling berjabat tangan dan melempar senyum, "Salam kenal Irham, gue Evan. Jagain adek gue baik-baik ya." Pesan nya sambil menepuk bahu Irham ramah.

Irham menganggukkan kepala hormat, "Insya Allah. Doakan supaya bisa cepat gue persunting." Katanya membalas.

Ronal yang mendengar itu langsung mencibir, "Halah, pacaran baru kemarin sore udah ngemeng suntang-sunting aja lu, Bos. Kebanyakan gaya." Dumel nya panjang lebar sambil berjalan keluar dari kamar hotel.

"Eeehhh... iri aja lo bocah." Irham sudah berjalan di depan bersama Ronal dan saling melempar ejekan. Mereka saling tolak menolak dan tertawa lebar-lebar melempar olokan satu sama lain. Padahal usia kedua nya jauh berbeda namun lelaki memang begitu adanya, sedikit merasa dekat saja sudah bisa berbaur seperti teman sebantal guling.

Citra mengunci kamar nya yang ditunggu oleh Rere sedangkan Evan dan Qaira berjalan di depan mereka sambil berbicara ringan.

"Kak Irham gimana sih orang nya kak ?" tanya Rere penasaran. Jujur, Rere sangat mengagumi sosok Irham. Jelas, perawakan dan pembawaan nya sangat menyenangkan.

"Nggak tau gue, Re. Gue dekat sama dia gitu-gitu doang. Ini juga pacaran sama dia belum kerasa. Baru juga kemarin."

"Sumpah lo kak ?" kejut Rere, "Nggak gegabah lo nerima dia sebagai pacar ? Nggak takut Kak Irham itu gimana nanti, gak menakutkan sih Cuma biasanya yang gondrong itu kan badboy kak."

"Gue bisa bilang itu Cuma cover dia aja sih yang badboy, dalam nya Pikachu dia tuh. Itu yang bisa gue bilang sekarang. Selebihnya gue percaya sih dia anak baek."

"kayak gue percaya sama Ronal gitu ya ?" tanya Rere lebih pada dirinya sendiri. "Untung Ronal nggak mata keranjang."

Perbincangan mereka terus berlanjut hingga mereka berkumpul kembali di lobi hotel sebelum berbelok ke parkir, "Pakai satu mobil aja atau gimana ?" tanya Evan pada mereka semua.

"Pisah aja. Gue mau sama Rere aja pakai mobil Bos Atta kasih." Jelas Ronal lalu langsung menarik tangan Rere menjauh menuju parkiran.

Tau begitu, Evan tanpa menunggu persetujuan apa lagi Ia juga menarik tangan Qaira menjauh dan berpisah menaiki mobil Evan punya. Ia harus tahu posisi dan memaklumi fakta bahwa tidak enak berada ditengah-tengah orang sedang mabuk cinta.

"Tau banget kapan mesti kasih quality time mereka tuh." Kata Irham tak dapat menahan senyum nya untuk melebar saat Evan maupun Ronal beranjak meninggalkan mereka. Ia membawa Citra masuk ke dalam mobil yang Ia bawa dari Villa tempatnya menginap dan melaju menuju tempat acara resepsi diadakan.

"Aku udah bilang belum," kata Irham menggantung. Citra menautkan alisnya bingung lalu bertanya, "Apa emang ?"

"Kamu cantik banget malam ini, pengen aku persunting sekarang juga."

Senyum lebar dan malu-malu Citra langsung terbit kala pujian itu terlontarkan dengan mulus dari bibir Irham, "Makasih Kak...kakak juga good looking banget mala mini."

"Ckk.. mesti lah. Nanti kalau aku kalah pesona sama Kak Evan-evan kamu itu gimana ?" tanya Irham dengan nada nyolot. Dengan sekali lihat saja, Irham sudah tahu kalau Evan itu punya rasa ketertarikan berbeda kepada Citra dan itu menyebalkan. Walau lelaki itu tadi juga berbasa-basi untuk menasehati nya untuk menjaga adik nya itu.

"Lah apaan ?" respon Citra cepat.

"Aku tau ya, sepupu kamu itu naksir sama kamu, tau aku." Kata Irham sedikit jengkel, "Tapi kayaknya dia nggak bisa ngalahin aku deh." Tambah Irham dengan nada jumawa.

"Kenapa ?"

"Karena kamu suka nya sama aku lah."

"Iya, ku suka kamu !" sahut Citra lugas. Senyum di bibir Irham mengembang lebar, tangan nya bergerak mengusap kepala Citra lembut.

[***]

Pernah kan kalian share makanan dengan pasangan atau orang terdekat ? yakin sekali jawabannya pernah. Citra baru tahu kalau Irham itu tipe orang yang agak sediki rewel tentang makanan.

'Share makan itu haram hukumnya kalau sama aku ya, Cit.'

Itu kata Irham tadi saat Ia melihat ada pasangan yang share gelas minum berdua. Tau kan di tempat pesta itu pasti banyak makanan dan minuman bermacam ragam, belum lagi warna nya yang warna-warni menarik perhatian. Impossible kalau meminum semua rasa, nyicip doang baru possible.

"Kalau bagi sendok gimana ?"

"Boleh. . . sebenarnya aku malas share makanan, aku pelit kalau tentang makanan bukan masalah jijikan." Kata Irham santai.

Citra reflek menggeplak bahu lelaki itu gemas, ada ya orang yang gitu.

"Sama pacar kakak dulu gitu juga ?"

"Iya dong, aku bisa ngambek nggak jelas kalau makanan ku berkurang." Tambah Irham kemudian. "Tau sendiri lah kalau pacaran, materi berantem nya kadang-kadang masalah ini."

"Ck, malesin banget." Cibir Citra, namun beberapa saat kemudian terkikik geli dengan salah satu sifat Irham yang itu.

Mereka sudah sampai ke tempat acara resepsi pernikahan Atta sekitaran 1 jam yang lalu. Baik Atta maupun Citra tidak begitu menyukai berada di tempat acara kerana begitu ramai oleh keluarga besar Wiratmaja.

"Oh ya, kakak nginap dimana ?" tanya Citra pada Irham. Mereka duduk di kursi yang tersedia. Ada beberapa cemilan dan minuman di meja mereka namun tidak menyrik perhatian mereka yang sedang mabuk asmara.

Irham menggandeng tangan Citra dan mengelus-ngelus pelan cincin putih yang tersematkan di jari manis Citra.

Tangan kekasih nya itu terasa hangat.

Cincin di jari Citra membuat Irham sedikit sebal, seharusnya cincin permata dari nya melingkar disana bukan cincin polos dengan ukiran inisial 'C' itu.

"Di Villa nya Icad. Dia ada investasi villa gitu di Bali. Aku nginap disana aja kebetulan kosong." Kata Irham, wajahnya tepat menghadap Citra yang duduk di samping nya.

"Mau ikut kesana nggak, Cit ?" tanya Irham tiba-tiba. Citra meremas sedikit tangan Irham yang menggenggam tangannya.

"K-ke Villa ?" gagap Citra. Irham menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Nggak malam ini kok, besok aku jemput mau nggak ? jalan-jalan dulu terus baru ke Villa Icad ?"

Nice idea, right ?

"Boleh, Citra mau."