2 The Diamond In You

"Double, dua belas!"

Rama sedang rebahan sambil main

game di handphone-nya. Di atas kasur di dalam kamar tanpa cahaya lampu.

Castro, bidak favorit Rama dalam game monopoly ini melangkah dua belas kali dan berhenti tepat di atas kartu musuh.

"Pas!" Rama bergumam.

"Landmark telah dibangun!" ucap moderator game.

"Yoosh!"

Dia memencet lagi tombol lempar dadu karena sebelumnya dia mendapat dadu double

Dadu di lempar, "Double, dua!" ucap Linda si moderator.

"Yaela, kan masuk penjara deh," bidaknya harus masuk penjara karena mendapat dadu double ketiga kalinya.

Castro melompat ke area penjara dan membiarkan giliran lawan lempar dadu.

Rama berguling menatap langit-langit kamarnya yang tentu saja tidak bisa dia lihat karena kamarnya gelap.

"Oh iya!" Rama menggeser jempolnya ke bawah pada layar handphone-nya untuk melihat jam berapa sekarang. [00.30]. Pagi ini Rama masih main game.

"Untung gue inget, setengah jam lagi nimek re: kosong season dua bakal release."

Rama mendekatkan handphone ke wajahnya. Melihat apa sekarang gilirannya yang ternyata pemain lain masih melempar dadu. lalu direbahkan lagi tangannya ke kasur.

"Hah! Setelah tiga tahun .... Episode ini harus gue nikmatin bener-bener dong!"

Dia duduk di tepi kasur sambil menonton permainan lawan, membayangkan kalau dia sedang menonton nimek itu.

"Enak nih kayaknya kalo nonton sambil nyemil."

Rama berdiri, mengambil jaket hitam dalam lemari. Mengambil dompet di atas meja belajarnya yang kosong tanpa satu buku pun. Bahkan lampu belajarnya pun tak ada.

Rama keluar kamar. Hendak menutup pintu, dia sempat menoleh ke pintu di sisi ruang makan, pintu kamar orang tuanya. Seketika mood semangatnya hilang. Berubah sedih. Sesuatu mengganjal tenggorokannya, dan menyeka hatinya.

Kilasan kenangan yang tak diundang tiba-tiba hinggap dalam benak Rama. Kenangan tentang Rama selalu mendapat peringkat akhir dalam satu dekade karirnya sebagai pelajar.

Rama mengabaikan semua kilasan itu. Berjalan ke pagar dan memakai sendal. Jam begini harusnya dagang cilok depan warnet masih jualan.

Dari rumahnya, Rama memakai sendal jepit dan langsung berjalan keluar. Bertemu pertigaan jalan, Rama belok kiri ke jalan dengan plang hijau bertuliskan [Jl. Padang Sambian]

Rama berjalan santai, menyusuri gelapnya Padangsambian. Satu setiap lima meter sinar jingga dari lampu jalan menuntun Rama untuk tetap berjalan di atas pedestrian. Rama mengambil dompet dari kantong jaketnya. Lima belas ... lima ribu tiga lembar mengisi dompet Rama. 'Cilok sepuluh ribu kayaknya oke.'

Belum sampai di dekat si pedagang Cilok, orang itu sudah menyapa Rama. "Hola, Rama! Gak ikut war lo?" sapaan itu begitu nyaring membuat yang bermain di dalam warnet mendengar sapaan itu.

"Woee, ada Rama!"

"Ayok war, Ram!"

"Sini bantuin war, Rama!"

ajakan para pemain untuk ngebantuin war di game [PeBeh].

"Skip dulu gue, mau nonton anime." balas Rama, "Ciloknya sepuluh ribu ya." lanjut Rama pada Tukang Cilok yang langsung menyiapkan.

"Pedes, manis?" tanya Tukang Cilok

"Emm ... pedes ajalah, biar greget."

Tukang Cilok membungkus Ciloknya, Rama ngambil dua lembar lima ribu. Rama terima Cilok dan Tukang Cilok menerima dua lembar uang tadi.

"Makasi Ram." ucap Tukang Cilok

"Tengs."

Rama masuk ke dalam warnet. "Katanya skip dulu," tegur si operator warnet tapi Rama tak acuh.

Rama membuka kulkas yang menyediakan minuman dingin. Rama mengambil sebotol Teh Jawana. "Minuman para raja, hehehe," ucap Rama ke si operator warnet sambil nunjukin minuman yang mau dia beli.

"Minuman para raja tiga ribu ajah," sahut si operator warnet.

Rama memberi uang lima ribu, mengambil kembalian dan langsung keluar.

"Sip, lengkap." Cilok pedas dan Teh Jawana, minuman para raja yang manis siap menemani Rama nonton nimek itu.

Senyum kecil tergambar di wajahnya, jalan Rama lebih cepat sedikit dari yang tadi. Menyusuri gelapnya Padangsambian sekali lagi hingga langkahnya terhenti. Ada seorang wanita berdiri di atas aspal lima meter di depan Rama, di bawah sinar jingga lampu jalan.

Rama menghentikan langkahnya karena wanita itu adalah sebuah keanehan.

Rama yakin kalau hanya dia sendirian yang berjalan di jalan ini barusan. Ditambah lagi Rama hapal betul Padangsambian. Kalau subuh seperti sekarang ini, seharusnya tidak ada manusia yang beraktifitas, kecuali orang-orang yang mau ke warnet atau beli cilok. Namun kenyataannya sekarang, ada wanita itu di sana, di atas aspal dan anehnya lagi, bergaun merah tapi berselendang.

Walaupun jaket dan celana boxer serba hitam membuat Rama berkamuflase dalam gelap malam, Rama benar-benar merasakan kalau wanita itu sedang menatap Rama. Membuat Rama jadi gugup, barangkali wanita itu adalah leak sang hantu lokal di Bali ini. Tapi sekilas, wanita itu terlalu cantik untuk dianggap sebagai leak.

Wanita itu mengulurkan tangan kirinya ke arah Rama. Seakan mengundang Rama untuk entah pergi kemana atau melakukan sesuatu. Rama tidak tau harus merespon bagaimana.

Rama menoleh ke kiri-kanan, barang kali dia terlalu percaya diri, mungkin undangan tangan itu bukan untuknya tapi seseorang di dekat Rama. Akhirnya Rama tak menemukan siapapun di dekatnya, hanya mereka berdua.

Sejenak Rama mengamati, ragu akan menjawab undangan itu. Ia memperhatikan si wanita dari atas ke bawah. Yang paling mencolok adalah radiasi sinar merah kecil mengalir keluar dari matanya.

Tapi sesaat, sinar kuning yang luas menyambar dari kejauhan, memecah kegelapan, lebih terang dari lampu jalan. Wanita itu tak menyadari sesuatu bergerak sangat cepat dari arah belakangnya. Rama paham betul sinar itu pasti dari mobil yang ngebut.

Jadi Rama berlari ke arah wanita itu, mungkin si wanita mengira Rama bersemangat menerima uluran tangannya.

"Awaaaas!!" Rama mendorongnya sekuat tenaga, berharap bisa melempar wanita itu ke badan jalan seberang.

{BUUGGGGGG}

Rama tergeletak di atas aspal tepat di bawah sinar jingga lampu jalan ini. Ia merasakan mobil itu menabrak dirinya.

Rama mencoba duduk tapi rasanya ada batu raksasa menimpa dirinya, jadi ia menopang tubuh dengan kedua tangannya. Kepalanya berdenyut, Rama mengamati sekitar tapi ratusan kunang-kunang menghalangi pandangannya. Ia paksakan sedikit matanya, di sana masih ada mobil itu.

Itu adalah truck box ... dan truck box itu tak bergeming di tengah aspal. Nampak pada box-nya tulisan [JNE].

Tak lama, truck box itu langsung tancap gas. Bannya sampai mengeluarkan suara nyaring dan meninggalkan asap lumayan. Juga meninggalkan tanggung jawabnya—Rama.

Jancok! Ia hanya bisa tergeletak di situ dan merelakan truck box kabur.

Dengan pandangannya yang rabun Rama mencari-cari wanita itu. Ia tak bisa melihat semuanya dengan jelas tapi setitik kecil warna merah itu meyakinkan Rama kalau itu dia orangnya.

Rama melemparkan senyuman padanya.

Tangannya sudah tak kuat menahan tubuhnya sendiri. Rama jatuh dengan pelan. Sinar kuning lampu jalan ini sangat menggangu Rama.

Ia memenjamkan mata lalu menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Namun sesuatu mengganjal paru-parunya. Sesuatu yang ikut masuk kedalam nafas dan membawa rasa sakit ... sakit sekali.

Rasa panas langsung menyebar ke seluruh dadanya dan gatal di saat bersamaan. Tenggorokannya memaksa batuk. Sesuatu yang kental dan panas mengalir lewat tenggorokannya. Ia mendorong batuknya dengan nafas yang lemah. Cairan merah keluar dari batuknya bersama seluruh tenaganya. Rama kesakitan. Dadanya terbakar, tenggorokannya gatal.

Perutnya juga terasa panas. Ia raba pelan. Basah tapi hangat. Dilihatnya tangannya, penuh warna merah. Baunya sama seperti ketika Rama berjalan di pasar  di bagian pedagang daging. Rasanya Rama tau apa yang akan terjadi dengan dirinya.

Rama menarik nafas panjang dan akan berteriak. Warna merah selalu berhasil menakuti Rama. Paru-parunya masih terganjal, akhirnya panas sekali lagi menyebar membakar dada Rama bersama gatal. Rama batuk lagi, darah lebih banyak keluar dari mulutnya.

Rama hanya bisa berbaring di sana, dengan semua rasa sakit ini. Ia pasrah. 'Apa aku bakal mati?'

Jadi ini, akhir cerita dari Rama si wibu nolep ... hei hei not bad ....

Gue hidup juga cuman untuk mereka. Harusnya mati ga ada ruginya.

Toh gue juga benci mereka! gue benci mereka semua! temen kelas, guru, sekolah, masyarakat ... semua!

Apaan sekolah, kenapa semua dinilai sama, bodoh bahasa inggris dianggap manusia gagal. Jago gambar gak dianggap bakat. Beda sedikit gue dijauhi. Nilai adalah segalanya tapi tamat sekolah orang-orang masih planga-plongo mau ngapain.

Gue udah coba ngelakuin apapun supaya bisa diterima sama mereka, tapi walaupun gue punya kebun kentang, kalau mereka pemuja apel ya pasti kentang gue berakhir di tempat sampah ... apa salahnya berusaha semampu gue? apa mereka gabisa menghargai apapun selain apel? apa cuma apel pujaan mereka? Fuck!

Mending gue mati daripada harus terus hidup sama semua orang tolol kayak mereka ...

Siluet dari gaun merah nampak pada pandangan Rama. Wanita bergaun merah itu berdiri dekat Rama. Rama mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya dan menggambar senyum pada wajahnya, berharap wanita itu mengerti kalau Rama tidak menyesal.

Yoo ... ini usaha terbaik terakhir gue, apa lu terima, wahai orang asing ...?

Duuh ... seandainya gue bisa ungkapin, betapa susahnya nahan senyum ini ...

Dan Rama menjadi mayat ....

Kattie Cakey tak bisa mengartikan tanda dua jari itu, tapi ia melihat senyuman Rama. Apa ini yang aku cari?

Kattie mengambil Kacang Almond terakhir dari kantongnya dan  menaruh Kacang Almond pada telapak tangannya terbuka.

Perlahan Kacang Almond itu melayang diikuti aura hijau tua Kattie yang terhisap kedalam kacang. Kacang Almond terbang sampai sedikit lebih tinggi dari kepala Kattie sambil terus menghisap Aura-nya, membuat Harpiel seperti pohon cemara.

Kacang Almond berhenti menghisap aura Kattie. Perlahan mendarat di tangannya, nampak Kacang Almond itu berubah bentuk menjadi seperti batu kristal hijau tua.

Kattie duduk bersimpuh di sebelah mayat Rama. Menaruh kepala Rama di pangkuannya. Memperhatikannya sejenak. Senyumnya itu ....

Ya ... kaulah orangnya.

Jari-jari tangan kirinya membuka mulut Rama dan tangan kanan memasukkan kristal itu ke mulutnya.

Sekejap cahaya hijau tua menerobos keluar begitu dahsyat dari mulut, mata, kuping, hidung dan luka robek di perut Rama. Sekejap juga cahaya itu hilang.

Kattie meletakkan lengan kanannya mengelilingi punggung Rama, lengan kiri di belakang lutut. Kattie bangkit perlahan dengan sayap-sayapnya keluar dari punggung dan juga tanduknya. Kattie menatap ke langit, dengan sentakan sayapnya ia langsung terbang.

Portal cahaya masih menganga ditempat semula, di dekat sang Rembulan. Kattie menghampiri portal itu. Sampai di depan, Kattie memperhatikan mayat itu sejenak. Dia tersenyum ... lalu masuk perlahan.

Menuju sisi seberang portal ini.

Malam belum berganti dan sisi lain portal cahaya ini masih setia pada posisinya, berduaan dengan Bulan Purnama dalam cuaca yang cerah di sini. Tapi di bawah sana, dunia masih dikuasai hujan.

Kattie Cakey keluar dari portal cahaya, seperti ditendang dan dilempar keluar begitu kuat. Mereka jatuh bebas ke Bumi.

Rama terlepas dari dekapannya dan jatuh bebas melesat menuju lautan awan gelap sementara Kattie Cakey berputar-putar tak tentu arah sambil mencari keseimbangan menyusul Rama.

Rama masuk dan menembus lautan awan gelap, sekejap Kattie menyusul.

Badai masih berlangsung. Hujan menyerbu Bumi bersama dengan mayat Rama yang sangat jauh dari jangkauan Kattie.

Kattie menggunakan sihirnya. Aura hijau membungkus dirinya untuk mempercepat lajunya mendekati mayat Rama. Dia mendapat keseimbangan dan terus melesat mengejar mayat Rama tanpa memperdulikan kondisinya sendiri.

Sedikit lagi ... jari-jari Rama hanya tertaut seujung kuku. Hijau auranya makin terang. Tangan Rama berhasil dijangkau. Kattie langsung menarik tangan itu, mendekatkan mayat Rama dan memeluknya erat. Seketika Kattie melakukan sebuah kepakan sayap yang kuat, lalu dengan begitu saja mereka melayang di sana dengan tenang.

Memeluk mayat Rama di tengah badai ini.

Kattie mengepakkan sayapnya dengan lembut. Ternyata tubuh Kattie penuh luka. Gaunnya compang-camping dan darah mencuat dari setiap kulit yang tidak ditutupi gaun, bercampur dengan dinginnya air hujan. Mulutnya bergetar karena dingin tapi ia lawan dengan nafas satu-satu dan sebuah senyum pada mayat Rama.

Kattie mengulurkan tangan mencoba menciptakan portal. Aura-nya begitu tipis keluar dari rambutnya, tak cukup untuk menciptakan portal itu. Ia lanjut mendekap Rama sambil mengepakkan sayapnya pelan. Supaya bisa mendarat sempurna di kuil yang masih sangat jauh di bawah.

Tapi Kattie tak sanggup lagi.

Darah mengalir dari pelipisnya, bertemu dengan air hujan lalu bercampur. Melintas ke dagunya lalu jatuh ke kening Rama.

Darahnya semakin sering menetes, tubuhnya sudah menggigil. Kattie tak bisa membawa Rama, ia harus selamatkan dirinya sendiri dahulu.

Baru saja dia meraih Rama dan sekarang harus melepaskannya, melawan kata hatinya.

Rama direlakan begitu saja. Membiarkan mayat itu jatuh ke Bumi. Namun sesaat kemudian, Kattie mengambil tongkat sihir dari ikatan selendangnya.

Kattie mengarahkan tongkat sihir itu ke arah mayat Rama. Tongkat sihir itu bercahaya. Dari ular merah menyeruak cahaya merah, dari ular putih menyeruak cahaya putih dan dari salib Ankh cahaya hijau tua. Tongkat sihir menembakkan cahayanya ke arah mayat Rama dan seketika mayat itu menerima cahaya-cahayanya.

Kattie jatuh bebas ke Bumi. Ia menoleh ke arah cahaya itu, ia hanya bisa menonton Rama menukik ke Bumi seperti bintang jatuh. Entah sudut Bumi mana Rama akan mendarat nantinya.

Kattie terus melesat terjun bebas ke Bumi. Seratus meter lagi ia akan menghantam tanah, tapi Kattie tak melakukan sesuatu. Kattie hanya menikmati sensasi ini sambil terus mengamati bintang jatuh itu.

Cahaya oranye tiba-tiba muncul dari bawah, lalu terbang ke atas sangat cepat. Tapi Kattie tak menggubris.

Perlahan cahaya itu mendekat dan terlihat sesuatu seperti burung terbuat sepenuhnya dari api dengan seorang penunggang mendekati Kattie seperti menjemputnya.

Itu adalah Chloe, ia langsung menangkap dan menggendong Kattie dengan sangat hati-hati lalu membawa Kattie turun.

Mereka mendarat dengan pelan ke dekat sebuah kuil. Chloe melompat sambil menggendong Kattie dari burung api dan burung api itu langsung menghilang bagai tertiup angin tanpa jejak.

Kattie melompat turun dari gendongan Chloe, membelakangi Chloe. Chloe memperhatikan sayap-sayap ratunya. Basah kuyup. Gaunnya compang-camping, selendangnya hilang dan memegang tongkat sihir. Hujan berhasil memandikan Ratunya.

Chloe menarik tangan Kattie, membawanya berteduh di dalam kuil. Kattie mengikuti begitu saja.

Chloe menatap mata ratunya, walaupun mata Kattie sendu, Chloe seakan tau apa kisah dibalik mata itu. Jadi Chloe memeluk Kattie.

Kattie menerima pelukan itu. sesekali ia mengeluarkan ingus dipundak Chloe. Perlahan akhirnya menangis. Chloe membawa Kattie bersimpuh bersama di lantai dalam pelukannya dan sejenak masih berpelukan.

Chloe melepaskan pelukannya. Ia pegang pundak Ratunya dan menatap matanya, menunggu Ratunya mengucap sepatah dua patah kata.

"Aku harus mencarinya ... sekarang ..." ucap Kattie lemah

Chloe mengacungkan kedua jari telunjuknya. Ditempelkan pada ujung-ujung bibir Kattie lalu ditariknya.

"Entah di bagian Bumi manapun?" ucap Chloe

"Cari sampai ketemu," ucap Kattie.

"Engkau hanya perlu memerintah, Ratuku," ucap Chloe sambil sedikit memiringkan kepalanya lalu melepaskan jari-jarinya, membiarkan senyuman tergambar pada wajah Kattie

Kattie menahan senyum itu, ia berdiri. "Malam ini juga!" ucapnya lugas.

Chloe mengambil posisi berlutut. "Yes, Your Highness!"

Kattie langsung menghilang bagai angin. Meninggalkan asap hitam ditempatnya semula. Lalu muncul di depan singgasananya.

"Ahranum! Seth! Samael! Medea!" Panggilan itu membuat empat sosok muncul bersamaan.

Tiba-tiba api yang dahsyat muncul di atas lantai marmer di hadapan singgasana Kattie. Dari balik api itu muncul Ahranum.

Sebuah sigil yang teramat rumit di atas marmer di samping api Ahranum. Asap keluar dan dari balik asap itu muncul Seth

Sebuah portal berbentuk wajik terbuka tepat di samping Seth dan dari sana Samael keluar.

Bayangan gelap yang melata dari seluruh penjuru ruangan berkumpul jadi satu membentuk wujud manusia yang perlahan Medea keluar dari balik bayang-bayang itu.

Keempat sosok itu muncul dengan kompak dan langsung bertekuk satu lutut. "Yes, Your Majesty," ucap mereka serentak.

"Malam ini juga aku menyatakan perang ... KE SELURUH DUNIA!!"

avataravatar
ตอนถัดไป