webnovel

Prolog; Lima Sekawan

Seseorang pernah berkata, manusia akan sukses jika memiliki dua teman baik dalam hidupnya. Teman yang akan selalu berada di sisinya di setiap keadaan—entah itu sedih ataupun senang, teman yang akan saling menghargai dan membantu ketika sedang kesulitan, juga akan ikut merasakan bahagia ketika seseorang tersebut menerima sebuah pencapaian yang bagus.

Kemudian Gemma berpikir, 'bagaimana jadinya jika gue memiliki lebih dari dua teman baik dalam hidup gue? Apakah gue akan menjadi lebih sukses daripada apa yang sudah gue harapkan?', pemikiran itu mungkin saja terjadi jika Gemma bisa menjalani hidupnya dengan baik bersama temannya itu di sisinya.

Menjaga mereka untuk tetap berada di sisinya hingga mereka tua bersama, menyelesaikan semua permasalahan yang mungkin saja akan timbul dalam pertemanan mereka dan salah satunya harus mencoba untuk mengalah ketika mereka memiliki sebuah kesamaan namun tidak bisa untuk dimiliki oleh keduanya.

Pertanyaannya; bisakah Gemma dan teman-temannya melakukan itu untuk mempertahankan pertemanan mereka?

Mungkin pertanyaan itu akan bisa terjawab dalam cerita ini, bagaimana Gemma dan teman-temannya akan memulai kisah pertemanan dalam masa putih abu-abu mereka. Merasakan banyaknya lika-liku kehidupan masa remaja yang pasti akan datang entah dari sisi internal ataupun sisi eksternal. Mereka juga akan menambah banyak pengalaman tanpa sadar dan menuju proses pendewasaan dengan sendirinya.

Yang pasti bukan hanya tentang pertemanan saja yang ada di dalam sini, melainkan adanya kisah tentang romansa masing-masing, juga tentang keluarga mereka, maupun permasalahan lainnya yang mungkin juga akan muncul seiring berjalannya cerita.

Lalu yang menarik adalah, tentu bukan hanya Gemma saja yang akan menjadi pemeran utama dalam kisah ini, ke-empat temannya yang lain pun akan turut andil menjadi pemeran utama dengan kisah mereka masing-masing. Tapi yang lebih menyenangkan adalah permasalahan mereka tentu pasti akan bertemu dengan satu permasalahan yang sama, yaitu;

Beberapa dari mereka akan jatuh cinta kepada gadis yang sama.

***

Yang pertama adalah Gemilang Mahardika, sapaan akrabnya adalah Gemma karena sejak awal masuk ke SMA Garda Muda laki-laki itu memang memperkenalkan namanya dengan panggilan Gemma.

"Eh, Gemilang atau Mardika, atau Dika aja? Terserah deh siapa nama lo gue bingung—lo punya nama panggilan yang biasanya sering dipakai sama orang-orang di sekitar lo nggak? Kita bingung nih mau manggil lo gimana." Salah satu dari teman sekelasnya semasa Masa Orientasi Siswa protes ketika sesi perkenalan diri, padahal waktu itu Gemma belum kedapatan bagiannya untuk berkenalan yang mana nanti pasti akan dia sebutkan juga, tapi temannya yang satu itu malah lebih dulu bertanya.

"Iya, nih, nama lo kepanjangan gue jadi bingung mau manggil apa," sahut salah satu temannya yang lain.

Karena keadaan kelasnya pada saat itu terdengar cukup gaduh, akhirnya mau tak mau Gemma pun bicara, "Panggil Gemma aja," jawab Gemma santai dan langsung diangguki oleh yang lainnya.

Itulah penyebab awal dirinya dipanggil dengan nama Gemma, yang sebenarnya kalo kata Azka sih namanya kegantengan buat dia. Tapi, Gemma tentu tidak peduli dengan komentar temannya yang satu itu.

Gemma dikenal sebagai laki-laki yang amat sangat santai, saking santainya dia tidak pernah terlibat perkelahian dengan siapa pun. Terkadang, jika salah satu temannya sedang bertengkar dengan anak kelas lain, Gemma hanya akan menjadi penonton saja tanpa berniat untuk ikut campur sekalipun temannya dipukuli oleh anak kelas lain tersebut. Tapi, Gemma akan menjadi seseorang yang paling perhatian jika perkelahian itu sudah selesai. Biasanya justru dia yang akan mengurus temannya tersebut, meskipun tetap dengan gerakan santainya.

Gemma sendiri merasa bahwa hidupnya cukup monoton dan berjalan di alur yang sama setiap harinya, tidak ada yang menarik selain pengalaman dengan teman-temannya saja. Maka dari itu Gemma sangat bersyukur karena memiliki empat teman seperti mereka di masa putih abu-abunya, sebab dengan begitu Gemma tidak akan merasa kebosanan terhadap masa putih abu-abunya.

*

Randanu Ahwal Said, laki-laki ini menjadi orang kedua yang tergabung dalam 'lima sekawan'. Randu berbeda kelas dengan Gemma, tapi dia satu kelas dengan Azka. Cocok sekali jika mereka berdua digabungkan, sebab sudah seperti biang kerok yang tak ada habisnya membuat masalah.

Nama panjang Randu tuh terdengar islami banget, tapi sayang kelakuannya agak berbeda dengan namanya sehingga orang-orang kerap kali meledekinya dengan candaan yang sama, Randu sih awalnya biasa aja tapi lama kelamaan dia juga jadi muak sendiri dengar ledekan itu keluar dari mulut teman-temannya.

"Hadeh, Randu, Randu. Namanya doang yang cakep, kedengerannya kayak anak baik-baik. Tapi, coba lihat bentukan asli sama sifatnya ... sangat berbanding terbalik dengan namanya. Tidak cocok sekali."

"Bacot!"

Iya, begitulah keseharian Randu, hidupnya selalu dipenuhi oleh emosi karena di antara anak-anak lima sekawan, laki-laki itu yang paling cepat tersulut emosinya dan dia juga terlampau sulit mengendalikan emosinya sendiri, maka dari itu anak-anak lima sekawan yang lain seringkali mengingatkan agar Randu tak kelewatan batas ketika sedang marah terhadap seseorang.

Betapa bersyukurnya Randu karena memiliki teman seperti mereka yang akan selalu mengingatkannya jika saja Randu hampir kelewatan batas, setidaknya dengan begitu Randu bisa mengurangi kebiasaannya untuk mencari masalah.

Randu adalah sosok yang paling tidak suka jika ada orang lain yang menjelekkan teman-temannya, coba saja kalau berani maka esok harinya Randu pasti akan mendatangi kelasnya dan langsung mengajak orang tersebut untuk bertengkar.

Namun, walaupun begitu hidup Randu tidak melulu didominasi oleh masalah, laki-laki itu juga termasuk siswa yang sering mencetak prestasi dalam bidang non-akademik, dia tergabung dalam ekstrakulikuler futsal bersama dengan Azka dan menjadi pemain inti yang sering diandalkan di sana. Maka dari itu, jangan terlalu salah paham dengan sifatnya, dia memang emosian, jadi tolong wajarkan saja sifatnya yang satu itu.

*

"Arjuna, senyum dikit kek, muka lo datar banget itu anak-anak baru pada takut lihat muka lo."

"Muka gue emang begini, mau digimanain lagi?" Arjuna mendengus malas selagi menjawab pertanyaan Azka.

"Iya, gue tahu muka lo memang begitu, tapi seenggaknya ditambahin senyum sedikit kek biar nggak kelihatan dingin banget gitu muka lo," Azka masih terus-terusan berkomentar.

Akhirnya Arjuna menyerah dan melakukan apa yang Azka pinta, laki-laki itu mengulas senyum tipis jika mereka tak sengaja berpapasan dengan para adik kelas yang baru, meskipun sejujurnya Arjuna sangat malas sekali untuk tersenyum sehingga senyumnya itu terlihat cukup dipaksakan.

Tapi, tidak apa-apa, selagi Azka berhenti mengoceh maka Arjuna akan tetap melakukannya.

Iya, betul sekali, sosok selanjutnya yang akan diperkenalkan adalah Arjuna Mahawira, laki-laki kerap kali dipanggil dengan nama Arjuna atau Juna oleh teman-temannya. Walaupun Arjuna adalah tipe orang yang cukup kalem sama seperti Gemma, tapi mereka berdua juga memiliki sifat yang berbeda.

Jika Gemma orangnya terlalu santai dan malas untuk mengikuti kegiatan di luar jam sekolah, maka Arjuna masih tergabung dalam ekstrakulikuler Jurnalistik dan masih termasuk salah satu siswa yang aktif dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Di antara anak-anak lima sekawan yang lain, Arjuna dan Tama adalah dua sosok yang paling bisa diandalkan untuk urusan akademik maka dari itu mereka sangat amat melengkapi.

Arjun dikenal sebagai sosok yang cukup dingin dan sulit didekati, laki-laki itu sering sekali memasang ekspresi datar kepada siapa pun orang yang ditemuinya. Jika kalian ingin melihat Arjuna tersenyum maka perhatikanlah dia ketika sedang bersama dengan anak-anak lima sekawan yang lain.

Tapi, ada satu orang juga yang bisa membuat Arjuna tersenyum dengan mudah, dia adalah Aulia. Gadis yang sudah membuat Arjuna jatuh hati sejak mereka kelas sepuluh dan sampai saat ini, namun sayang sekali Arjuna sangat sadar bahwa dia tidak akan bisa bersama dengan gadis itu.

*

Sejak tadi kalian pasti sudah melihat bahwa nama 'Azka' sering kali disebutkan dalam perkenalan yang lainnya. Hafizh Azka Saguna atau Azka memang menjadi salah satu bagian dari lima sekawan, dia adalah sosok yang paling aktif dan amat sangat berisik dibandingkan yang lainnya.

Laki-laki itu banyak bicara namun juga menyenangkan. Dia yang paling sering meledeki teman-temannya namun tak urung tetap membantu di paling depan ketika mereka terkena masalah. Azka juga akan selalu berisik di setiap keadaan dan tak mengenal waktu juga tak mengenal tempat hanya saja Azka sangat perhatian kepada teman-temannya yang lain.

Di saat ada satu kekurangan, maka Azka juga akan menutupnya dengan kelebihan dia yang lain.

Laki-laki ini ada calon kandidat dari ketua futsal selanjutnya, dia mengikuti futsal bersama Randu dan ketika sudah menjadi ketua nanti Azka bercita-cita bahwa dia bisa merekrut pemain perempuan biar katanya sih futsal jadi cantik sedikit gitu enggak isinya cowok semua, tapi tentu saja Azka langsung mendapatkan tempelengan dari Randu setelah mengucapkan itu dalam visi misinya mencalonkan diri menjadi ketua futsal.

Namun, urusan kehebatan dia tak perlu diragukan lagi. Anak-anak lain tidak akan memilihnya jika Azka memang tidak memiliki kemampuan apa pun dalam bermain futsal.

"Eh, kalian tuh nggak bosen apa? Gue aja daritadi yang duduk di sini bareng kalian udah bosen sendiri lihat kita sibuk sama handphone masing-masing," ujar Azka di suatu hari ketika mereka sedang berkumpul.

"Ya, lo cari kegiatan sana biar nggak bosen lagi," jawab Randu acuh tak acuh, masih sibuk dengan game di ponselnya, sebab dia sedang main bareng dengan Gemma.

"Gue sebenernya punya ide sih."

Tama yang merasa kasihan karena sejak tadi tak ada yang serius mendengarkan Azka akhirnya menoleh untuk menatap sahabatnya itu. "Lo mau ngapain?"

"Gimana kalo kita cari keributan aja biar nggak bosen lagi?"

Randu itu paling tidak suka jika kegiatan bermain gamenya diganggu oleh entah siapa pun itu, bahkan dia masih melanjutkan gamenya ketika menjawab kalimat Azka tadi. Tapi, setelah mendengar kalimat Azka yang satu itu Randu tak segan-segan langsung meletakkan ponselnya dan menjitak kepala Azka dengan cukup keras.

"Mending lo diem sebelum gue ajak berantem di sini," kata laki-laki itu dengan nada galak, tapi Azka hanya meminta maaf sembari terkekeh saja melihat responnya.

Tentu saja Azka tidak benar-benar ingin mencari keributan, dia hanya ingin mengganggu teman-temannya saja agar mereka merespon kalimatnya seperti tadi.

Jika sudah begini maka bisa dibayangkan bukan bagaimana ricuhnya keadaan di dalam lima sekawan jika Azka sudah berbuat ulah dan memancing emosi anak lima sekawan yang lain?

*

Pratama Zaidan Altair atau Tama, laki-laki ini adalah sosok nomor satu yang bisa diandalkan entah di dalam lima sekawan ataupun di Garda Muda. Bagaimana tidak? Tama itu sudah pintar dalam akademik ataupun non-akademik, lalu rajin dan juga ramah, belum lagi dia memiliki wajah yang tampan dan juga sopan terhadap siapa saja, lalu dengar-dengar dia juga menjadi salah satu kandidat untuk pencalonan Ketua OSIS di masa bakti yang baru.

Tama tergabung dalam organisasi OSIS di Garda Muda dan dia paling sering dijadikan ketua pelaksana tiap kali ada kegiatan, maka dari itu dia cukup sibuk di sekolah. Tapi, walaupun begitu Tama tetap bisa memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anak lima sekawan yang lain.

Anak-anak OSIS pun sudah sangat familiar dengan empat sahabat Tama tersebut, sebab walaupun ke-empatnya tidak tergabung dalam OSIS, tapi mereka seringkali turut hadir tiap kali anak-anak OSIS sedang mengerjakan sesuatu untuk kegiatan mereka yang baru. Ketika ditanya maka jawabannya hanya ingin membantu saja karena bosan di rumah, padahal sebenarnya yang terjadi di grup obrolan mereka adalah.

[Lima Sekawan]

Tama : Temen-temen, Sabtu besok ke sekolah dong, bantuin gue dekor sekolah nih buat event minggu depan, gue kekurangan orang dan waktunya udah mepet.

Randu : Lo punya anggota OSIS sebenernya buat apaan sih? Pajangan?

Azka : Gue bisa aja sih, sekalian caper ke Bella, hehehe

Gemma : Mager, gue mau tidur seharian.

Arjuna : Oke, Sabtu gue dateng.

Lalu, beberapa minggu kemudian Tama akan berbicara lagi di grup obrolan mereka.

Tama : Jumat ini jangan lupa pada ikutan jumat berkah, gue tunggu di sekolah jam 10. Jangan sampe telat lo pada, itung-itung nambah amal.

Azka : Iye, pak bos, iye gue dateng, lagian lumayan dapet makan gratis.

Gemma : Makan mulu yang lo pikirin, Ka.

Gemma : Minggu ini gue nggak dateng boleh nggak sih, Tam?

Randu : Lo harus dateng Gemma, nanti gue jemput!

Arjuna : Iya gue dateng.

Begitulah isi percakapan yang paling sering terjadi di dalam grup obrolan lima sekawan dengan Tama yang selalu mengajak para sahabatnya untuk turut berpartisipasi untuk membantu setiap kegiatan yang dirinya lakukan. Sebetulnya Tama melakukan itu bukan semata-mata karena hanya ingin memanfaatkan tenaga kerja mereka saja, tapi Tama melakukannya karena dia ingin teman-temannya memiliki kegiatan daripada harus diam di rumah.

Lagipula walaupun sering kali menolak, tapi mereka berempat tetap saja datang sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Entah mengapa terasa seperti ada magnet yang memaksa mereka semua untuk mengikuti titah dari Tama.

Namun rasanya menyenangkan karena mereka bisa menghabiskan waktu bersama walaupun pada akhirnya dimanfaatkan oleh Tama untuk membantu.

Tama itu sudah seperti pelindung bagi teman-temannya yang lain, coba saja di antara mereka ada yang membuat masalah pasti Tama akan langsung turun tangan untuk membantu agar sahabatnya tersebut tidak akan terkena masalah yang besar. Itulah untungnya memiliki teman yang cukup berpengaruh di sekolah karena suaranya pasti akan didengarkan bahkan oleh para guru sekalipun.

***

Seperti itulah gambaran tentang lima anggota dalam kelompok lima sekawan yang akan diceritakan, akan banyak kisah manis, mengharukan, sedih dan juga gembira yang akan dibagikan dalam kisah ini. Dengan porsi cerita yang adil dan yang pasti akan sangat menarik untuk dibaca. Kalau begitu, mari kita mulai ceritanya.

Inilah dia, lima sekawan.

ตอนถัดไป