Naura mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan-ruangan yang ada disitu, tetapi gadis itu tidak menemukan siapapun untuk dimintai pertolongan. Apalagi di lantai tersebut, sinar lampu tidak seterang di lantai tujuh maupun lantai-lantai lainnya. Merasa tidak menemukan siapapun, Naura berjalan lurus, dan melihat ada sebuah pintu terbuka. Gadis itu merasa senang, kepalanya melongok ke dalam ruangan itu, tetapi tidak menemukan siapapun disitu.
"Selamat siang..., apakah ada orang yang dapat membantuku..?" dengan suara perlahan, Naura mengucap salam, dan kakinya tanpa sadar melangkah masuk ke ruangan tersebut. Tiba-tiba tatapan mata Naura terpaku melihat gelas besar di atas meja, gelas itu berisi cairan kental seperti darah segar.
"Minuman apa itu.., apakah ada tekstur buah jika diblend memiliki bentuk seperti itu?" gumam Naura, tanpa sadar gadis itu begidik. Tiba-tiba tengkuk Naura terasa dingin, bulu-bulu halus di leher belakangnya seperti berdiri..
"Siapa yang mengijinkan kamu untuk masuk ke ruanganku tanpa permisi?" tiba-tiba terdengar suara ketus dan berat dari belakang Naura. Mendengar suara itu, bulu kuduk Naura semakin berdiri, dan tanpa sadar tubuhnya menjadi gemetar. Dengan rasa takut, gadis itu menoleh.., dan..
"Kamu...?" melihat laki-laki yang duduk di kursi belakang mobil yang menyebabkannya tertimpuk batu, Naura terkejut. Rasa takutnya seketika menghilang, dan dengan berani Naura menatap laki-laki yang berdiri di belakangnya itu.
"Ditanya malah balik bertanya, ada apa kamu berada di ruang kerjaku..?" dengan nada tinggi, laki-laki itu kembali bertanya pada Naura. Seketika gadis itu menyadari kesalahannya, yang sudah masuk ke ruang kerja laki-laki itu tanpa mendapatkan ijin terlebih dahulu.
"Maaf.., aku mau ke meeting room.., tetapi tidak tahu dimana tempatnya. Melihat pintu ruangan ini terbuka, dan tidak ada satu orangpun, aku memberanikan diri untuk masuk ke ruangan ini." Naura dengan gentle mengakui kesalahannya. Mendengar permintaan maaf Naura, terlihat sudut mulut laki-laki itu naik ke atas.
"Keluarlah dulu dari ruangan ini, belok kiri dan ambil kanan. Di ujung ruangan, meeting room ada di sana. Kamu harusnya naik menggunakan pintu lift untuk direksi, bukan menggunakan lift untuk karyawan operasional, sehingga tidak nyasar kesini." akhirnya laki-laki itu memberi penjelasan pada Naura.
"Baik, terima kasih atas informasinya. Saya akan langsung menuju ke meeting room.." sebagai ucapan terima kasih, Naura membungkukkan badannya kemudian langsung berjalan keluar dari ruangan itu.
"Hey.., siapa namamu?? Namaku Alexander, call me Alex..!" saat Naura sudah sampai di depan pintu, laki-laki itu menanyakan siapa namanya, dan tanpa diminta dia menyebutkan namanya.
"Naura.." ucap gadis itu sambil berhenti sejenak, kemudian bergegas meninggalkan ruang kerja laki-laki itu.
*********
Naura segera bergegas menuju arah yang ditunjukkan oleh laki-laki yang bernama Alexander itu. Gadis itu senyum-senyum sendiri memikirkan kekonyolannya, yang asal masuk ruang kerja seseorang tanpa permisi. Untungnya laki-laki itu berada dalam mobil yang sudah membuat kesalahan padanya, sehingga Naura masih sedikit berada di atas angin bagi laki-laki itu.
"Brukk.., aaawww.." baru membelokkan langkahnya, tanpa sadar Naura bertubrukan dengan seorang laki-laki. Gadis itu menundukkan tubuhnya mengambil berkas yang sudah terjatuh di lantai. Tiba-tiba laki-laki yang menubruknya juga membungkuk dan mengambil berkas yang tersebar itu, kemudian menyerahkannya pada Naura.
"Kamu..., kenapa beberapa hari ini aku selalu bermasalah denganmu..?" melihat laki-laki yang menyerahkan berkas padanya, Naura sontak berbicara dengan nada tinggi. Melihat Naura marah, laki-laki itu malah mencibir gadis itu.
"Miss.., disini itu kantor.., ingat gedung perkantoran. Bicaralah yang manis dan sopan, jangan teriak-teriak seperti bicara di tengah ladang." laki-laki itu tidak terpancing kemarahan, malah meledek Naura dengan tatapan meremehkan. Mendengar perkataan itu, muka Naura bersemburat merah. Tanpa berbicara lagi, Naura berjalan cepat meninggalkan laki-laki itu sendiri.
*********
Johan bergegas masuk ke ruangan Alexander, laki-laki itu harus menyampaikan schedull rapat siang ini. Tetapi betapa terkejutnya, di dalam ruang kerja, Johan malah melihat Alexander sedang duduk-duduk bersantai dan melihat screen monitor di depannya. Bibir Alexander senyum-senyum mengamati rekaman CCTV yang ada di screen yang ada di depannya.
"Tuan Muda.., apa yang sedang Tuan Muda perhatikan?? Rapat akan segera kita mulai, Tuan Muda harus memimpin rapat tersebut." Johan langsung bertanya pada Alexander.
"Melihat kejadian lucu saja, belum satu minggu kamu sudah apes terkena semprot dari gadis itu, he..he.. Seorang gadis yang unik dan menarik..." Alexander tidak menanggapi perkataan Johan, tetapi malah membahas seorang gadis.
"Maksud Tuan muda..., siapa yang Tuan Muda maksud?? Gadis.., gadis yang mana Tuan Muda?" merasa tidak mengetahui gadis mana yang dibicarakan oleh Alexander, Johan kembali bertanya pada laki-laki itu.
"Naura..., yang memiliki arti sebuah bunga. Kata itu berasal dari bahasa Arab Naurah.., memang semakin dipandang, wajahnya cantik dan segar seperti bunga segar yang baru dipetik." Alexander malah berbicara sendiri, tetapi ketika mata Johan melihat ke arah screen, laki-laki itu menjadi terkejut. Ternyata Tuan Mudanya sedang melihat kejadian, ketika dirinya bertabrakan dengan gadis di depan ruang kerja.
"Hmmm..., maksud Tuan Muda gadis yang baru saja bertabrakan denganku di depan ruang kerja Tuan Muda. Bagaimana Tuan muda bisa mengetahui nama gadis itu, apakah Tuan Muda sudah berkenalan dengannya?" seperti melupakan tujuannya datang ke ruang kerja ini, Johan malah bertanya tentang Naura kepada Alexander.
"Iya..., cari informasi tentang gadis itu!! Rupanya gadis itu akan menghadiri rapat Direksi siang ini, apakah Naura masuk ke dalam jajaran pejabat divisi. Jika tidak, kenapa dia bisa bergabung untuk mengikuti rapat siang ini." Alexander langsung memberi perintah baru pada Johan. Bagi Johan, semua perintah dari Alexander harus segera dilaksanakan, karena laki-laki itu sangat anti dengan sebuah penolakan.
"Baik Tuan Muda.., sekarang saya harap Tuan Muda segera menuju ke meeting room. Para Direksi perusahaan ini sudah pada datang dan sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Harapan saya, Tuan Muda yang memimpin langsung rapat di siang hari ini. Hal ini untuk meyakinkan pad apara Direksi lainnya, jika memang Tuan Muda serius untuk memajukan perusahaan ini." Johan segera menyanggupi perintah itu, dan meminta Alexander untuk memimpin jalannya rapat.
Berpikir akan ketemu lagi dengan Naura, Alexander tersenyum kemudian langsung berdiri.
"Jo.., bawakan laptopku ke ruangan! Aku tidak akan berbicara banyak, kamu yang harus handle jalannya rapat!" tidak berbicara banyak, Alexander langsung meninggalkan Johan di ruang kerjanya sendiri. Laki-laki itu bergegas keluar dari ruang kerjanya, dan langsung menuju meeting room. Melihat perginya Alexander yang meninggalkannya sendiri, Johan hanya menatap punggung laki-laki itu.
Tanpa bicara, Johan langsung memberesi laptop Alexander, kemudian memasukkan ke dalam tas dan membawanya ke meeting room.
********