webnovel

Jina [END]

Author: Kily_Kiky
ชีวิตในเมือง
Ongoing · 23K Views
  • 5 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Seorang gadis dari desa kecil menjalani hidupnya dengan banyak harapan. Sejak kecil dia selalu menderita dan tertekan. Hingga dirinya beranjak remaja, tekanan dan kesulitan ekonomi selalu ada dan erat bersamanya. Hingga suatu hari, tanpa menyelesaikan sekolah, atau berbekal pendidikan yang terbatas, dia memberanikan diri pergi merantau ke tempat yang jauh. Tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya. Dia berharap, suatu saat hidupnya bisa berubah menjadi lebih baik. Tapi yang ada hanyalah kekecewaan dan sakit hati. Semua kerja kerasnya tak pernah dipandang. Sampai suatu ketika, kekecewaan terbesar datang dari teman dekatnya sendiri. Teman dekat yang dia sudah anggap seperti saudara, tega meninggalkannya dengan semua kerugian yang harus dia tanggung sendiri. NOTE : KARYA PINDAH KE NOVELTOON

Tags
4 tags
Chapter 1Episode 1. Awal Kehidupan Ku

Jina adalah seorang gadis sederhana dengan banyak mimpi yang ingin dia capai dalam hidupnya.

Sejak kecil dia diasuh oleh neneknya, paman dan juga bibinya.

Dia dibesarkan dengan cukup baik meski terkadang dibumbui dengan pukulan. Jina juga disekolahkan dengan baik sampai dia remaja.

Jina tidak pernah mengenal siapa bapaknya, karena sejak dia masih berumur 1 tahun, kedua orangtuanya harus berpisah karena pihak ke- 3 yang jahat bagaikan iblis berwujud manusia.

Sedangkan ibunya pergi memuaskan keinginannya sendiri dan meninggalkan Jina di rumah neneknya.

Suatu hari saat liburan sekolah, bapak Jina datang berkunjung dari perantauannya ke rumah nenek Jina. Bapaknya ingin bertemu dengan putrinya yang sudah lama dia tinggalkan.

Saat itu Jina masih duduk dibangku Sekolah Dasar, kelas 1 SD.

Maka dia bertanya dimana Jina sekarang. Neneknya bilang dia mungkin sedang bermain dengan teman-temannya di lapangan.

Maka bapaknya pergi menemuinya disana, dia memanggil-manggil Jina yang tengah asyik berkejar-kejaran dengan teman-temannya.

"Jina!

Jina!

Kesini nak! Ini bapak mu datang. Kita pulang yuk! Bapak bawa ole-ole buat mu."

"Dia siapa Jina? (Tanya teman-temannya)

"Ga tau, biarkan saja. Yuk kita main lagi. Sekarang kamu tangkap aku yah. Aku akan berlari kencang."

Meski dipanggil berulangkali tapi Jina tetap tak mau berhenti bermain, dan mengabaikan bapaknya karena tidak kenal. Akhirnya bapaknya pulang menemui nenek Jina dan meminta Jina pulang.

Maka neneknya pun menghampirinya di lapangan dan marah-marah serta mencubit wajahnya. Dia berkata,

"Dasar kau ini. Jadi anak nakalnya minta ampun. Sudah dipanggil-panggil tapi tidak mau pulang."

Jina pun kesal karena harus menghentikan permainannya. Dan pulang dengan wajah yang memerah karena cubitan. Lalu sambil berjalan dia berkata,

"Memangnya kenapa sih aku harus pulang? Aku kan masih ingin main nek."

"Bapak mu datang dari jauh. Kamu ini sudah dipanggil-panggil dari tadi ga mau pulang. Dasar?" (Balas neneknya kesal)

"Apa? Bapak ku. Bukannya bapak ku sudah mati ditabrak mobil?

Ibu bilang kan bapak ku sudah mati sejak dulu." (Balasnya dengan polos)

"Apa kamu bilang? Dasar anak kurang ajar." (Balas neneknya marah)

Akhirnya mereka sampai di rumah. Tapi Jina hanya diam saja memperhatikan bapaknya. Dia tidak mau didekati bahkan diajak bicara. Meski begitu bapaknya tak menyerah dan terus mengajaknya bicara.

"Jina, sini nak! Kenapa kamu takut-takut? Ini bapak."

"Agh, tidak. Bapak ku sudah mati." (Balasnya lalu pergi meninggalkan bapak dan neneknya)

Bapaknya pun tak habis pikir dengan sikap Jina yang seperti itu. Akhirnya nenek Jina menceritakan mengapa Jina bersikap seperti itu dan mengatakan bahwa bapaknya sudah mati.

"Jadi begini, ibu Jina kesal dan benci sekali waktu itu, waktu kalian berpisah dan kau lebih memilih keluargamu dibanding istrimu sendiri. Karena itu dia juga ingin agar kebenciannya pada mu menular kepada anaknya. Makanya sejak kecil Jina diberi tahu bahwa bapaknya sudah mati. Ibunya sangat benci karena kamu sudah menelantarkan mereka berdua."

"Aku tahu aku salah. Karena itulah aku datang kemari untuk minta maaf. Aku sangat menyesal sudah mengabaikan istri dan anak ku. Dan aku ingin memperbaiki segalanya. Aku disini hanya 1 minggu saja."

"Yah, tapi mungkin itu sulit. Karena ibunya Jina juga sudah pergi mencari keinginannya sendiri. Mungkin nanti kalau dia kembali, saya akan beritahukan rencanamu."

**********

Waktu pun berlalu begitu cepat, bapak Jina pun kembali dan Jina sendiri juga tidak peduli. Selama bapaknya berada disana, dia tidak pernah mau berbicara dengannya.

Suatu hari ibu Jina pulang, setelah sekian lama memuaskan keinginannya diluar sana, dan dia berencana untuk membawa Jina pergi bersamanya. Tapi neneknya menolaknya dengan keras, paman dan bibinya juga tidak setuju.

Mereka berpikir bagaimana nanti dengan sekolahnya jika Jina pergi bersama ibunya. Sementara ibunya disana juga tidak jelas.

Akhirnya timbullah pertengkaran yang hebat di rumah itu karena memperebutkan Jina.

Sampai-sampai ibunya mengancam akan bunuh diri. Dia membawa golok agar mereka mengizinkan Jina pergi bersamanya.

Jina yang masih kecil itu hanya bisa menangis melihat keributan yang terjadi.

Maka demi mendamaikan kegaduhan itu, Nenek, Paman dan Bibi Jina pun terpaksa merelakan Jina pergi bersama ibunya.

Jina pun menghabiskan hari-harinya bersama ibunya di tempat lain dan melupakan sekolahnya selama beberapa minggu.

Hari-hari pun berlalu begitu cepat. Dan lama-lama Jina merasa kesepian dengan hidupnya. Dia sedih karena melihat yang lain sekolah, sementara dirinya hanya bisa diam di rumah.

Akhirnya dia mendesak ibunya agar kembali ke rumah neneknya. Usahanya pun tidak sia-sia. Mereka akhirnya kembali dan sekolahnya pun bisa dilanjutkan lagi.

Saat suasana diantara mereka mulai membaik, nenek Jina menceritakan bahwa bapak Jina waktu itu datang berkunjung, dan meminta agar rumah tangganya kembali utuh.

Awalnya ibu Jina menolak dengan keras. Tapi karena segala bujuk rayu neneknya, dia pun akhirnya menyetujui rencana itu.

Mereka akhrinya bersatu kembali dan tinggal bersama di sebuah rumah kecil yang mereka sewa, tak jauh dari rumah nenek Jina. Mereka memulai hidup baru lagi.

Hari demi hari mereka jalani dengan sangat sulit. Karena keadaan ekonomi keluarga Jina sangat buruk. Mereka hanya punya uang yang sangat pas-pasan untuk makan sebelum mereka mendapat hasil dari ladang yang mereka garap.

Suatu hari Jina meminta uang pada ibunya untuk membeli mainan. Jina yang masih kecil tidak terlalu paham dengan masalah ekonomi. Dia terus merengek dan memaksa ibunya agar memberi uang padanya untuk membeli mainan, yang harganya hanya seribu rupiah.

Tapi saat itu bahkan uang sepeser pun ibunya tidak punya. Karena dia terus merengek meminta mainan, ibunya pun habis kesabaran hingga akhirnya marah besar. Dia mengambil kayu yang cukup besar dan memukuli Jina hingga seluruh badannya berbiru dan hidungnya mengeluarkan darah.

Ibunya begitu emosi, karena Jina terus merengek-rengek meminta mainan.

Tak tahan terus dipukuli, dia pun mencoba lari menjauh dari hadapan ibunya. Tapi ibunya mengejarnya dan terus memukulinya.

Orang-orang saat itu tidak berbuat apa-apa, hanya bisa terdiam melihat tontonan itu.

Karena begitu sulitnya kehidupan keluarga Jina, kedua orangtuanya pun memutuskan untuk pindah ke tempat lain dan mencari nafkah disana. Mereka pergi dan terpaksa menitipkan Jina lagi di rumah neneknya.

Baru sebentar mereka berkumpul bersama, tapi harus terpisah lagi karena keadaan.

**********

Jina tinggal bersama neneknya hingga selesai SMP.

Beberapa tahun setelah keluarganya bersatu dan pergi meninggalkannya, Jina memiliki seorang adik perempuan.

Disana kehidupan orangtua Jina juga masih jauh dibawah sederhana. Tapi karena bapaknya ingin keluarganya berkumpul bersama dengan anak-anaknya, maka bapak Jina pergi berkunjung ke rumah neneknya meminta agar Jina juga ikut bersama mereka.

Seperti biasa neneknya tidak setuju. Tapi karena Jina sangat ingin bersama dengan bapak dan ibunya seperti anak-anak lainnya, maka dia memohon agar neneknya mengizinkannya pergi. Meski dia tidak tahu akan seperti apa kehidupannya nanti. Tapi keputusan yang dia ambil sangatlah keliru.

Setelah memohon sedemikian rupa, Jina kini bisa pergi bersama bapaknya, dan melanjutkan sekolah disana. Dia pun mendaftar ke bangku SMA. Dia berharap, dia bisa mendapatkan pendidikan yang dia inginkan. Meski dia harus berjalan kaki ke sekolah sejauh 3 jam perjalanan, tapi Jina tidak menyerah. Keadaan ekonomi keluarganya sangat buruk sehingga tidak bisa memberikan ongkos bis ke sekolah.

Hari demi hari dia jalani dengan sabar, meski keadaan ekonomi semakin hari semakin buruk. Hasil tani mereka selalu gagal dan banyak hutang dimana-mana. Jina kini hanya bisa menjalaninya saja, dan berupaya untuk tetap kuat. Terkadang dia menyesali keputusan yang dia ambil dulu.

Karena keadaan ekonomi yang semakin parah, bapak Jina pun memutuskan untuk pergi merantau lagi agar bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan menyekolahkan Jina.

Beberapa tahun bapaknya rutin mengirimkan uang untuk biaya sekolahnya hingga dia bisa melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Kebutuhan keluarga juga bisa terpenuhi dengan baik.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Belakangan bapaknya mulai jarang mengirim uang. Sehingga tak hanya kebutuhan keluarga, bahkan pendidikan yang sebentar lagi akan selesai tidak bisa dilanjutkan.

Setiap kali ditanya, alasannya pekerjaannya tidak berjalan lancar.

You May Also Like

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · ชีวิตในเมือง
Not enough ratings
1016 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT