webnovel

Infinite dendrogram

Di tahun 2043, Infinite Dendrogram, full-dive VRMMO sukses pertama di dunia dirilis. Selain kemampuannya untuk menyimulasikan kelima indera dengan sempurna, bersama dengan banyak fitur menakjubkan lainnya, game itu berjanji akan memberikan sebuah dunia yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas kepada para player. Hampir dua tahun kemudian, calon mahasiswa baru, Reiji Mukudori, akhirnya bisa membeli game itu dan mulai bermain. Dengan sedikit bantuan dari kakaknya yang sudah berpengalaman, Shu, dan rekan Embryo-nya, Reiji memulai petualangan di dunia Infinite Dendrogram. Apa yang akan dia temukan dan hadapi di dunia game yang terkenal akan kerealistisan dan kemungkinan tak terbatasnya itu?

Tang · เกม
Not enough ratings
30 Chs

Bab 2 – Klise di Gang Belakang

Paladin Ray Starling

Liliana adalah tian pertama yang ku ajak berbicara. Tanggapannya begitu alami dan dia terlihat begitu hidup sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa dia adalah seorang tian—sesuatu yang tidak lebih dari seorang NPC. Perasaan itu masih hidup, dan meskipun aku tahu bahwa ini adalah sebuah game, aku tidak bisa hanya melihatnya sebagai karakter game.

"Sudah cukup lama," katanya. "Aku tidak menyangka akan melihatmu di Gideon."

"Yah, aku baru sampai disini sekitar dua hari yang lalu," kataku.

Mungkin karena dirinya adalah kontak personal—dan fisik—pertamaku di dunia ini, cara bicaraku otomatis menjadi agak sopan. Dia berkata bahwa sudah beberapa lama sejak terakhir kali kami bertemu, tapi sebenarnya baru delapan hari berlalu.

Sekarang kalau kupikir-pikir, sejak aku mulai bermain, baru 10 hari berlalu didalam game dan baru berlalu 3 hari didunia nyata, pikirku. Njir, hari-hari didunia ini benar-benar padat.

"Aku harus bertanya—kenapa telinga anjing?" tanyanya, melihat ke atas kepalaku.

"Tolong jangan lihat ini," jawabku. "Terlalu banyak yang terjadi. Jadi, kenapa kau ada disini bersama sekelompok orang seperti itu?"

Liliana terlihat agak kesulitan, jadi aku memutuskan untuk bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi. Dia dikelilingi oleh ksatria yang mengenakan armor , bendera, dan simbol unit yang sama. Liliana adalah seorang Paladin dan Wakil Komandan Ksatria Royal Guard. Dari hal itu, aku bisa berasumsi bahwa orang yang ada bersamanya juga merupakan anggota Royal Guard.

"Nah, Ray, kami—"

"Nona Grandria!" salah satu dari ksatria itu memotong perkataan Liliana. "Kita tidak boleh membiarkan satupun orang luar mengetahui hal ini!"

Itu adalah pria yang sama dengan yang menanyai penjaga toko tadi. Dia melotot ke arahku—atau, tepatnya, ke arah punggung telapak tanganku.

"Tapi Sir Lindos, dia adalah salah satu dari kita—seorang Paladin," kata Liliana.

"Dia tidak sama dengan kita hanya karena kita memiliki profesi yang sama," bantah pria itu. "Ini adalah sesuatu yang harus kita lakukan tanpa harus bergantung kepada para Master."

Sekarang sudah jelas bahwa dia adalah rekan Liliana—seorang Paladin dari Royal Guard. Dia tampaknya juga membenci kami para player—dengan kata lain para Master.

"Membenci orang sejenismu adalah sebuah keadilan baginya," komentar Nemesis.

Memang. Ksatria Royal Guard milik Kerajaan Altar memiliki alasan untuk membenci kami para Master. Para Master Altar adalah orang yang tidak banyak membantu selama perang terakhir, dan para Master Kekaisaran adalah orang yang memberikan kerusakan terbanyak.

Sang Raja telah dibunuh oleh seorang Master, jadi sudah wajar jika mereka membenci kami.

"Tapi ada hal-hal yang hanya bisa diketahui oleh mereka," kata Liliana. "Kita tidak sedang berada di dalam situasi yang mengizinkan kita untuk memilih dari siapa kita menerima bantuan."

"… Itu masuk akal," kata pria itu, menyerah. "Kalau begitu, silahkan cari dengan cara yang menurut anda paling bagus. Kami akan mencarinya dengan cara kami sendiri. Namun, anda sebaiknya hanya meminta bantuan dari orang yang anda percayai."

"Aku paham," Liliana mengangguk. "Berhati-hatilah dalam pencarian kalian."

"Tentu saja," kata pria itu. "Ayo, kita akan melanjutkan hal ini di distrik keempat."

Pria yang Liliana panggil Sir Lindos memberikan perintah kepada para ksatria, dan mereka semua meninggalkan toko.

Satu-satunya yang tersisa di dalam hanyalah Aku, Nemesis, Liliana, dan penjaga toko, yang tampak lega.

"Begitu," kata Nemesis. "Dari cara dia menunjukkan kebenciannya kepada para Master, kupikir dia adalah orang yang impulsif, tapi sepertinya dia dapat diandalkan ketika diperlukan."

Atau mungkin situasinya terlalu gawat sampai-sampai seorang ksatria yang membenci Master menerima pertolongan dari seorang Master, pikirku.

"Aku minta maaf Ray, Sir Lindos bukanlah orang yang jahat, tapi…" kata Liliana.

"Tidak perlu melakukan hal itu," kataku. "Dia sepertinya sedang terburu-buru."

"Ya, tentang hal itu… ada sesuatu yang ingin ku tanyakan kepadamu." Sambil mengatakan hal itu, Liliana mengeluarkan selembar foto.

Hal itu membuatku merasakan sedikit déjà vu, membuatku mengingat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Namun, kali ini itu adalah foto orang yang berbeda.

"Apakah kau pernah melihat gadis ini disuatu tempat?" tanyanya.

Orang yang ada di dalam foto itu adalah seorang gadis kecil. Dia terlihat berumur kurang dari 10 tahun. Wajahnya adalah salah satu kontestan terkuat untuk orang paling cantik yang kulihat sejauh ini di Infinite Dendrogram. Tentu saja, itu hanya untuk para wanita. Rook tidak akan tertandingi jika aku juga mempertimbangkan laki-laki.

Gadis yang ada di foto itu memiliki rambut emas bergaya menggulung, dan mata biru cerah yang terlihat seperti mengekspresikan kekuatan hatinya. Aku juga bisa menyadari bahwa dia memakai pakaian yang sangat mewah. Aku tidak terlalu mengetahui tentang hal seperti itu, tapi aku bahkan dapat mengatakan bahwa dia memakai gaun berkualitas tinggi.

Penampilannya, dikombinasikan dengan cara duduknya di kursi yang bermartabat, membuat foto itu terlihat seperti foto-foto yang ada pada prewedding resmi.

Dia agak sedikit terlalu muda untuk hal itu, sih, pikirku.

Bagaimanapun, tidak mungkin aku bisa melewatkan orang yang terlalu mencolok seperti itu, jadi…

"Aku minta maaf, tapi aku tidak pernah melihatnya," kataku. "Jadi, siapa gadis itu?"

Dilihat dari bagaimana paniknya para ksatria, aku hanya bisa berasumsi bahwa dia adalah nona muda dari keluarga bangsawan penting.

"Eh?! Umm, uhh…" Liliana tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya setelah mendengar pertanyaanku dan menatapku dengan ekspresi bingung. Itu bukan karena dia tidak bisa mengatakan siapa gadis yang ada di foto itu atau sejenisnya. Kebingungan itu tampak terlalu berlebihan untuk hal itu. Dia bertindak seolah-olah aku menanyakan sesuatu yang aneh kepadanya, seperti jawaban dari satu di tambah satu.

Setelah dia menyadari bahwa aku benar-benar tidak mengetahui siapa gadis itu, Liliana memberikan jawaban kepadaku.

"Ini adalah Tuan Putri Kedua Kerajaan Altar, Elizabeth S. Altar."

"Ohhhhh." Semuanya menjadi masuk akal sekarang.

"Saat seseorang menanyakan sesuatu yang seharusnya menjadi pengetahuan umum kepadamu, sudah wajar jika kau merasa bingung," komentar Nemesis. "Aku tidak layak untuk mengatakannya, sih. Karena kita berbagai sebagian besar dari ingatan kita, dan aku juga tidak mengetahui siapa gadis itu."

Sungguh hal yang tak pantas dari seorang Paladin, pikirku dalam hati. Aku benar-benar harus mempelajari struktur kekuasaan di kerajaan ini.

"Jadi," kataku. "Jika kau mencarinya, maka…"

"Tuan Putri menghilang saat kami sedang mengunjungi Gideon, dan kami anggota dari Royal Guard sedang mencarinya saat ini," jawabnya.

Tampaknya ini adalah sebuah masalah yang serius, pikirku.

Karena aku tidak mengetahui apapun, Liliana menjelaskan semua rincian tentang hilangnya tuan putri kepadaku.

Pertama, dia adalah putri dari raja yang telah meninggal dalam perang melawan Dryfe. Sang raja memiliki tiga orang putri, tapi tidak memiliki satupun putra. Kakak tertua dari gadis yang hilang itu—tuan putri pertama—adalah orang yang bertindak sebagai penguasa saat ini.

Kerajaan Altar tidak memiliki peraturan yang menentang seorang wanita untuk mewarisi takhta, tapi dalam sejarah, kerajaan memiliki lebih banyak raja dari pada ratu.

Karena hal itu, meskipun enam bulan sudah berlalu sejak kematian sang raja, upacara penobatan belum dilakukan, dan Elizabeth masih menjadi "tuan putri kedua."

Dia datang ke Gideon untuk menghadiri sebuah acara resmi. Dia telah tiba disini dan mulai tinggal di mansion milik Count Gideon sekitar dua hari yang lalu.

Kemarin, dia masih berbicara dengan count dan berpartisipasi dalam persiapan acara besok. Hari ini, dia memiliki rencana untuk berbicara dengan beberapa orang berpengaruh di kota ini. Namun, ketika salah satu maid milik Elizabeth pergi ke kamarnya pagi ini, dia tidak melihat tanda-tanda keberadaan tuan putri dimanapun.

Disana hanya ada secarik surat—ditandai dengan stempel kerajaan—yang mengatakan "Aku akan kembali sore nanti." Dari gaya tulisannya, sudah jelas bahwa dia tidak diculik, tetapi telah menyelinap keluar karena keinginannya sendiri.

Dan juga, sudah banyak yang mengetahui bahwa tuan putri ingin pergi melihat-lihat Gideon, dan menjadi sangat marah saat dia mengetahui bahwa dirinya tidak diizinkan untuk melakukan hal itu.

Info tambahan: Liliana berusaha untuk mengatakan hal ini sehalus mungkin, tapi tuan putri adalah orang yang aneh, terlalu bersemangat, sangat kurang ajar, dan begitu penuh rasa ingin tahu sehingga membuatnya benar-benar merepotkan.

Pada dasarnya, tuan putri menyelinap keluar dari perannya hanya agar dapat melihat-lihat Gideon.

Tentu saja, Royal Guard tidak bisa begitu saja membiarkannya berjalan sendirian di sekitar kota, jadi, sudah wajar, mereka mulai mencarinya.

Jika ada satu hal yang dapat kukatakan tentang situasi ini…

"Bukankah menurutmu kalian harus meningkatkan penjagaan kalian?" tanyaku.

"Kau sangat benar tentang hal itu…" kata Liliana.

Tapi ternyata mereka sebenarnya memiliki alasan yang jelas.

Selama rentang waktu dimana tuan putri melarikan diri, terdapat sedikit masalah tertentu.

Itu terjadi dalam proses penyerahan peran untuk melindungi tuan putri dari Ksatria Divisi Ketiga ke Ksatria Royal Guard. Itu memang terlihat tidak akan menyebabkan masalah khusus, tetapi ada alasan kenapa semuanya bisa jadi seperti itu.

Kunjungan tuan putri ke kota ini sudah direncanakan sejak lama. Pada saat itu, telah diputuskan bahwa perlindungannya—sejak saat dia meninggalkan ibukota sampai dia menyelesaikan urusannya di Gideon dan kembali ke rumah dengan aman—akan diserahkan kepada Royal Guard.

Namun, insiden Player Killer telah membuat mereka menunda keberangkatan mereka dari Ibu Kota.

Setelah para PK ditangani, mereka akhirnya dapat berangkat, tapi ada sebuah masalah baru. Itu adalah kejadian—seperti yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri—yang telah mengubah Noz Forest menjadi abu.

Sebagian besar berasumsi bahwa orang yang bertanggung jawab atas hal itu King of Destruction, tapi tidak ada bukti tentang hal itu.

Namun, hal itu harus dipastikan, jadi tugas untuk menemui King of Destruction dan menanyakan hal itu kepadanya telah diberikan kepada seseorang dari Kerajaan yang mengenalnya secara pribadi—Liliana. Sepertinya, semua orang yang kenal dengannya telah meninggal dalam perang.

Liliana adalah Wakil Komandan Ksatria Royal Guard. Namun, karena kursi Komandan sedang kosong, pada dasarnya dia berada pada urutan teratas.

Karena ada beberapa masalah dengan prospek Royal Guard yang melindungi tuan putri tanpa kehadiran Liliana, tugas itu telah buru-buru diserahkan kepada Ksatria Divisi ketiga. Hal itu harus dilakukan karena keberangkatan tuan putri telah tertunda karena insiden player killer, dan mereka tidak bisa menundanya lagi. Tapi itulah penyebab masalah yang sebenarnya.

Setelah Liliana selesai menanyai King of Destruction tentang perannya dalam insiden Noz Forest, Liliana dan Royal Guard miliknya langsung pergi ke Gideon dan tiba hari ini, di pagi buta. Tepat setelah sampai, dia langsung mencoba untuk mengambil tugas untuk melindungi tuan putri dari Ksatria Divisi Ketiga.

Selama proses, kedua kelompok saling melihat dokumen masing-masing dan menemukan bahwa ada beberapa ketidakcocokan. Sebenarnya, ketidakcocokan itu begitu besar sampai-sampai tidak akan ada seorang pun yang percaya bahwa itu benar-benar terjadi.

Mereka semua harus membandingkan dan memperbaiki dokumen yang mereka miliki sambil sesekali menggunakan alat komunikasi sihir untuk menghubungi dan mengonfirmasi point tertentu dengan orang-orang di ibukota, dan hal itu menghabiskan waktu satu jam penuh. Setelah mereka menyelesaikan hal itu dan secara mental mempersiapkan diri mereka untuk melindungi Tuan Putri, mereka mengetahui bahwa dia telah menghilang.

"… Ya ampun." Kataku.

Dia mungkin menyadari bahwa ada masalah yang terjadi dan melihatnya sebagai kesempatan agar dia bisa kabur.

Dia kedengaran seperti seorang gadis yang cerdik, pikirku.

"Masalah pada dokumen itu mungkin juga direncanakan oleh tuan putri," kata Nemesis.

Ha ha ha, mana mungkin… pikirku. Lalu aku menyadari, Tunggu, kau tau? Kau mungkin memang benar.

Meskipun ini sedikit tidak ada hubungannya, percakapan Liliana dengan King of Destruction berlangsung seperti ini:

"Apakah kau yang melakukannya?"

"YA."

"Kenapa?"

"Aku marah, jadi aku melakukannya. Aku merasa bersalah tentang hal itu, sih."

"Begitu. Ngomong-ngomong, Noz Forest adalah sumber kayu milik Kerajaan. Aku ingin kau membayar ganti rugi untuk semua pohon yang telah kau bakar. 130,000,000 lir, plis."

"… Ambil ini, dasar maling!"

"Oh, tapi aku adalah pihak berwenang."

Dengan itu, Kerajaan langsung mendapat cukup uang untuk menjalankan fungsinya meskipun telah kehilangan Noz Forest. Sepertinya, itu telah banyak membantu mereka.

Aku malah lebih terkejut karena orang yang duduk di ranking teratas dapat dengan mudah mengeluarkan uang sebanyak itu.

"Tapi njir, dia hanya 'marah'…? Sungguh pria yang merepotkan," kataku.

"Benar," kata Liliana. "Pastikan kau memberitahunya saat lain kali bertemu dengannya."

"Eh? Ah… tentu?" aku tidak tau bagaimana harus menanggapinya.

Apa yang membuatnya berpikir bahwa aku ada hubungannya dengan King of Destruction? Pikirku.

Setelah mengatakan semua rincian tentang pelarian tuan putri, Liliana berlari untuk kembali mencarinya.

Kelihatannya dia menghabiskan banyak waktu untuk mencari orang lain. Aku hanya bisa berasumsi bahwa dia terlahir dengan takdir itu.

"Bagaimanapun, meskipun ini adalah masalah serius, tuan putri itu hanya melarikan diri," kataku. "Kita hanya perlu memastikan untuk memberitahu Liliana jika kita melihat gadis itu."

Dia tidak diculik atau sejenisnya—dia hanya pergi jalan-jalan. Seperti itu bukanlah sesuatu yang akan meninggalkan rasa pahit dimulutku.

"Menurutku kau seharusnya tidak mengatakan sesuatu dengan begitu ceroboh," kata Nemesis. "Coba pertimbangkan pengalamanmu sampai saat ini. Kau sepertinya adalah sejenis magnet event. Kau mengalami berbagai macam hal, tidak peduli apakah itu terkait dengan tian, monster, atau Master."

… Mungkin kau benar, pikirku. Aku belum lama memainkan game ini, tapi aku sudah mengalami banyak hal.

"Aku tidak tahu seberapa penuh kejadian kehidupan para Master lainnya, tapi bukankah menurutmu kau jauh berada di atas rata-rata dalam hal itu?" tanya Nemesis.

Yah, aku telah berpikir bahwa keseharianku disini cukup padat.

"Jika gadis ksatria itu lahir dengan takdir yang membuat kehidupannya penuh dengan pencarian orang, kau mungkin lahir dengan takdir penuh perselisihan," kata Nemesis. "Aku tidak bisa menyarankanmu untuk berbicara dengan sikap yang dapat memanggil kejadian seperti itu."

"Kau benar," kataku. "Aku akan mengingatnya."

Semua percakapan tadi telah membuatku sedikit lapar. Sejak awal, lapar adalah alasan kenapa kami datang ke toko ini, jadi aku mulai berbicara dengan penjaga toko.

"Permisi. Apakah kami bisa makan disini?" tanyaku.

"Ya, tentu saja, " kata penjaga toko itu. "Kami tidak dapat melakukan satupun pekerjaan sampai beberapa saat yang lalu. Kami harus bekerja keras untuk menutupi hal itu."

"Oh ya, kau juga ditanyai, " aku mengangguk. "Apakah ada alasan khusus?"

"Toko kami popular di antara gadis muda, jadi mereka mungkin menduga bahwa mereka dapat menemukan jejak nona muda itu disini," jawabnya.

"Oh?" Nemesis bereaksi pada sesuatu. "'Populer di antara para gadis muda,' katamu? Bukankah itu artinya…?"

"Ya, kami memiliki berbagai jenis kue," kata penjaga toko itu.

Mata Nemesis berbinar. "Bagus!" teriaknya. "Master! Ayo kita makan dengan sepenuh hati!"

"Tapi aku baru saja membeli equipment baru," kataku. "Aku tidak yakin ingin menghabiskan terlalu banyak uan—"

"Dua buah gacha, 200,000 lir," dia memotong perkataanku.

"Maaf. Silahkan makan semua yang kau inginkan," kataku, menyerah.

 

Satu jam kemudian, Nemesis meninggalkan toko dengan wajah puas setelah memakan kue dalam jumlah besar, sementara aku berjalan sambil meletakkan tangan di kepalaku saat aku meratapi keadaan inventory-ku, yang hanya memiliki sisa kurang dari 10,000 lir.

Itu terlalu banyak… Kau makan terlalu banyak!

"Tapi itu masih lebih sedikit dari pada gacha yang kau beli," kata Nemesis.

Aku tidak bisa membantah hal itu.

"Baiklah, kurasa sudah saatnya kita pergi keluar dan membuka kapsul yang kudapatkan," kataku.

"Benar," kata Nemesis. "Kuharap itu lebih berharga dari pada 200,000 lir."

… Ya, tolong, wahai Tuhan yang Maha Kuasa, pikirku.

Sekali lagi, aku pergi ke Nex Plain, dimana aku menguji Miasmaflame Bracers milikku. Aku menjauhkan diri dari dinding Gideon dan berdiri di padang rumput beberapa meter dari jalan utama.

Kapsul itu bertuliskan, "Bukalah di tempat yang luas." Aku tidak tau standar "luas"nya, tapi tempatku berdiri cukup luas jika saja ada rumah atau kapal yang muncul, jadi tidak ada masalah.

"Bagaimanapun, aku tidak ingin mengeluarkan sesuatu yang besar hanya untuk menabrak dinding, menghancurkannya, dan membuatku berada dalam masalah," kataku.

"Kalau begitu, saatnya membukanya?" tanya Nemesis.

Aku mengeluarkan kapsul X, memutarnya untuk membukanya, dan menyebabkan sesuatu keluar. Hal itu mengingatkanku pada seri game lama dimana kau merawat monster dan membuatnya bertarung dengan monster lainnya.

"Ini adalah…" gumamku.

Aku sudah mempersiapkan diriku untuk kemunculan sesuatu sebesar rumah atau kapal, tapi hal yang kudapatkan tidak sebesar itu. Faktanya, itu bahkan lebih kecil dari pada 'kereta' yang digunakan sebagai contoh oleh karyawan toko itu.

Itu tidak terlalu jauh dari sasaran, sih. Karena apa yang kudapat adalah seekor kuda. Namun, kelihatannya itu bukan makhluk hidup.

Kuda itu terbuat dari logam berwarna perak yang mengingatkanku pada plate mail yang dipoles dengan baik. Bentuknya sudah pasti adalah seekor kuda. Itu terbuat dari apa yang terlihat seperti potongan armor, dan memiliki kristal putih berkilauan di tempat dimana seharusnya matanya berada. Itu hanya bisa dideskripsikan sebagai "kuda robot."

"Jadi, itu bukan seekor monster?" tanya Nemesis.

Sepertinya aku adalah pemilik resminya, dan deskripsi-nya didalam inventory-ku adalah seperti ini:

 

Prism Steed, Zephyrus Silver

Special Equipment: Mount

Salah satu Prism Steed yang diciptakan oleh Flagman—seorang pengrajin dari peradaban kuno

Dia yang berjalan di dalam angin.

Detail tidak diketahui.

 

Detail tidak diketahui? Aku mengangkat alisku. Deskripsi itu mengatakan kepadaku bahwa dia bisa ditunggangi dan dia memiliki hubungan dengan angin. Dengan mata bertanya-tanya, aku menatap window yang berisi deskripsi itu dan Prism Steed, Zephyrus Silver—yang kuputuskan akan kupanggil "Silver."

Silver tampaknya tidak peduli, dan hanya terus berdiri di padang rumput.

Setelah diperiksa lebih lanjut, aku menyadari bahwa kelihatannya dia tidak memiliki mulut. Deskripsi-nya mengatakan bahwa dia diciptakan oleh seorang pengrajin yang dipanggil Flagman, jadi sudah jelas bahwa dia adalah sebuah robot. Namun, dia sesekali mengeluarkan suara mirip ringkikkan kuda, menendang tanah menggunakan kakinya dari waktu ke waktu, dan menggerakkan ekor yang terbuat dari fiber dengan gerakan yang sangat mirip dengan kuda.

Dengan begitu aku tidak bisa mengatakan bagian langit mana yang dia lihat dan membuatnya terlihat agak mirip dengan kucing.

"Bagaimana kalau menungganginya?" saran Nemesis.

Ide bagus, pikirku. Untungnya, Silver telah dilengkapi dengan pelana dan tali kekang, jadi aku tidak akan kesulitan untuk menaikinya.

Aku mendekatinya sambil mewaspadai tendangan atau sejenisnya, tapi dia ternyata sangat jinak.

Setelah aku mengambil kekangnya, dia merendahkan dirinya sampai sebagian perutnya menyentuh tanah, dan memudahkanku untuk menaikinya.

Sungguh kuda yang terlatih dan ramah, pikirku. Aneh karena sebenarnya dia adalah sebuah robot.

Aku segera menyayanginya, aku ingin menunggangi dan berlari di padang rumput ini bersamanya.

Setelah aku duduk di pelananya, aku meletakkan kakiku di pijakannya. Setelah aku melakukan hal itu, Silver berdiri.

"Wow…" gumamku.

Pemandangan dari atas kuda sedikit membuatku tergerak. Titik pandangku jauh lebih tinggi dari pada saat aku berdiri di atas kakiku sendiri, atau saat aku menunggangi kuda poni saat aku masih kecil.

Silver menggerakkan kakinya dengan cara yang membuatnya seolah-olah tampak seperti ingin berlari menembus padang rumput sekarang juga.

"Berhati-hatilah," kata Nemesis.

Menunggang kuda bersama Nemesis sepertinya cukup sulit, jadi untuk saat ini, aku memintanya untuk menunggu sementara aku mencoba menunggangi Silver sendirian. Aku akan memberinya kesempatan untuk mencoba setelah aku berlari sebentar.

"Baiklah, ayo," kataku. "Berangkat, Silver! Lari!"

Sambil mengatakan kalimat yang selalu ingin kukatakan, aku menghentakkan kekangnya, dan pada saat itu, langit dan bumi terbalik.

Tidak dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi, aku merasa seolah-oleh sedang jungkir balik.

Aku dapat melihat Nemesis, yang tampak benar-benar terkejut.

Aku bisa mendengar suara Kaki Silver yang berlari di padang rumput.

Dengan kelima indraku berada dalam keadaan seperti itu, aku jatuh ke tanah—kepala duluan.

"Untung ini hanya rumput," Nemesis mengatakan hal itu sambil menatap ke bawah ke arahku.

Sambil meletakkan tanganku di leher yang sedikit keseleo, aku menggunakan sihir penyembuhan pada diriku sendiri.

Silver menatap ke arahku, dan aku tidak bisa bilang apakah dia sedang khawatir atau sama sekali tidak memikirkan apapun.

"Aku tak pernah menyangka kau akan jatuh pada langkah pertama," kata Nemesis.

Sama, pikirku. Aku jatuh tepat pada saat Silver mulai berlari.

"Kau memiliki sedikit penonton yang melihatmu dari jalan utama," kata Nemesis. "Mereka semua menunjukkan wajah yang sama sepertiku saat melihat apa yang terjadi."

Sejujurnya, sepertinya itu adalah reaksi yang benar.

"… Lagipula, kenapa itu terjadi?" Aku hanya bisa bertanya-tanya. Aku tidak menungganginya dengan cara yang aneh atau sejenisnya. Caraku terlempar juga tampak seperti mengabaikan hukum fisika.

"Itu memang sebuah misteri," kata Nemesis. "Kau adalah seorang Paladin, jadi kau seharusnya dapat menunggangi kuda tanpa satupun masalah."

"Tepat sekali, jadi… Hm?" Menyadari sesuatu, aku melihat ke arah skill milik Silver. Ada tiga skill di sana—Running, Wind Hoof, dan sebuah skill tak diketahui yang hanya bertuliskan "????," sama seperti sebuah skill yang ada pada Miasmaflame Bracers.

Aku melihat detail yang ada pada skill "Running."

Membuatnya bisa berlari saat seseorang menungganginya. Sang penunggang harus memiliki skill Riding atau Horse Riding.

"Skill… Horse Riding?" aku membacanya dengan keras.

Aku tidak bisa menunggangi Silver tanpa skill itu? Pikirku. Aku hanya bisa membuatnya berjalan di sekitar sini?

"Yah, kau tidak memiliki skill itu," kata Nemesis. "Aneh, mengingat bahwa kau adalah seorang Paladin."

"Tidak ada banyak skill yang bisa ku pelajari dari Job-ku," kataku. Satu-satunya skill yang kumiliki sampai sejauh ini adalah Paladin's Aegis dan sihir penyembuh tingkat rendah.

"Aneh," Nemesis tampak bingung. "Seorang paladin pada dasarnya adalah upgrade dari Knight, jadi kau memiliki segala alasan untuk memiliki skill Horse Riding."

"Ya," aku setuju. "… Tunggu, sebuah upgrade?"

Tunggu. Paladin adalah upgrade dari Knight.

Aku mengeluarkan keringat dingin saat menyadari hal itu.

"Nemesis, aku akan offline sebentar."

"Hm? B-Baiklah, jika kau bersikeras…"

Setelah log out, aku pergi ke PC-ku dan mulai melakukan penelitian pada skill Horse Riding dan hubungannya dengan job tingkat rendah dan job tingkat tinggi.

Horse Riding adalah skill yang secara khusus merepresentasikan Knight—sebuah job tingkat rendah yang biasanya di ambil sebelum Paladin. Oleh karenanya, siapa saja yang mengambil jalur normal dan menjadi Paladin setelah menjadi seorang Knight sudah sewajarnya memiliki skill Horse Riding. Tapi, karena berbagai takdir, aku berakhir dengan melompati Knight dan langsung mengambil Paladin.

Melakukan hal itu telah memberikan pertumbuhan stat yang besar kepadaku dan selangkah lebih maju dari sebagian besar newbie. Namun, jumlah skill yang diberikan job Paladin benar-benar sedikit. Faktanya, aku hanya punya dua skill—Paladin's Aegis dan First Heal.

Rook punya jauh lebih banyak, sebagai seorang Pimp—sebuah job tingkat rendah. Aku hanya bisa berasumsi bahwa skill dari job tingkat tinggi mengharuskan player mempelajari skill dari job tingkat rendah dari group yang sama.

Berdasarkan walkthrough wiki, Knight tidak memiliki akses ke Paladin's Aegis atau satupun sihir penyembuh—skill-skill itu hanya bisa dipelajari setelah menjadi Paladin. Skill lain yang dapat dipelajari oleh Paladin adalah Grand Cross—yang bisa dibilang serangan ultimate dari job ini—dan Purifying Silverlight—yang tidak seorangpun tahu cara untuk mendapatkannya.

Semua skill lain, selain keempat skill itu, adalah upgrade dari skill yang dipelajari oleh Knight. Itu termasuk skill serangan dan skill lainnya… seperti Horse Riding.

Aku duduk di depan PC dan memproses fakta itu dalam diam.

Aku tidak memiliki satupun skill serangan milik Paladin. Levelku sudah dipertengahan dua puluh. Aku seharusnya sudah mendapatkan satu saat ini. Tapi aku tidak mendapatkannya, yang berarti bahwa asumsi-ku memang benar.

Sebagian besar skill milik Paladin mengharuskan player mempelajari skill dari job tingkat rendah dari group yang sama—Knight.

Kenapa kakak tidak memperingatkan hal ini kepadaku? Pikirku. … Oh, kurasa dia hanya tidak mengetahui orang lain yang memulai langsung dengan job tingkat tinggi, jadi kasus-ku adalah yang pertama baginya.

Aku merasa bahwa—seperti Lost Heart milik Rook—banyak job tingkat tinggi yang mengharuskan seseorang mencapai level max pada job level rendah dari group yang sama. Bahkan persyaratan Paladin bukanlah sesuatu yang bisa kau penuhi oleh newbie level 0 biasa, jadi sudah wajar jika dia tidak mengetahui hal ini.

"… Begitu," gumamku. Sekarang semuanya sudah jelas. Aku memiliki Nemesis, dan baru-baru ini aku mendapatkan Miasmaflame Bracers. Namun, untuk menunggangi Silver, aku harus menemukan cara untuk mempelajari skill Horse Riding.

Aku berkeliling di wiki untuk mencari cara untuk mempelajari skill itu tanpa harus berganti job ke Knight, dan itu tidak membutuhkan waktu lama.

Ada sebuah aksesoris yang disebut "Amulet of the Equestrian Tribe," yang memberikan +1 pada skill Horse Riding. Hanya hal itulah yang kubutuhkan untuk bisa menunggangi Silver.

"Ya! Ini dia!" seruku.

Dengan cepat menyimpulkan bahwa aku harus pergi ke pasar Gideon dan membeli aksesoris itu, aku membuka halaman baru dan melihat berapa harga benda itu.

Amulet of the Equestrian Tribe—Harga Pasar: 100,000 lir.

Aku jatuh ke lantai.

-

Kita harus mencari cara untuk mendapatkan uang." Aku kembali log in dan menyatakan tindakan kami selanjutnya.

"Yah, sisa uang yang kita miliki kurang dari 10,000 lir," Angguk Nemesis. "Kita juga harus tetap mencari uang bahkan jika kita tidak memiliki masalah dengan Silver ini."

Dia benar. Kami hampir bangkrut, jadi pada akhirnya kami harus tetap melakukannya.

Kelihatannya aku memiliki bakat dalam mendapatkan banyak uang dan segera kehilangan itu semua, pikirku. Aneh, mengingat bahwa aku tidak benar-benar menghambur-hamburkannya.

"Gacha," kata Nemesis.

Se-sekali lagi, A-Aku tidak benar-benar menghambur-hamburkannya.

"Ngomong-ngomong, tidak seperti Permit yang pertama, yang kau dapatkan tadi belum di tanda tangani, kan?" kata Nemesis. "Kenapa kau malah memberikannya kepada Rook dan tidak menjualnya? Aku tidak yakin apakah kita bisa mendapatkan kembali uang 100,000 lir yang kau habiskan untuk hal itu, tapi setidaknya kau bisa menerima separuhnya, kan?"

"… Ah." Kataku. Dia benar juga.

"Kau…" Nemesis tidak bisa menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang dia rasakan.

"Tidak, itu tidak masalah," kataku. "Aku sudah memberikannya kepada Rook. Seorang pria tidak akan menarik kembali perkataannya. Kita akan menemukan cara lain untuk mendapatkan uang."

"Itu mudah untuk dikatakan," kata Nemesis. "Namun, Rook saat ini sedang offline dan tidur, sementara Nona Berkacamata itu sedang sibuk melakukan urusan lain. Ada batasan pada seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan sendirian."

"Yap, itu memang sebuah masalah," kataku setuju. Aku bisa pergi dan menerima beberapa quest, tapi karena aku solo, pilihanku hanya terbatas pada quest dengan kesulitan rendah dan tentu saja dengan hadiah yang rendah.

Ada juga pertemuan yang kami rencanakan besok siang, jadi aku tidak bisa mengambil quest yang memakan banyak terlalu banyak waktu.

"Mungkin kita harus memburu bounty? Seperti iblis itu?" saran Nemesis.

"Itu akan membuat kita mendapatkan death penalty jika kita gagal, sih," kataku. "Kita tidak bisa melakukannya karena rencana yang akan dilakukan besok."

"Aku rasa dunia ini tidak cukup baik untuk memberikan cara mendapatkan 100,000 lir dengan cepat kepada kita," kata Nemesis.

Waktu bukanlah masalah yang besar—aku masih memiliki banyak waktu setelah kejutan yang akan diberikan Marie besok siang kepada kami. Namun, aku ingin segera menunggangi Silver.

"Kalau begitu, bagaimana dengan arena?" tanya Nemesis. "Tempat itu memungkinkan sebuah pertarungan tanpa bahaya death penalty dan memberikan hadiah kepada pemenangnya, kan?"

"Benar, yah, aku sudah mencari tahu tentang hal itu dan menemukan bahwa kau hanya dapat berpartisipasi disana setelah memiliki total level diatas 51," jawabku.

Selama pengujian tadi pagi, levelku telah naik menjadi 26. Aku masih memerlukan banyak waktu sampai bisa memasuki arena.

"Oh, iya!" Aku memikirkan sebuah ide. "Aku masih bisa bertaruh pada orang-orang yang bertarung! Aku akan mempertaruhkan uangku pada orang yang menurutku akan menang dan—"

"Jangan," Nemesis memotong perkataanku. "Keberuntungan mungkin akan datang kepadamu jika kau benar-benar membutuhkannya, tapi pada dasarnya, kau hanyalah orang yang selalu sial."

… Kau benar tentang hal itu, pikirku.

"Kurasa aku harus menyerah untuk mendapatkan Amulet of the Equestrian Tribe untuk hari ini atau besok dan hanya melakukan beberapa dasar pengumpulan uang," kataku sambil menghela nafas.

"Ide bagus," kata Nemesis. "Kalau begitu, ayo kita segera pergi ke Adventurers' Guild." Aku dan Nemesis mulai berjalan menuju distrik pertama Gideon, dimana bangunan itu berada.

"Ngomong-ngomong," Nemesis kembali berbicara. "Aku tau bahwa kita tidak bisa meminjam uang dari Rook, tapi bagaimana dengan Kuma-niisan?"

"Meminjam uang kepadanya membuatku merasa seperti seorang pecundang," kataku.

"Hmm…" Dia merenung. "Bagaimana dengan equipment lama—"

"Aku sudah menjualnya," Jawabku sebelum dia dapat menyelesaikan perkataannya. Dan semua uang yang didapat dari hal itu telah menghilang kedalam perutmu, pikirku.

Satu-satunya hal yang kumiliki saat ini hanyalah perlengkapan yang kupakai dan sisa uang kurang dari 10,000 lir.

"Oh, percakapan tentang equipment ini membuatku teringat…" kata Nemesis. "Kenapa kau begitu menghindari kacamata?"

"… Apa?" tanyaku.

"Aku sudah penasaran dengan hal itu sejak pertemuan kita dengan penguin itu," dia melanjutkan. "Aku mencoba mencarinya di dalam ingatanmu, tapi aku tidak dapat menemukannya karena itu berada di dalam ingatan yang paling dalam dan rahasia milikmu. Sejujurnya, pertahanan yang ada pada hal itu terlalu kuat, dan aku tidak punya pilihan lain selain bertanya kenapa."

… Kelihatannya itu adalah pertanda kuat bahwa aku tidak ingin membicarakan hal itu dan oleh karenanya kau seharusnya tidak menanyakan hal itu kepadaku, pikirku. Tapi baiklah, aku akan memberitahunya. Aku dan Nemesis pada dasarnya adalah satu, jadi aku tidak akan rugi biarpun mengatakan hal ini kepadanya.

"Dulu saat aku masih kecil," kataku, "Aku memiliki pandangan yang benar-benar buruk. Saat aku masuk kelas 4 SD, aku kebetulan adalah satu-satunya anak di kelas yang memakai kacamata."

"Yah, hal seperti itu sering terjadi," komentar Nemesis.

"Nama panggilanku segera menjadi 'Nobi', seperti seorang karakter dari seri Doraemon," lanjutku.

"… Hm?" Nemesis menaikkan sebelah alisnya.

"Teman sekelasku lebih sering menggunakan 'Nobi' ketimbang nama asliku," aku kembali berbicara. "Mereka sering memaksaku untuk mengatakan kalimat yang sering dia katakan pada seri Doraemon, meskipun aku tidak terlalu menyukai karakter itu. Bukan hanya itu, tapi tema dari festival seni sekolah entah bagaimana menjadi Doraemon, dan, tentu saja, aku mendapatkan peran sebagai Nobi."

Itu bukan berarti aku sedang dibully. Ataupun aku adalah orang yang dikucilkan. Faktanya, aku memiliki banyak teman. Teman sekelasku pada saat itu benar-benar tidak memiliki biat jahat, dan hanya memberikan julukan itu kepadaku karena kami cukup akrab. Namun, kurangnya pemikiran yang benar telah menciptakan semacam sentimen di dalam diriku.

Pada dasarnya itu dapat dirangkum menjadi kalimat "Siapa yang kau panggil 'Nobi'?" Atau, "Aku memang menyukai Doraemon, tapi ini dan itu adalah masalah yang benar-benar berbeda."

Nemesis menatapku dalam diam.

"Ada apa, Nemesis?" tanyaku.

"Alasan itu terlalu sepele sampai-sampai aku tidak tau bagaimana harus menanggapinya," jawabnya.

"… Yah, bahkan aku juga tau bahwa itu cuma masalah sepele," kataku. Kakak perempuanku juga memberikan tanggapan seperti itu saat aku mengatakan hal ini kepadanya.

"Kau bilang kau memiliki pandangan yang buruk," Nemesis kembali berbicara. "Apakah kau masih memakai kacamata di dunia nyata?"

"Tidak," jawabku. "Pandanganku sudah membaik setelah latihan selama lima tahun penuh setelah festival seni sekolah itu."

Aku memakan makanan yang bagus untuk mataku dan melatihnya dengan melihat benda-benda jauh dan menggerakkan bola mataku setiap hari. Itu adalah sebuah usaha yang berat.

"Aku mengakui kegigihanmu, tapi bukankah akan lebih baik jika kau membeli lensa kontak?" tanya Nemesis.

"Ide tentang meletakkan sesuatu kedalam mataku selalu membuatku takut," jawabku.

"Master, kau…" Dia benar-benar tercengang dengan apa yang kukatakan.

"Pastinya, operasi mata menggunakan laser juga membuatku takut, jadi aku harus memperbaiki pandanganku dengan latihan rutin dan… Hm?"

Saat aku dan Nemesis berjalan melalui jalanan sambil bercakap-cakap, aku tiba-tiba mendengar beberapa suara tidak mengenakkan dari gang belakang terdekat.

Hal itu membuatku penasaran, jadi aku pergi menuju arah suara itu.

Agak jauh dari jalan utama, terletak di antara bangunan yang ada, ada sebuah area yang agak luas dimana aku melihat lima orang pria sedang mengelilingi seorang gadis kecil.

Mereka terlihat seperti preman yang biasa muncul di film. Pemandangan itu membuatku teringat dengan apa yang telah Liliana katakan kepadaku tentang tuan putri yang melarikan diri itu, yang membuatku membayangkan skenario klise dimana aku bertemu dengannya saat dia sedang diganggu oleh sekelompok bajingan tengik. Berpikir bahwa tidak mungkin seperti itu kejadiannya, aku kembali memandang ke arah mereka, dan… ternyata benar-benar bukan.

Gadis yang sedang kesulitan itu memiliki penampilan yang rapi, tapi dia memiliki wajah orang biasa. Tidak akan aneh jika aku melihatnya berdiri di luar restoran dan menarik para pelanggan. Gadis itu sudah pasti bukan tuan putri, tapi itu tidak masalah, mengingat seberapa besar masalah yang dia hadapi.

Isi dari pembicaraan mereka dapat diringkas menjadi seperti ini.

Gadis itu memiliki seorang adik laki-laki yang kemarin baru saja diculik.

Para preman itu mengirimkan pesan kepadanya, dan mengatakan bahwa dia harus menyediakan 200,000 lir jika dia ingin adiknya kembali. Mereka juga menambahkan bahwa adiknya akan dibunuh jika dia memberitahukan hal ini kepada para ksatria.

Gadis itu pergi kesana-kemari, meminjam uang dan menjual barang-barang milik keluarganya sampai dia akhirnya berhasil mengumpulkan 200,000 lir. Dia kemudian membawa uang tebusan itu ke tempat yang telah dikatakan oleh para penculik—gang belakang ini—dan menyerahkan uang itu kepada mereka.

Para preman itu telah siap menerima uang itu, tapi mereka sudah jelas tidak berniat mengembalikan adiknya. Bukan hanya itu—mereka juga ingin mengambil gadis itu sebagai bonus.

Dasar sialan, pikirku. Mereka benar-benar bajingan sampai ke intinya.

Mereka adalah tian, bukan monster—setidaknya dalam istilah game—tapi sudah jelas bahwa memberi mereka pelajaran tidak akan membuatku merasa bersalah.

Dan membiarkan hal ini begitu saja akan meninggalkan rasa pahit di mulutku.

Dengan pemikiran itu, aku berdiri dan menunjukkan diriku didepan para bajingan itu.

"Cukup sampai disitu!" aku berseru dan segera menyadari bahwa suaraku entah bagaimana tersinkron dengan suara lain.

"… Hm?" Aku berkata dengan terkejut, dan suaraku kembali tersinkron dengan suara lain.

Baik, apa-apaan ini? Pikirku.

Aku tidak melakukan hal spesial—aku hanya melompat keluar dan mengatakan sesuatu—tapi suaraku keluar seolah-olah itu tersinkron dengan suara lain.

Beberapa saat kemudian, aku menyadari penyebabnya. Ada orang lain yang berdiri di belakang para bajingan dan gadis itu—disisi lain gang belakang ini.

Dia adalah seorang pria muda yang terlihat seumuran denganku dan mengenakan pakaian dengan desain aneh yang terlihat seperti campuran dari seragam militer dan pakaian geng motor. Sarung tangan yang dia pakai menunjukkan punggung tangannya, dan terdapat tato di punggung tangan kirinya, yang memastikan bahwa dia adalah seorang Master.

"Itu tidak penting," katanya. "Menjauh dari gadis manis itu, wahai para sampah."

Kelihatannya, dia hanyalah orang yang kebetulan memiliki pemikiran yang sama dengan pemikiranku disaat bersamaan.

"T-Tolong, selamatkan aku!" kata gadis itu.

"Heh," pria itu tersenyum. "Tentu saja. Semua bunga yang indah memiliki duri. Dan sudah menjadi misiku untuk hidup sebagai duri bagi para nona secantik dirimu dan menusuk setiap sampah yang mencoba menyakitimu."

Meskipun kami memang mirip dalam beberapa aspek, tapi aku sama sekali bukan pujangga seperti dirinya. Aura yang ada di sekitarnya hampir membuatku membayangkan mawar dan berbagai cahaya tak masuk akal seperti yang ada di dalam manga sedang ditujukan kepada gadis itu atau singkatnya sebuah pertunjukkan Takarazuka Revue.

"Siapa kalian berdua, hah?" tanya seorang preman.

Preman lainnya merasa bersemangat. "Huh? Situ mau nantang? Maju lu, njinx!"

"Hyahaah!" satunya lagi berteriak dengan cara yang menjijikkan.

"Kami berlima disini, dasar kidz zaman now!" kata preman satunya lagi.

"Kami dua kali lipat lebih banyak dari elu!" tambah preman terakhir.

Itu bukan dua kali lebih banyak, dasar goblok, pikirku. Itu 2.5 kali lipat.

"Heh," sang Pujangga itu tersenyum. "Jumlah kalian memang lebih banyak, tapi bagaimana dengan level kalian?"

"Huh?!" Salah satu dari mereka mulai ketakutan.

"Dari apa yang kulihat, kalian semua hanya memiliki job level rendah," kata Pujangga aneh itu. "Ngomong-ngomong, total levelku adalah 126."

"A-Apa?!" Mereka semua ketakutan secara bersamaan.

"Heh," dia kembali tersenyum. "Sekarang, terimalah hukuman dariku. Aku hanya harus memanggil garasiku dan…"

"Hajar dia sebelum dia dapat melakukan apapun!" teriak salah satu preman. Keempat preman lain mengeluarkan teriakan perang dan menyerbu ke arahnya.

"Apa?!" pria itu terkejut. "Tunggu, aku harus masuk kedalam Magingear milikku dan… Tapi tidak masalah! Aku akan melakukannya dengan tangan kosong jika kalian memaksa!"

Aku merasa seperti sedang membaca sebuah manga kekerasan. Kelima preman itu berlari ke arah pria berpakaian militer sambil mempersiapkan tinju mereka.

Dan dengan begitu, karena orang aneh itu terlalu mencolok, aku benar-benar diabaikan disini.

"Oh baiklah," aku menghela nafas. Timing-nya sedang bagus, jadi aku berbicara kepada gadis itu. "Kau harus melarikan diri sekarang."

"Te-Terima kasih banyak!" Dia berterima kasih kepadaku dengan suara yang masih sedikit ketakutan dan berlari ke jalan yang ada di belakangku.

"Baik, sudah beres," kataku. "Dan pertarungannya… tunggu, apa?"

Aku menatap ke arah samping dan—dengan terkejut—melihat pria berseragam militer itu sedang dipukuli sampai babak belur. Kelima preman itu bukan tanpa luka atau sejenisnya, tapi bisa dibilang bahwa itu benar-benar pertarungan satu sisi.

Kelihatannya jumlah mereka terlalu banyak untuk dia tangani sendirian, pikirku. Tapi tunggu, level totalnya adalah 126, jadi bagaimana… Oh, aku paham.

"Memiliki level total yang tinggi tidak berarti bahwa kau juga memiliki stats yang tinggi," kataku dengan keras. Dia mungkin sama seperti Rook, yang—karena merupakan seorang Pimp—hanya memiliki separuh dari sebagian besar stats-ku meskipun levelnya dua kali lipat dari levelku.

Namun meski begitu, 126 adalah level yang lumayan tinggi. Jika kelima preman itu bisa menanganinya dengan begitu mudah, bukan tidak mungkin bahwa aku juga akan berakhir seperti itu.

Saat pemikiran itu memasuki kepalaku, salah satu preman itu mengangkat tinjunya dan berlari ke arahku. "Kau selanjutnya!"

Aku menghindari serangannya dengan panik dan menyerang balik dengan sebuah pukulan yang ku arahkan tepat ke wajahnya.

Sesaat kemudian, pria itu terlempar ke seberang gang.

"… Eh?" Keempat preman lainnya terkejut.

"… Kenapa?" Tanyaku, sama terkejutnya dengan para preman itu.

Menduga bahwa Nemesis telah melakukan sesuatu, aku berbalik dan menatap ke arahnya. Dia menanggapi hal itu dengan sedikit helaan nafas dan menunjuk ke arah punggung tanganku. Hal itu membuatku melihat ke arah punggung tanganku dan mengingatkanku akan fakta tertentu.

Aku sedang memakai Miasmaflame Bracers.

Saat mengujinya tadi pagi, aku hanya berfokus pada kemampuannya dalam mengeluarkan api dan gas, tapi bukan hanya itu yang dimilikinya. Item ini juga dapat digunakan untuk bertahan dan memberikan bonus pada stats-ku. Lebih tepatnya, itu meningkatkan STR-ku sebanyak 100%.

Dulu saat aku masih level 0, STR-ku berada pada kisaran 10. Aku sama sekali tidak kesulitan menggerakkan tubuhku pada saat itu, jadi aku hanya bisa berasumsi bahwa jumlah itu menggambarkan kekuatan seorang pria dewasa. Sejak saat itu, aku sudah naik level dan meningkatkan stats-ku, dan ditambah bonus dari Miasmaflame Bracer, STR-ku sekarang berjumlah lebih dari 400. Itu berarti bahwa aku baru saja memiliki wajah preman itu dengan kekuatan 10 kali lipat rata-rata pria dewasa.

"Apakah dia mati?" Dengan sedikit khawatir, aku memeriksa preman, yang sedang terbaring di seberang gang itu.

Dia mengejang, jadi dapat disimpulkan bahwa dia selamat. Aku menghela nafas lega. Sudah cukup jelas bahwa mereka memiliki job yang berfokus pada pertarungan, jadi mereka mungkin lebih tangguh dari pada orang dewasa pada umumnya.

"Tidak ada masalah kalau begitu," kataku saat mendekati mereka sambil saling menghantamkan bracer di kedua tanganku.

Hasilnya akan terlalu buruk jika aku menggunakan Nemesis, jadi aku memilih untuk menyelesaikan hal ini dengan kedua anak nakal yang ada di tanganku.

"Siapa selanjutnya?" tanyaku.

"Eee!" salah satu dari mereka berteriak seperti gadis kecil.

Aku mungkin terlihat sedikit terlalu mengintimidasi, karena mereka segera menjadi pucat, berbalik, dan lari seperti kacoak.

"S-Sialan!" Teriak salah satu dari mereka. "Jangan sombong dulu, dasar bangsat! Kami masih menyandera adik gadis itu!" Dengan itu, mereka menghilang ke jalan utama.

Njir, sungguh preman yang klise, pikirku.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanyaku. "First Heal."

Aku berjalan ke arah pria berseragam militer yang babak belur itu dan mengaktifkan sihir penyembuhku kepadanya.

Lukanya tidak terlalu parah seperti yang kubayangkan, dan sihir penyembuhan dasar milikku bisa dengan cepat menyembuhkannya.

"Heh, terima kasih," katanya penuh syukur. "Hm? Telinga itu…" Dia menatap ke arah benda yang ada di atas kepalaku—telinga anjing yang disebabkan oleh penguin gila itu.

"Ada apa dengan mereka?" tanyaku.

"… Oh, bukan apa-apa," jawabnya. "Itu adalah aksesoris yang bagus."

"Temukan seekor penguin dan kau bisa mendapatkan telinga seperti ini," kataku.

"Heh." Dia kembali tersenyum. "Aku akan mengingat hal itu."

Pria itu berdiri dan membersihkan debu yang ada di pakaiannya. Bahkan tindakan itu terlihat terlalu dibuat-buat.

"Aku merasa bahwa ini adalah pertemuan yang ditakdirkan," katanya. "Izinkan aku memperkenalkan diriku. Namaku adalah Hugo Lesseps. Aku adalah seorang Master dan job-ku adalah High Pilot."

"Aku Ray Starling," jawabku. "Aku adalah seorang Master dan seorang Paladin. Dan ini adalah Embryo milikku, Nemesis."

"Begitu… Type Maiden adalah Embryo yang cukup sangat langka," katanya. "Suatu kehormatan dapat bertemu dengan nona yang manis sepertimu."

"Senang bertemu denganmu juga," kata Nemesis.

Aku cukup tertarik karena dia dapat mengetahui bahwa Nemesis adalah Maiden dan bukan Guardian hanya dengan sekali lihat.

Tapi njir, caranya berbicara terdengar seperti seorang aktor di dalam drama atau sejenisnya, pikirku. Aku penasaran dari mana dia berasal. Jika namanya ada hubungannya dengan hal itu, maka dia mungkin berasal dari Prancis.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau dapat dikalahkan dengan begitu mudah?" tanyaku. "Apakah job milikmu tidak berfokus pada pertarungan atau sejenisnya?" Mereka sangat lemah saat aku bertarung dengannya, jadi wajar kalau aku berpikir bahwa seseorang dengan level total 126 dapat menangani mereka dengan mudah.

"Heh." Dia kembali tersenyum. "Aku adalah seorang Pilot level 50. Mechanic level 50, dan High Pilot level 26. Leveling menggunakan job-job itu hanya meningkatkan HP, MP, SP, dan DEX milikku, jadi jumlah stats-ku yang lainnya tidak jauh berbeda dengan saat aku baru mulai bermain!"

Itu sepertinya bukan sesuatu yang bisa kau banggakan. Juga, aku hanya bisa bertanya-tanya, job seperti apa yang memiliki pertumbuhan stats seperti itu.

Apakah dia mengendarai mobil atau sejenisnya? Pikirku. Apakah dia seperti seorang karakter dari Metal Max atau sejenisnya?

"U-Umm…" Kataku.

Saat aku sedang memikirkan job yang dimiliki Hugo, seseorang memanggilku.

Aku berbalik dan melihat gadis yang baru saja kami tolong. Kelihatannya, dia memilih untuk menunggu di dekat sini dari pada melarikan diri.

"Te-Terima kasih banyak karena telah membantuku!" tangisnya.

"Oh, itu tidak perlu," kataku. "Aku melakukannya karena aku menginginkannya." Juga, jika aku tidak melakukannya maka hal itu akan meninggalkan rasa pahit dimulutku.

"Heh." Hugo kembali tersenyum. "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku tidak tau apakah aku bisa tidur di malam hari setelah mengabaikan seorang gadis yang sedang kesulitan."

Bukankah itu sangat mirip dengan pemikiranku tentang situasi ini? Pikirku.

"U-Umm… Apakah kalian berdua adalah Master?" gadis itu memberanikan diri untuk bertanya.

"Ah, benar," kata Hugo. "Diriku dan Ray adalah Master."

Gadis itu menjatuhkan diri di depan kami dan menempelkan kepalanya ke tanah.

"Nona…" Hugo tidak yakin bagaimana harus menanggapi hal itu. "Tolong angkat kepalamu."

"Tolong… Tolong selamatkan adikku!" katanya sambil memohon. "Aku mohon kepada kalian berdua!"

Oh, ya, para preman itu mengatakan sesuatu tentang hal itu sambil melarikan diri, pikirku.

"Menyelamatkannya? Maksudmu, dari para preman itu?" tanyaku.

"Y-Ya!" kata gadis itu. "Mereka adalah Gouz-Maise Gang… Mereka menculik anak-anak, dan jika mereka tidak mendapatkan tebusan, anak-anak itu akan dibunuh dan di-dimaka—ohhh…"

Perkataannya membuatku terdiam.

Membunuh dan memakan anak-anak? Pikirku dengan tercengang. Ohhh, man…

"Mereka menculik adikku, jadi tolong, selamatkan dia!" seru gadis itu. "Aku bisa memberikan uang ini kepada kalian! Dan jika itu tidak cukup, aku akan melakukan apapun yang kalian mau…"

Dia mengulurkan tas berisi uang tebusan ke arah kami dan memohon sambil menangis tersedu-sedu.

Aku mengetahui masalah yang ada setelah menguping pembicaraan mereka sebelum melompat keluar untuk menolongnya. Ditambah, adiknya akan dibunuh dan dimakan cepat atau lambat. Untuk mencegah hal itu menjadi kenyataan, seseorang harus bertindak cepat, dan satu-satunya orang yang dapat melakukan hal itu adalah Aku dan Hugo.

Sejujurnya, aku sudah punya firasat bahwa semuanya akan menjadi seperti ini pada saat aku menunjukkan diriku didepan para preman itu, pikirku. Itulah sebabnya aku sudah siap sepenuhnya untuk menghadapi risiko yang ada.

"Aku akan melakukannya, " kataku. "Aku tidak memerlukan bayaran itu, sih."

"T-Tapi…"

"Kau sudah berusaha keras untuk mengumpulkan uang tebusan itu, kan?" kataku. "Aku tidak bisa menerimanya." Aku merasa bahwa aku akan melakukan sesuatu pada hal ini bahkan jika gadis ini tidak memintanya. Jika aku mengabaikan hal ini, rasa yang tertinggal di dalam mulutku akan menjadi sangat buruk.

"Bagaimana denganmu, Hugo?" tanyaku.

"Heh." Dia tersenyum. "Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja aku akan melakukannya. Dan aku juga tidak memerlukan uang itu,"

Hugo meletakkan satu lututnya ke tanah, dengan lembut meletakkan tangannya di dagu gadis itu, dan membuatnya menatap ke atas. Dia kemudian dengan lembut mengusap air mata gadis itu menggunakan jempol tangan kanannya.

"Nona," katanya dengan lembut. "Kami akan menghentikan air matamu." Dan kemudian—seolah-olah sedang bermain drama—Hugo tersenyum ke arahnya. "Aku berjanji bahwa kau akan menyambut esok pagi dengan senyum di wajahmu."

[Quest "Selamatkan Roddie Lancarse, Tingkat Kesulitan 8" telah dimulai]

[Silahkan lihat quest window untuk rincian lebih lanjut]

Sebuah pesan yang dikirimkan ke telingaku mengumumkan dimulainya sebuah event quest. Kelihatannya, hal yang sama juga terjadi pada Hugo.

"Ayo kita pergi, Ray," katanya. "Misi kita sudah menunggu."

"Ok," Aku menghela nafas. "Aku bisa menari mengikuti irama mu." Target quest kami adalah "Selamatkan Roddie Lancarse" dengan tingkat kesulitan 8. Tempat tujuan kami adalah persembunyian penculik dan pemakan manusia—Gouz-Maise Gang.

Tujuan kami adalah… sebuah pagi dengan senyuman.

Dan dengan begitu, kami memulai quest kami.