webnovel

Chapter 96 Caged The Beast

"Luna, biarkan aku membantumu membawa kopermu," kata Pei Lei sambil menarik koper Neko. Mereka sudah turun dari mobil taksi dan tampak ada di depan gedung kecil di sebuah tempat kecil.

"Berapa lama kita akan disini?" Neko menoleh.

"Mungkin 2 hari saja, kita perlu mengurus beberapa orang di sini yang membutuhkan sebuah pekerjaan, mereka juga akan di tawari proposal kerja, kita harus melakukan itu tentunya, untuk melakukannya, kita hanya perlu metode presentasi," balas Pei Lei. "Oh benar, Direktur bilang kita sekamar," tambah nya.

"Apa maksudmu?"

"Karena satu kamar berisi 4 kasur, jangan khawatir Luna, aku akan menjaga jarak," Pei Lei menatap.

Tapi Neko mendadak menarik kerah bajunya. "Tak perlu repot," ia berbisik membuat Pei Lei terdiam dengan wajah agak canggung.

"(Ruangan ini tampak bagus,)" Neko menatap ruangan nya dengan duduk di salah satu ranjang dengan membawa laptop.

Tapi ia memikirkan sesuatu. "(Aku benar benar tak habis pikir, kenapa tadi ketika Beum mengajak ku minum, dia benar benar tampak tak kehabisan topik sama sekali membuat ku harus membalas dengan sangat kesal. Dia itu semacam apa, kenapa bisa saja membawa ku begitu, jika saat itu Matthew tidak datang, aku tak tahu bagaimana harus melawan bajingan Beum itu nanti ketika dia mengantar ku ke rumah.... Pria seperti nya memang tidak pernah dipercaya sama sekali,)" pikirnya dengan rasa kesal.

"Luna, aku selesai, kau bisa mulai sekarang," Pei Lei berjalan mendekat dengan hanya memakai handuk dan mengeringkan rambutnya. Neko terdiam kaku melihat tubuh Pei Lei tak seburuk yang dia pikirkan. Tubuh Pei Lei memang tidak terlalu besar tapi dia memiliki otot yang sangat sempurna.

"Ada apa?" Pei Lei bingung.

"Ehem... Sebaiknya kau memakai bajumu," Neko membuang wajah, dia kembali fokus ke laptopnya.

"Ah, aku tak punya pajamas, jadi aku mungkin akan tidur begini, oh ngomong omong apa yang kau kerjakan?" Pei Lei mendekat duduk di bawah ranjang.

"Aku menunggu data di laptop ini, tapi sepertinya mulai rusak."

"Biarkan aku melihatnya," Pei Lei mengambil dan melihat laptop itu dan mencoba membantunya. Ia duduk di bawah ranjang dengan laptop yang ada di ranjang.

Neko terdiam, hingga ia bertanya sesuatu. "Pei Lei, apa kau tahu tempat dimana brankas milik Tuan Beum?" Neko menatap.

"Maksudmu brankas uang dan dokumen, brankas itu ada di ruangan tertutup bawah tanah di museum, ruangan itu sangat di jaga ketat dan banyak penjaga termasuk cctv," kata Pei Lei seketika Neko terdiam membuka mata lebar tak percaya bahwa Pei Lei mengetahui hal semacam itu. "Dari mana kau tahu?"

"Tuan Beum pernah mengatakanya padaku, tapi dia sama sekali tak mengatakanya dengan jelas."

"(Sepertinya aku sudah dapat jawabanya,)" Neko tersenyum kecil.

"Ada apa kamu bertanya seperti itu?" Pei Lei menatap.

"Tak ada apa apa, aku hanya penasaran saja," balas Neko.

Lalu Pei Lei terdiam dan kembali menatap laptopnya hingga ia selesai. "Baiklah sudah, ini dia," dia menunjukan laptop itu.

"Terima kasih," Neko menatap.

"Ah, ini baik baik saja, aku sudah bilang kan, jika butuh bantuan, aku bisa membantu," Pei Lei membalas sambil memegang leher belakang nya dengan perasaan canggung.

"Kalau begitu, tidur lah duluan, aku akan mandi," Neko menutup laptopnya dan berdiri.

"Ah, ya..." Pei Lei mengangguk.

Lalu Neko berjalan meninggalkan nya pergi, tapi tak lama Neko pergi, Pei Lei tampak memegang kening nya. "(Apa yang aku pikirkan, aku hampir saja di bawa oleh kekhawatiran ini, melihat nya saja membuat ku benar benar sangat merasakan hal yang tak pernah aku rasakan ketika dekat dengan wanita, jantungku seperti berdebar keras dan wajah ku panas....)" pikirnya, memang benar dia agak berwajah merah sekarang.

Setelah Neko selesai mandi, dia berjalan keluar dengan sudah memakai bajunya dan handuk di atas rambut nya, berjalan sambil mengeringkan rambut dan melihat Pei Lei sudah berbaring tidur di ranjang nya dengan selimut menutupi semua tubuhnya termasuk wajahnya.

Neko terdiam melihat itu, lalu dia mengembalikan handuk yang ia pakai untuk mengeringkan rambut itu di kamar mandi dan melihat ada jendela di sana, tertarik untuk melihat langit malam melalui jendela sambil memegang ponsel yang baru saja ia ambil di ranjang.

Di ponsel itu rupanya ada pesan masuk dari Kim, dia membukanya sambil masih berdiri di depan jendela.

-Nona Akai, apa benar anda tadi minum dengan Tuan Beum? Hanya kalian berdua?-

Lalu Neko membalas mengetik. -Yeah-

-Astaga, bagaimana keadaan Anda sekarang, apa anda terluka?!- Sambil ada emoji sedih dan khawatir di sana.

Neko terdiam dengan senyum kecil. -Aku sangat terluka-

-Astaga, Nona Akai, aku benar benar minta maaf, seharusnya aku tahu Tuan Beum pasti jalan dengan anda karena dia tak ada di kantor dari siang hingga malam... Apa anda masih sakit?-

-Payah, aku hanya bercanda, dia tidak melakukan apapun padaku- Balas Neko.

Sementara Kim terdiam dan tertawa kecil. "Haiz... Nona Akai memang pandai mempermainkan kekhawatiran ku..." ia menggeleng, tapi ada suara di hadapan nya membuat nya melirik tajam itu.

Siapa sangka bahwa itu adalah seorang pria yang di tahan dengan duduk di kursi di hadapan Kim dan Kim juga duduk di kursi dengan posisi kursi terbalik.

"Apa? Kau mau bicara sesuatu, Direktur?" Kim menatap sambil menyimpan kembali ponselnya.

Dia keluar dari kursi dan berjalan mendekat, memegang isolasi yang menutupi mulut tahanan itu, seketika ia menariknya dengan keras.

"Aku mohon, lepaskan aku!!" dia langsung berteriak seperti itu, siapa sangka itu adalah Direktur Hao, Kim telah menangkap dan menyandra Direktur Hao di sebuah tempat gelap seperti pabrik tua pada malam itu.

"Lepaskan? Kau pikir aku akan mudah melepaskan mu? Menangkap mu saja sudah hampir sulit karena kau bersembunyi di rumah mu setiap hari, untung nya ketika kau keluar pertama kali, ini bukan masalah besar aku dapat menangkap mu," kata Kim.

"Kenapa kau menangkap ku? Apa salah ku padamu! Aku sama sekali tidak mengenal mu!!" teriak Direktur Hao.

"Ck, ck, ck, wajah ganteng seperti ini tidak ada yang mengenali, mustahil... Aku di bayar untuk mencari mu dan menarik kembali atas kesalahan mu, sudah pernah di eksekusi oleh seseorang yang pernah kau tipu dan sekarang malah berani menyembunyikan semua uang nya... Kau bisa tebak itu siapa?" Kim menatap dengan sangat kesal karena dia mengatakan itu tadi sambil meremas keras Direktur Hao.

"(Seseorang yang aku tipu dan sekarang aku menyembunyikan uang nya?.... Nona Neko?!!)" Direktur Hao terkejut sadar. Lalu dia kembali menengadah menatap Kim. "Kau suruhan Neko?!!"

"Oh, ya ampun, bisa kau sedikit sopan pada gadis terhormat itu, panggil dengan sebutan 'Nona' kau benar benar se enak nya memanggil nya begitu," tatap Kim dengan nada santai nya, tapi di sini, Direktur Hao benar benar tidak santai, dia dari tadi gemetar dan takut tak karuan.

"(Gadis itu memang tak bisa sembarangan dalam memilih pengawal, meskipun dia hanya memiliki sedikit pengawal, tapi dia berhasil membuat dirinya aman dengan mengatasi masalah nya sendiri, itu karena pengawal yang dia sewa juga sangat kuat....) Sebenarnya, siapa kau?" Direktur Hao menatap.

". . . Aku bukan siapa siapa kecuali anjing milik Nona Neko, aku dari Thailand," balas Kim.

"Kau di bayar berapa oleh gadis itu?" tanya Direktur Hao, seketika Kim terpaku mendengar itu dan mulai membalas dengan mata tajam.

"Ini tak ada hubungan nya dengan uang, aku tak peduli dia membayar ku atau tidak tapi aku sebagai pengawal sudah sangat beruntung di tolong oleh nya, dan kau ingin bilang apa soal ini?" Kim menatap dengan mata serius dan masih tajam nya.

"Bagaimana jika aku menawari mu uang yang sangat banyak, asalkan kamu bekerja di bawah ku, dengan uang, kau bisa membuat hidup mu terjamin," tatap Direktur Hao, setelah berani tipu tipu kini berani menawari uang.

Kim terdiam dan tersenyum kecil. "Tawaran yang bagus," tatapnya. Dan itu membuat Direktur Hao tersenyum jahat.

Namun jawaban dari Kim berbeda. "Tapi aku tidak butuh uang yang sangat banyak," tambah nya.

"Apa?! Apa maksud mu?! Kau pastinya butuh uang!"

"Dulu aku memang butuh sekali uang yang sangat banyak, dan itu adalah masa masa sulit aku tak bisa apa apa, hanya bisa menjadi seseorang yang menyedihkan, hingga seseorang muncul di saat krisis, siapa lagi jika bukan Nona Neko, dia yang menyelamatkan hidup ku hingga sekarang, aku sudah sangat santai tanpa memikirkan uang, karena aku sudah menjamin semuanya, melalui itu, aku lebih ikut dengan nya, jadi mungkin, pengukuran kesetiaan dan pengorbanan tidak di ukur melalui uang, tetapi di ukur melalui seseorang yang membantu pada saat saat tertentu... Kau menawari sekarang pun tak akan berguna," kata Kim.

"Cih, apakah memang sebaik itu gadis buruk itu, dia selalu menggunakan nada yang begitu membosankan dan sangat tidak menyenangkan, sok berani dan mengatakan bahwa dirinya lebih hebat," Direktur Hao kesal.

"Lah? Kan dia memang kuat, apa yang kau pikirkan selama ini, gadis itu tentunya sangat kuat, bahkan dia bisa memukul wajah mu, jika aku tidak di beri perintah memukul wajah mu, aku juga tidak akan melakukan nya," kata Kim sambil menunjukan kepalan tangan nya.

"Jangan, jangan pukul aku, aku mohon!!" Direktur berteriak histeris.

"Ha... Siapa yang mau melakukan nya, aku masih sayang tangan ku," Kim melirik lalu dia berjalan membalik badan membelakanginya menatap ke ponselnya, dia menghubungi Neko.

Sementara Neko masih menatap jendela, tapi siapa sangka Pei Lei membuka mata, rupanya dia tidak tertidur dan hanya pura pura tertidur, dari balik selimut, dia bisa melihat Neko menatap jendela membelakangi nya. "(Apa yang dilakukan Luna.... Dia seperti memikirkan sesuatu?)"

Neko memang sedang memikirkan sesuatu dengan wajah khawatir nya. "(Ini benar benar sangat melelahkan untuk berpikir suatu hal yang bahkan tak akan berguna nantinya....)"