Tampak Neko membuka mata. "(Apa? Apa yang terjadi, kenapa aku tak bisa mengingat apapun.... Kenapa aku terbaring di sini?)" ia menatap lampu di atas langit langit yang ia lihat duluan. Seluruh tubuhnya sakit. "(Sial... Tubuhku sakit semua.....)" ia mencoba bangun duduk dengan tubuh yang telanjang. Setelah bangun duduk, ia memegang punggung nya yang terasa seperti remuk.
Tapi ada yang membuka pintu membuat nya menoleh. Itu adalah wanita yang kemarin. "Oh, pas sekali aku datang saat kamu bangun," tatap Wanita itu mendekat setelah menutup pintu.
Neko masih terdiam bingung. "Kau, siapa?"
"Aku dokter khusus, Choi memanggil ku dan meminta ku untuk mengecek mu."
"Choi?" Neko tampak bingung.
". . . Choi, oh, maksudku, Park Choisung, aku kebiasaan memanggil nya Choi."
"(Jadi dia bisa di panggil dengan sebutan apapun, bagaimana jika kau memang di panggil di beberapa orang dengan nama yang berbeda, aku harus memanggil dan menganggap mu apa memang nya....)" Neko memang wajah kesal.
"Ehem, jadi, bagaimana perasaan mu? Aku kemari harus tahu keadaan tubuh mu dan apa yang kau rasakan pada tubuh mu, apa tubuh mu masih sakit, katakan saja padaku mana yang sakit," wanita itu berlutut di bawah ranjang menatap Neko dengan wajah yang perhatian sebagai dokter sepertinya.
"Seluruh tubuh ku," Neko membalas dengan menatap bawah, dia masih dalam posisi duduk di ranjang dengan selimut menutupi dada sampai bawah.
"Hm, sepertinya kau lelah yah, minumlah ini dulu," Wanita itu memberikan gelas air putih padanya yang ada di meja tadi.
"Harus di habiskan," tambah nya, lalu Neko menerima nya dan meminumnya, tapi dia hanya meminum sedikit.
"Hei, kenapa sedikit? Kan aku bilang nya harus di habiskan."
"Tenggorokan ku sakit."
"Justru minumlah, kau terlalu banyak mengeluarkan suara mu dengan mendesah, jadi kau haus dan tenggorokan mu kering, jangan sampai radang," kata wanita itu.
Tapi ketika Neko mendengar kalimat nya itu, ia menjadi terpaku. "(Mendesah dia bilang, sialan....) Tubuh ku yang sakit, bukan mulut ku," ia menatap kesal.
"Ah begitu, kalau begitu bisa aku bertanya sesuatu, apa kau masih perawan?" Wanita itu menatap lagi.
". . . Sudah tidak, karena dia...."
"Kalau begitu, biarkan aku mengecek nya," Wanita itu berdiri tapi siapa sangka, dia langsung membuka selimut Neko membuat Neko terkejut.
"Apa yang kau lakukan?!! Itu memalukan!!!"
"Kenapa malu? Kita sama sama wanita, aku juga dokter di sini.... (Tubuh yang bagus, sangat imut dan lembut sekali....)" wanita itu mendadak memegang kedua kaki Neko dan langsung membukanya membuat Neko terkejut panik. "Tunggu, apa yang kau lakukan?! Ini sudah kelewat memalukan!!"
Wanita itu menatap vagina Neko dengan sangat lama membuat Neko tegang dan merasa malu.
"(Astaga.... Dasar Park Choisung, dia benar benar ngebet.... Cairan sperma nya masih ada...)" Wanita itu membuka mata lebar, lalu menutup lagi dan memberikan selimut pada Neko yang langsung menerima itu.
"Sebaiknya kau pergi dari sini," Neko menatap tajam dengan kesal.
"Ehem, maafkan aku atas ketidak sopan nya, tapi saran ku, kau harus memeriksakan ini ke dokter lain.... Em... Apa kau mengalami muntah muntah tadi? Setelah berhubungan atau ketika bangun tadi?"
". . . Tidak, tapi.... Sebelumnya, atau akhir akhir ini, aku memang selalu mual..."
"(Hah kalau begitu.... Itu terjadi sebelum seks hari ini tadi...?!!)" Wajah wanita itu tampak panik tapi ia mencoba tenang.
"Ehem.... Kau harus memeriksakan diri... Sampai jumpa, oh dan istirahat lah lagi," Wanita itu langsung berjalan pergi begitu saja membuat Neko terdiam. Antara masih kesal atau bingung dengan sikap nya.
Neko terdiam, dia menatap sekitar. "Memang nya, apa yang terjadi?" ia bingung.
Tapi tak lama kemudian, Felix membuka pintu sambil mengangkat telepon.
Hal yang pertama kali Neko lihat adalah Felix memakai kaus hitam santai, casual kaus hitam dan celana panjang nya. "Yeah, lakukan saja itu," kata Felix yang mengatakan nya di ponsel, lalu menoleh ke Neko yang juga menatapnya.
Felix terdiam, dia lalu menutup ponselnya, berjalan mendekat sambil meletakan ponselnya di meja.
Neko terdiam ketika Felix mendekat. "Bagaimana keadaan mu?" tatap Felix, dia memegang leher Neko membuat Neko masih terdiam. "(Apa yang sebenarnya terjadi, ini pertama kalinya aku melihat dia berpakaian begitu....)"
Karena kebisuan itu, membuat Felix juga terdiam hingga ponselnya kembali berbunyi di meja tadi. Ia berbalik meninggalkan Neko, mengangkat panggilan telepon itu sambil berjalan agak jauh dari ranjang.
"(Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa bisa bisanya seperti ini...)" Neko terdiam.
Lalu Felix kembali menoleh padanya lalu mengatakan sesuatu. "Kemari lah."
Neko yang mendengar itu menjadi mengangkat selimutnya dan berjalan mendekat, dia berjalan dengan selimut menutupi tubuhnya.
Lalu Felix menghadapnya dan memegang bahu Neko. "Jika kau ingin menetap di sini, aku akan senang, tapi jika kau ingin pergi bebas dari sini, teriak lah atau panggil nama ku ketika kau dalam masalah nanti," kata Felix.
Itu adalah kalimat yang tidak pernah dia ucapkan, selama ini dia hanya memaksa Neko untuk mematuhi permintaan nya, sekarang dia memberikan Neko dua pilihan. "Ba... ik..." Neko hanya membalas dengan wajah masih tak tahu apapun.
"Aku pergi dulu, pintu akan terbuka untuk mu," kata Felix sekali lagi, lalu dia mendekat membungkuk memegang kedua tangan Neko dan mencium tangan Neko di bagian luka ikatan karena bekas ikatan dasi tadi malam, hal itu tentunya membuat Neko terkejut. Lalu ia berjalan pergi dari kamar itu membuat Neko kembali sendiri. "(Ada apa, kenapa dia tiba tiba bersikap begitu....)"
Ia lalu menoleh ke kamar mandi, dia membuang selimut nya dan berjalan ke kamar mandi. "(Apa aku benar benar melakukan hubungan ranjang bersama nya lagi, tapi hari ini benar benar menyakitkan,)" ia terdiam menatap tangan nya yang berbekas memar karena dasi yang di tali tadi malam.
Tapi tiba tiba saja, ia merasakan sesuatu di bawah membuat nya menoleh ke bawah. Vagina nya basah dan mengeluarkan cairan yang tidak bisa ia berhentikan. "Apa yang terjadi, apa ini....?" ia tampak panik.
"(Apa jangan jangan, dia mengeluarkan nya di dalam ku.... Aku tidak tahu ini ke berapa kali dia mengeluarkan di dalam.... Jadi karena ini perut ku sakit.... Aku harus mengeluarkan nya, tapi....)" Neko memasang wajah aneh, dia tidak mau memasukan jarinya sendiri karena tubuhnya sangat sensitif bahkan ia sentuh sendiri.
"(Sialan.... Aku akan membalasnya.... Sialan...)"
Pagi hari berikutnya, Neko kembali ke apartemen miliknya sendiri, dia tampak menghela napas panjangnya. "(Ha.... Sungguh sangat melegakan aku bisa kembali kemari....)" ia lalu duduk di sofa nya menikmati kebebasan nya.
Tapi siapa sangka, ia tiba tiba memegang perutnya dan wajahnya menunjukan bahwa dia tidak nyaman. "(Apa yang... Terjadi.... Rasanya.... Mual,)" dia menutup mulutnya dan langsung berlari ke kamar mandi lalu menatap wastafel.
"Uhuk.... Cough..." ia mencoba memuntahkan apa yang membuat perutnya mual tapi tak ada yang keluar.
"Cough, apa yang terjadi.... Apa aku mual lagi... Tapi bukankah aku pikir itu sudah berhenti?" ia bingung, tapi ia ingat pesan wanita dokter itu bahwa dia harus memeriksa ke dokter.
"(Apa aku harus melakukan itu?)" ia bingung hingga pada akhirnya, ia kembali berjalan keluar meninggalkan apartemen.
Tapi tak berselang lama, ada yang datang mengetuk pintu apartemen nya yang rupanya itu Kim dengan wajah putus asanya, dia mengingat tadi. "(Nona Neko, aku tidak percaya kau benar benar melakukan nya dengan Tuan Felix, aku benar benar merasakan sakit terbesar di sini, dan sekarang Tuan Felix meminta ju menjaga mu sekarang... Aku pastinya akan menjaga mu, tapi tidak akan aku berikan semuanya karena Tuan Felix bisa membantu mu sendiri....) Nona Neko, ini aku," panggil Kim, tapi mau bagaimana lagi, Neko baru saja keluar jadi tak ada siapa siapa di apartemen.
"Nona Neko? (Apa dia tidur, mungkin aku harus menunggunya,)" ia memilih duduk di depan pintu apartemen berharap ketika Neko bangun, membuka pintu untuk nya, tapi satu hal yang tidak ia tahu bahwa Neko sedang pergi keluar tanpa penjagaan apapun.
--
Sementara itu, Neko sampai di rumah sakit, dia ke sana sendirian seperti orang bingung. "E.... Apa yang harus aku lakukan di sini? (Ini pertama kalinya aku harus mengurus ke rumah sakit sendiri....)" dia tampak bingung.
Tapi untung nya, ada seorang wanita yang berpenampilan dokter menatapnya seperti gadis hilang. "Permisi," dia mendekat membuat Neko menoleh.
"Apa ada yang bisa aku bantu di sini? Kamu tampak bingung."
"Aku... Aku ingin memeriksa kondisi tubuh ku, tapi aku tak tahu dimana ruang Reformasi nya," kata Neko.
"Ah, kebetulan aku sedang luang, jadi, aku bisa memeriksa mu, lewat sini," Wanita itu berjalan duluan.
Meskipun agak bingung, Neko mengikuti nya hingga sampai di ruangan pemeriksaan. Mereka duduk di meja berhadapan dengan Neko memasang wajah polosnya.
"Baik, bisa aku tahu nama mu dan apa keluhan mu?" tatap dokter wanita itu dengan ramah
". . . Aku.... Aku sering mual, dan... Sangat pusing..." balas Neko.
"Huh? Mual? Pusing?.... (Kupikir aku sudah tahu jawaban nya.) Em, bagaimana jika aku periksa saja," wanita itu menunjuk ranjang lalu Neko terbaring di sana.
"Baik, aku akan memeriksa perut mu," Wanita itu membuka baju Neko dan menekan nekan pelan perut Neko. "(Benar benar kulit yang putih dan lembut.) Baik, di sini sudah bisa di baca dan seperti nya ini akan jadi kabar luar biasa," tatap wanita itu membuat Neko bingung.
Setelah beberapa pemeriksaan, mereka kembali lagi menghadap di meja.
"Selamat, kau hamil 1 minggu," kata Dokter wanita yang menatap Neko seorang saja di ruangannya.
Mendengar itu tentu saja Neko terkejut. Ia langsung mendobrak meja.
"Apa kau bilang..." ia juga berteriak membuat Dokter itu terkejut.
"Anda tadi bilang mengalami mual dan pusing, itu adalah gejala awal yang baik... Jika untuk pertama kalinya mungkin akan membuat anda lemah."
"(Ini tidak mungkin.) Aku.... Hamil?!" Neko mengepal tangan nya dengan kesal.