webnovel

CHAPTER 16 - Komunikasi Dua Meter

Sudut Pandang Andrei

17.35

Mentari sore menyinari dunia dimensi keempat. Dikarenakan saat ini sedang memasuki musim panas, maka matahari pun terbenam lebih lama, yakni sekitar pukul 20.30. Meski matahari menyinari lebih lama, udara sekitar tetap lebih dingin seperti malam hari. Cahayanya hanya sebagai pajangan agar terus terlihat ceria di mata manusia.

Sekalian makan malam, Andrei dan saudaranya, Andrea memutuskan untuk membeli konsumsi dan menyantapnya di kamar mereka. Meski mereka kembar, ruangan mereka juga harus terpisah. Akan tetapi, tetap berdampingan.

Tanpa Eireen karena lebih dulu meninggalkan mereka sehingga tinggal mereka berdua. Andrei tidak tahu mengapa gadis itu lebih cepat pulang dari latihannya.

"Andrea," panggil Andrei melalui komunikasi dengan gelas plastik hasil karya bosan dari rumahnya, yang dihubungkan dengan tali sepanjang dua meter. Hal yang menghubungkan benang mereka adalah melalui celah lubang kecil di dinding yang terhubung antara kamar mereka. Lubang tersebut sengaja dibuat Andrei dan Andrea agar tetap berkomunikasi.

"Ya?" ucap Andrea sambil mengunyah roti isi cokelatnya. Terdengar penuh akan makanan di mulutnya hingga ia sulit berbicara.

Andrei kembali menggigit roti isi cokelatnya. "Apakah kau merasa ada yang menjanggal dengan Eireen sejak dia bersikap aneh di taman?"

"Aneh gimana?" tanya Andrea balik.

"Huh, dasar saudara gak peka!" batin Andrei kesal.

"Gini, kau ingat kan ketika kau panggil aku dan Eireen untuk melihat sebuah foto tua yang menampilkan bocah lelaki yang sedang megang ikan trout?" tanya Andrei disertai penjelasan ulang agar Andrea kembali teringat.

"Aha—aku ingat. Lalu?" Andrea menunggu penjelasan lanjutan dari Andrei.

"Nah, sejak saat itu dia langsung kayak aneh—dalam arti dirinya berubah menjadi lebih murung dan kurang responsif seperti banyak melamun setelahnya," lanjut Andrei.

"Nah iya aku juga berpikir demikian," ucap Andrea, mulai menangkap obrolan Andrei.

Andrea menghela napas. Lalu berkata, "Jujur aku merasa bersalah telah memperlihatkan foto itu padanya. Aku tidak tahu ini akan terjadi."

"Ya kita kan gak tahu apa yang terjadi di masa depan, Andrea," kata Andrei, memutuskan penyalahan diri sendiri dalam diri saudaranya. "Aku penasaran apakah ada hubungannya antara Eireen dengan foto itu?

"Jelas taman itu milik Pelatih Theo, nah foto itu sepertinya anaknya," lanjutnya.

"Huh, anaknya? Tapi foto itu sudah terlalu tua, lho," sela Andrea. "Awalnya aku mengira itu dirinya saat kecil."

"Tapi seharusnya dari segi wajah yang riang itu mirip seperti Pelatih Theo sekarang. Tapi nyatanya tidak. Malah Pelatih Theo memiliki wajah yang kaku. Jadi aku tidak menganggap foto itu dirinya setelah berpikir panjang," jelas Andrea panjang lebar. "Juga, um, dari struktur wajahnya beda sekali."

"Iya juga, sih. Lagian kenapa ada foto di taman itu, ya," ucap Andrei. "Aku lihat sejak Eireen melihat foto itu, dirinya langsung mimisan."

"Itu yang bikin aku bingung sekaligus terkejut!" seru Andrea. "Aku tidak pernah melihat ada orang melihat foto langsung mimisan, ya kan?"

"Misterius sekali, ya," ucap Andrei. "Apakah kau bersedia jika kita meneliti hal ini?"

"Meneliti?? Kau serius??" tanya Andrea meyakinkan. "Materi susulan saja kita belum selesai!"

Andrei terdiam.

"Sudahlah, Andrei. Menurutku masalah itu cukup Eireen saja yang tahu. Kita sebagai temannya sebaiknya menghormati privasi masalahnya, kecuali jika dia meminta pertolongan kita," jelas Andrei.

"Kita cukup menyemangati dan menjadi teman baginya. Lagian aku sudah menganggapnya sebagai keluarga kita. Aku belum pernah merasakan kedekatan ini dengan orang lain sebelumnya. Jadi aku tidak ingin gara-gara kita mencampuri urusan masalahnya, dia akan kecewa."

Andrei menghela napas. "Kau benar. Sepertinya aku sudah terlalu berlebihan ingin mengetahui masalahnya.

"Aku hanya... Khawatir," lanjut Andrei.

"Oh, kau belum pernah sekhawatir ini terhadap orang lain, Andrei," ucap Andrea.

"Khawatir sebagai keluarga ya tentunya," tegas Andrei.

"Iya aku juga, lho!" ucap Andrea. "Aku yakin dia meninggalkan kita duluan mungkin karena lelah. Siapa tahu.

"Aku yakin dia baik-baik saja."

"Aku harap begitu," ucap Andrei.

"Besok pagi kau mau makan apa?" tanya Andrea.

"Menu besok pagi apa, sih?" tanya Andrei.

"Tahu gak, sih, aku mendapatkan bocoran bahwa besok menunya adalah lasagna, nasi goreng, dan omelette jamur. Minumannya air mineral, teh manis, dan jus alpukat," jelas Andrea.

"HEE?!!" Andrei membulatkan kedua matanya terkejut. "Kau serius?! Kau dapat dari mana informasi itu semua?!"

Andrea terkekeh. "Dari Bapak Pelayan."

"Kau memang jagonya berteman dengan koki dan pelayan, ya," kata Andrei.

"Iya dong!" seru Andrea. "Langsung dari sumbernya."

"Kalau aku sih, uhmm... Omelette dan air mineral saja," kata Andrei. "Kau?"

"Lasagna dan teh!" seru Andrea. "Ah, kau tidak asik sekali minumnya air mineral!"

"Air mineral sehat untuk ginjal dan menghilangkan dehidrasi asal kau tahu!" tegas Andrei.

"Iya si 'paling air mineral'," goda Andrea disusul dengan suara kekehannya. "Setidaknya kau milih dua minuman lah."

"Memangnya boleh beli dua minuman??" Andrei mengernyitkan dahi.

"Sore hari saja baru bisa beli dua minuman," jawab Andrea.

"Yaelah kirain!" gerutu Andrei.

"Tapi si Abercio malah pernah beli dua minuman, lho, di saat sarapan. Aku lihat beberapa hari yang lalu," kata Andrea.

"Terserah dia lah. Aku takut stok minuman habis jika aku beli dua minuman di pagi hari," kata Andrei. "Aku tidak mau ambil resiko yang merugikan orang lain."

"Kau masih tidak suka dengannya?" Tanya Andrea.

"Aku tidak suka gayanya yang selangit itu," kata Andrei. "Cukup membuat bulu kudukku berdiri, sungguh."

Andrea tertawa, "Sejak dia menyerobot barisanku, ya?"

"Iya itu tepatnya," kata Andrei dengan raut wajah mulai cemberut seperti mulai ada awan gelap di atas kepalanya. "Mana tidak ada kata 'maaf' darinya."

"Sudahlah, aku baik-baik saja. Mungkin dia sengaja agar tidak terlalu belakang," kata Andrea yang berusaha menyabarkan Andrei.

"Hmm," ucap Andrei singkat. Ia bergumam.

"Andrea," panggil Andrei.

"Kenapa?"

"Jangan tinggalkan aku jika kau menang."

Andrea tertawa terbahak-bahak.

"Apa yang lucu?" Andrei terbingung.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu wahai saudara kembarku sejak zigot!" kata Andrea. "Kan kita sudah berjanji agar selalu bersama!"

"Aku sengaja mengingatkanmu agar kau tidak lupa," kata Andrei.

"Tenang, ingatanku masih segar dan utuh," ucap Andrea.

"Omong-omong, makasih atas obrolan kita sebelum istirahat total. Berkat ini, makananku tanpa sadar habis. Sampai jumpa besok!" kata Andrea.

"Baiklah, sampai jumpa besok. Kutunggu kau pukul 07.30 di depan ruangan," ucap Andrei.

"Baik, Kapten Andrei!" ucap Andrei.

Seketika obrolan mereka dengan bantuan gelas plastik dan tali sepanjang dua meter pun berakhir. Alat tersebut pun dibiarkan menggantung tertahan oleh lubang di dinding.

Andrei yang juga tanpa sadar telah menyelesaikan konsumsinya itu langsung dibereskan dan dibuang ke kantung hitam khusus sampah yang berdiri lemas di lantai. Kini dirinya bersiap-siap untuk bersih-bersih, kemudian melanjutkan aksi menggapai mimpinya. Sementara rehat dari kehidupan nyata.

Halo, terima kasih ya sudah membaca cerita aku. Kalian sangat memotivasi aku untuk terus menulis lebih baik ^_^

Jangan lupa tambahkan ke library jika kalian suka yaa!

Have a nice day y'all!

angelia_ritacreators' thoughts