webnovel

HASANN DAN KELUARGA RYANDI

Banyak undangan perkawinan sudah diterima Hasann dari teman SMA maupun dari teman kuliahnya, dan waktu dia menerima Undangan Pernikahan Gabriela, ada pesan yang dicantumkan di kartu undangan itu berbunyi.

"Cinta tidak hanya tentang saling memandang, tetapi melihat bersama ke arah yang sama."

Sejenak ia merenungkan kalimat itu, dan seakan menanyakan kembali arah mana yang ia dan Ririe pandang. Rasanya belum cukup lama berpacaran dengannya belum saling mengenal pribadi masing-masing, tapi jarak sudah memisahkan mereka.

Usia Hasann menjelang 29 tahun, secara mental dan fisik sebenarnya dia sudah matang untuk berumah tangga, tapi balik lagi ke masalah ekonomi, yang masih terasa pas-pasan untuk hidupnya, ia merasa belum siap. Mana bisa ia datang melamar Ririe dan melangsungkan pesta perkawinannya nanti tanpa modal yang cukup ? pikirnya.

Melihat kehidupan kedua abangnya Ahmad dan Ryandi sih mereka mulai dari nol, dari bawah sekali dengan pasangannya masing-masing. Mereka siap. Tapi apa mungkin bisa diterapkan cara yang sama dengan Ririe,pertanyaan dibenaknya.

Enggak mungkin bisa. Ririe kan lain. Tingkat pendidikannya pun lain. Jadi bagaimana dong ? Tidak habis pikir, apakah ia salah mencintai atau bagaimana ? haruskah mencari cinta yang lain ?sewaktu masih ada bapaknya sih, Hasann masih bisa berdiskusi mengeluarkan uneg-unegnya soal ini, tapi sekarang dengan siapa lagi ia bisa bertukar pikiran ? Ahmad maupun Ryandi dirasakan engga tepat untuk membahasnya.

Hasann :"Rie apa kabarnya kamu?"

Ririe :"Baik San...tumben malam-malam gini. Ada apa San?"

Hasann : "Mau tanya, boleh ya ?"

Ririe :"Tanya apa tuh ?"

Hasann :"Kamu masih cinta engga sama aku Rie ?"

Ririe :"Kok nanyanya begitu sih ? memangnya ada apa San ? " pikiran Ririe menerawang.

Hasann : "Aku cuma ingin tahu aja, perasaan kamu sekarang seperti apa."

Riri :"Engga ada yang berubah San." Ia terpaksa berbohong, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya , yang sedang galau.

Hasann merasakan ada yang berubah. Kesan yang didapat setelah chat itu, kekasihnya sekarang agak dingin, engga ada nada manja-manjanya lagi. Dan Ririe pun mengeluhkan kalau Hasann semakin kaku , kurang candanya , engga keluar rayuan gombalnya . Kenapa juga ia tiba-tiba menanyakan hal sensitif seperti itu?

Hasann membulatkan tekad satu tahun lagi, setelah Ririe lulus S2 nya dia mau berterus terang kondisinya. Dan melamarnya.

Sebaliknya hubungan Ririe dengan Ardi tampak semakin erat saja, mereka bisa saling mengisi kekosongan dan mulai merasakan perasaan yang sama.

Sabtu pagi Ardi menjemput Ririe dirumahnya.

Tampak Ardi yang keluar dari mobil sedan putihnya membawa serangkaian bunga berwarna –warni .

"Buat kamu !" katanya singkat sambil menyerahkannya.

"Oh bagusnya...waah trimakasih ya, kamu baik banget deh, ibuku pasti suka nih hehehe, sebentar yaa," katanya.

"Buuu...ibuuu,ia berjalan kedalam rumah...ini dari Ardi bu."

Ibunya agak kaget tapi jelas senang dari rona mukanya mendengar nama itu disebutkan..."hmmm baagus sekali, harumm lagi."

"Aduuh trimakasih Ardi bunganya, ibu senang sekali ," katanya sumringah.

Pintar dia mengambil hati ibunya, dan Ririe pun senang dengan aksinya itu.

"Ayoo kita berangkat,"sapanya tanpa ingin berlama-lama disana, karena waktu sudah mepet. Yang langsung disambut oleh Ririe. Dia pun meraih tasnya dan berjalan menuju ke mobilnya.

"Ibuku senang banget dapet bunga dari kamu ,kamu lihat engga tadi ekspresinya ?"

"Emang betul gitu, segitu senangnya? hahaha...nanti kalo gitu aku kasih lagi ya hehehe."

"Jangan !"

"Lho kenapa engga ? kamu aneh deh."

"Jaaa...ngan ! Ririe mengulangi lagi jawabannya. Kamu mau diomelin sama bapak ?" katanya serius.

"Aahh masa siih ?"

"Hahaha...bapak bisa cemburu tau ! katanya sambil tertawa lepas.

"Aaaah bisa aja kamu Rie." Ardi menggelengkan kepalanya sambil mengulas senyum.

Mobil pun terus meluncur dan sampai diparkiran belakang kampus

Tampak Ririe yang sedang menoleh dan menatap wajah gantengnya dari samping ,ia percaya kalau banyak wanita di kampusnya mendambakan buat jadi pacarnya.

"Ardi ...boleh engga aku tanya sedikit?"

"Boleh dong, banyak juga engga apa-apa," jawabnya tenang seakan mengetahui apa yang akan didengarnya.

"Kok kamu pilih dekati aku sih, engga yang lain ?kan banyak yang lebih cantik dan wah di kampus kita? Aku mau jawaban yang sejujur-jujurnya , itu saja ," sambil tetap menatapnya.

"Kan aku udah bilang sama kamu tempo hari...lupa yaa?"

"Emang bilang apa?"

"Aduuuh aku sudah lupa Rie ...hahahaha,"candanya. Yang untuk pertama kali mendapat cubitan Ririe dilengannya. Masih tertawa-tawa, tapi sedikit meringis merasakan perih cubitannya.

Mata Ardi melotot , "Sakit tau, ! aku engga mau aah dicubit kayak gitu lagi," katanya tegas , yang langsung membuat Ririe jadi cemberut.

Ardi kurang suka dengan aksi cubit-cubitan Ririe, rona wajahnya jadi serius. Sejenak dia melirik ke arah Ririe yang jadi terdiam setelah tegurannya tadi.

lhoo kok jadi cemberut gitu siih ?dalam hati Ardi.

Ardi jadi naik darah dan setengah teriak bilang... "Kan aku udah, kasih tau kalo sudah lama aku tertarik sama kamu, kamu cantik ayu dengan lesung pipitnya . Dan kamu masih jomblo ...hehe. Masih kurang ?!" tandasnya.

Meski ia senang mendengar pengakuannya tapi ia tetap pasang muka agak cemberut karena dibentak-bentak seperti itu dan rasanya ada nada melecehkan. Huh...cepat marah rupanya ini orang , dalam hatinya.

Ardi memegang tangannya, meremas perlahan sambil menatapnya.

"Maafin aku yaa tadi ? tanyanya tetap menatap matanya turun ke bibirnya. Ririe masih terdiam engga menjawab. Dan Ardi pun mencoba mendaratkan ciuman dibibirnya Ririe, dikulumnya bibirnya dan tangannya mulai menggerayangi tubuhnya.

"Apa-apa an sih ini aaah !?"protesnya sambil menghalau tangan dan muka Ardi dengan kasar.

Mendapat penolakan keras seperti itu , Ardi pun langsung cemberut. Belagu amat sih ini cewek, pikirnya.

Mereka pun turun dari mobil dan masing-masing bergabung dengan teman lainnya yang sedang menunggu jam ujian.

Ririe berusaha tetap fokus dengan setiap pertanyaan di lembar ujiannya,dan setelah memeriksa ulang setiap jawabannya, ia pun menyerahkan lembar soal beserta jawabannya ke petugas jaga. Ia lebih cepat menyelesaikan nya dari waktu yang diberikan.

Ririe merasa lega, selesai sudah ujian semester 2 ini seluruhnya dan hasilnya biasa keluar satu minggu kemudian.

Jarum jam menunjukan pukul 10.10 masih ada sekitar 20 menit menunggu bel berbunyi tanda waktu ujian habis. Ririe pergi ke kantin kampus,disana ia memesan minuman lemon tea hangat. Ia duduk sendirian,sambil memikirkan kejadian tadi di dalam mobil. Ia tahu Ardi kecewa dengan penolakannya, tapi Ririe juga punya alasan untuk itu. Hubungan mereka masih sebatas pertemanan.

Sambil duduk ia membuka telpon genggamnya, dia mencari nama Hasann dan mendapati foto displaynya yang sudah berubah. Sekarang dia pasang foto setangkai bunga mawar merah yang masih dipohonnya.

"Hm...," gumannya perlahan. Kenapa dia pasang foto bunga itu pikirnya engga biasa.Tapi dia pun engga ada niatan untuk menanyakan. Seakan waktu nya tepat untuk membatasi percakapan yang tidak perlu, tapi hati kecilnya berlawanan, tetap ingin sekedar bercakap dengannya.

Ririe : "Apa kabar San ?"

Hasann sedang dikelas didepan murid-muridnya, menulis beberapa soal di white board untuk pekerjaan rumah mereka.

Selesai menulis semua soal, dia kembali duduk didepan meja kerjanya sambil menunggu semua muridnya selesai mencatat. Ia pun mengedarkan pandangannya keseluruh murid-murid kesayangannya,hatinya ada disana. Sejenak ia merenungkan hidupnya kelak , membayangkan anak-anaknya sendiri yang sedang belajar di kelas. Hm...suatu hari nanti pasti terwujud ,dalam hatinya.

Ia pun melirik jam tangannya, menunggu bel berbunyi.

Sekitar 1 menit sebelum jam pelajaran berakhir.

"Baik...anak-anak...sudah selesai semua mencatatnya yaaa ? tolong dikerjakan dirumah untuk kita bahas bersama besok yaa ?" Hasann pun berkemas-kemas dengan tas dan bukunya..."Selamat pagi semua, sampai besok yaa?" katanya sambil mengangkat tangannya meninggalkan ruangan kelas.

Diruang guru dia membalas pesannya Ririe.

Hasann :"Baik aja, gimana kamu disana Rie ?"

Di kantin kampus, Ririe menutup telponnya sejenak setelah mengirim pesan ke ponselnya Ardi, yang mengabarkan kalau dia ada di kantin kampus.

Tampak Ardi keluar pintu ruang ujian dan mengedarkan pandangannya mencari-cari, ia pun membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Ririe. Ia pun berjalan ke kantin .

"Ayoo kita langsung pulang aja Rie, aku mau ada urusan dengan klien baru nih !"

Ririe yang engga menyangka akan langsung diajak pulangpun dengan cepat membereskan tasnya tanpa menyentuh kembali gelasnya yang masih setengah terisi. Cepat ia berdiri dan jalan bersama ke parkiran mobil. Agak terpaksa. Kok begini perlakuannya, dirasakannya kurang pas, dalam hatinya.