webnovel

CRUSH (My Fireflies)

Karina menunggu pacarnya hampir 4 jam untuk merayakan tahun baru bersama. Namun, pacarnya tak kunjung datang dan tiba-tiba menelepon untuk meminta putus dengannya. Sumpah serapah terus keluar dari mulutnya dengan wajah berlinang air mata. Namun, alih-alih basah oleh air mata, hujan malah mengguyur Karina seperti disengaja. Lalu, seorang cowok tampan menghampiri dan memberikannya payung serta satu cup hot coffee. Tanpa berbicara apa pun. Kebaikan kecil itu membuat hatinya berdesir. Dan tanpa mereka sadari, benang takdir sudah terikat di antara keduanya. Membawa berbagai rasa, serta kenangan yang akan segera terukir. Lewat kepolosan cinta masa SMA yang penuh dengan drama dan juga ke-absurd-an teman-temannya yang juga ikut menghiasi kenangan. Ikuti kisah penuh warna mereka di sini!!

HuangVioren · วัยรุ่น
Not enough ratings
243 Chs

Shameless

Gadis cantik yang biasanya tampak cantik itu kini berjalan gontai ke arah kelasnya. Ia masih merasa malu dengan kejadian kemarin. Dan parahnya, kejadian kemarin berakhir begitu saja. Ezra juga tidak mengucapkan apa pun setelah itu.

Terlebih saat memasuki kelas, teman-teman laknatnya malah memprodikan kejadian kemarin. Padahal, ia hanya ingin cepat-cepat melupakan nya.

"Jangan ganggu pacar aku!!"

"Pfffttt ... kyahahahah!!"

Karina menatap kesal Emy yang meniru adegannya kemarin dan Kaila yang tertawa terbahak-bahak.

Mengapa rasanya mereka melebih-lebihkan adegan kemarin? Dan lagi, ia tidak berucap dengan nada memalukan seperti yang Amy lakukan barusan.

"Jahat!! Kalian semua jahat banget! Gue kemarin malu banget tau!! Huwaaa!!" teriak Karina yang air matanya sudah mengalir entah dari mana.

Entah itu benar-benar air mata, atau hanya air biasa yang mengalir.

"Ututututu cup cup cup! Jangan nangis, dong! Nanti Amy kasih permen, deh!" ucap Amy layaknya menenangkan seorang bayi yang menangis.

"Sayang Karina banyak-banyak!" ujar Kaila yang sekarang sudah memeluk Karina erat. "Tapi boong, wlekkk!" cibir Kaila lagi dan langsung ditimpuk oleh Karina.

Memang persahabatan mereka penuh dengan drama. Sedangkan Davira? Gadis itu hanya menatap teman-temannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa bisa dia bersahabat dengan orang-orang yang modelan begini?

Davira bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah teman-temannya sambil berujar, "Karina, tenang ga usah sedih. Semua orang juga pernah gagal setidaknya sekali atau dua kali."

"Davira ... hiks ... TAPI GUE UDAH GAGAL BERKALI-KALI, WOILAH!!" ringis Karina sambil mencak-mencak. Sontak Kaila dan Amy tergelak mendengarnya.

"Gini-gini ... lo ga penasaran hubungan dia sama Pak Abian?" bisik Davira lagi. Entah kenapa itu malah terdengar seperti bisikan setan.

Mereka bertiga langsung memasang ekspresi kaget, terutama Karina. Bisa-bisanya ia melupakan hal penting begitu.

Amy dan Kaila langsung menjauhkan Davira dari Karina.

"Baca situasi napa? Ga peka, woilah!" bisik Kaila. Padahal, sejak kemarin dialah yang mengejek Karina paling parah. Namun, ternyata dia masih perhatian.

"Padahal dia udah lupa masalah itu, loh!" bisik Amy.

Mereka bertiga—Amy, Kaila dan Davira—melirik ke arah Karina yang sudah menyatu dengan pojok kelas.

"Karina sudah ditelan oleh kegelapan, Bestie!" decak Amy.

Ya ... aura di sekeliling Karina terlihat menggelap bak awan mendung yang akan segera menurunkan hujan.

"Davira, pr matematika nya? Mau kumpulin ke Pak Abian," ujar seorang gadis manis yang biasa dipanggil Stella. Bukan pengharum ruangan ya, Guys!

Gadis itu adalah salah seorang teman sekelasnya dan kebetulan hari ini dia piket kelas. Makanya, dia yang mengumpulkan tugas-tugas murid lainnya.

Davira mengambil tiga buku dari mejanya. "Punya Karina nanti dikumpulin sendiri katanya."

Stella mengangguk. "Okee!" jawabnya dan berlalu begitu saja.

***

Karina lagi-lagi menghela napas sepanjang perjalanan ke kantor guru. Sebenarnya, ia sangat malas bertemu dengan Pak Abian sekarang. Karena beberapa hal termasuk perihal sekarang—tentang Ezra—ia jadi semakin tidak menyukai guru itu meskipun tampan.

'Keknya hidup gue bener-bener apes dah kalo masalah percintaan ... perasaan gue gagal mulu, dah! Tapi kalo dipikir-pikir, otak gue juga pas-pasan, sih. Temen-temen gue lucknut semua. Bisa-bisanya pr gue ga dikumpulin. Sialan ...,' batinnya.

Karina memasuki ruang guru sambil mengucapkan salam. Lalu, ia berjalan ke meja Pak Abian.

"Permisi! Maaf, Pak, saya lupa kumpulin pr nya."

Karina menatap sekeliling ruangan. Kosong. Ia tidak menemukan Pak Abian di mana pun.

"Lah, malah ga ada orang."

Karina pun meletakkan buku pr nya ke tumpukan buku yang diyakini adalah milik kelasnya.

Sejenak, terlintas sesuatu di pikirannya saat melihat tirai di belakang meja Pak Abian yang tertutup.

Dengan pelan sambil melirik kiri kanan, gadis itu pun mengintip ke dalam tirai tersebut. Dan benar seperti dugaannya, dia benar-benar ada di dalam sana sambil tertidur.

Ya ... dia adalah Ezra.

Karina mendekat ke arah cowok itu, lalu berjongkok di hadapannya. Ia lalu memandangi wajah tampan cowok yang tertidur pulas itu.

"Cakep banget sumpah! Tapi, masa iya belok? Kasian tau perasaan gue," gumamnya dengan di akhiri helaan napas panjang.

Gadis ingin beranjak, namun sialnya cowok yang sedang tertidur itu malah mengigau dan menarik lengannya.

Karina panik bukan main. Hampir saja ia terhuyung dan jatuh ke dekapan cowok itu. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepaskan cengkeraman tangan si cowok itu dari lengannya.

Namun, sepertinya itu sia-sia saja, karena tenaganya tak berguna sama sekali. Dan sialnya lagi, cowok itu malah membuka kedua matanya.

'Arghh!! Tidak!! Kok, bangun, sih!!' teriak batinnya.

Namun ternyata cowok itu sepertinya hanya mengingat saja. Entahlah, yang jelas dia tertidur kembali. Namun, cengkeraman nya dari lengan Karina masih tidak terlepas.

"Karina?"

Gadis itu seketika menegang saat seseorang baru saja memanggil namanya.

"Loh, kok di sini? Ada apa?" tanyanya lagi.

Ya ... itu adalah Pak Abian. Wajah Karina memucat seketika. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Rasanya seperti kepergok maling saja, batinnya.

"P-pak Abian? I-ini ga kek Bapak pikirin, kok! Serius! Ini salah paham!" paniknya. Dan dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada, ia akhirnya terlepas dari cengkeraman cowok yang sedang tertidur itu.

Bisa-bisanya dia mencengkeram orang lain sekuat ini saat tertidur.

Karina langsung menghampiri Pak Abian yang menatapnya kebingungan.

"Sa-saya mau balikin payung yang dia pinjemin ke saya! O-oh, bukan ... itu ... eum ... s-saya mau kumpulin pr tadi ke Bapak!" jelasnya gelalapan.

Pak Abian malah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Karina meneguk ludahnya.

"Sa-saya permisi dulu, Pak!"

"Ka-karina?"

Gadis itu pun langsung berlari keluar, tak mempedulikan Pak Abian yang memanggil namanya.

"Pak? Ada orang barusan, ya?" tanya cowok yang kini sudah bangun dari tidurnya.

"Hm? Udah bangun? Tadi ada Karina," jawab Pak Abian.

"Karina?" gumamnya pelan.

***

Dan entah bagaimana dan dengan banyak alasan, akhirnya Karina dapat berbicara secara face to face dengan Ezra.

Karina memandang cowok di hadapannya ini dengan takjub. Dia benar-benar sangat tampan. Entahlah, kadar ketampanannya itu sudah masuk ke kategori cantik.

"G-gue mau balikin payung ini," ujarnya sambil menyerahkan payung berwarna biru muda tersebut.

"Hm? Payung? Padahal ga apa-apa kalo ga dibalikin," jawabnya datar.

"Gak gak! Pokoknya harus dibalikin, dan sekali lagi gue ucapin makasih karena udah kasih gue payung sama minum di tengah badai," jelas Karina dengan semangat.

Cowok itu terlihat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Y-ya, ga masalah. Lagian itu cuma hujan biasa aja bukan badai," balasnya.

"Gak gak gak! Menurut gue itu badai banget!"

Cowok itu terdiam sambil mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Sepertinya ia bingung harus merespon seperti apa.

Karina terkekeh pelan. "Tanyain dong, kenapa gue basah-basahan di bawah hujan!"

***