webnovel

Ntar Gue Diculik, Kan Lagi Gemes-gemesnya

Waktu baru saja menunjukkan pukul 3 sore, namun apa yang dikerjakan oleh Aldric dan Sasha sudah selesai. Mereka masih cukup memiliki banyak waktu.

"Apa kamu mau berjalan-jalan di kota ini? Belum sore, sayang jika langsung pulang ke hotel. Lagian di hotel hanya diam saja, kan?" tanya Aldric tiba-tiba membuyarkan pikirannya. Seketika Sasha menoleh pada Aldric.

"Tapi saya gak tahu juga harus pergi ke mana, Pak. Saya gak tahu kota ini dan tempat yang bisa di kunjungi," ujar Sasha.

"Saya juga, tapi saya pernah mendengar pantai di kota ini bagus. Lokasinya juga gak terlalu jauh," ujar Aldric.

"Pantai?"

Aldric mengangguk, "Jika langsung kembali ke hotel, saya hanya akan diam saja di kamar. Sebenarnya cukup membosankan."

Memang benar apa yang diucapkan oleh Aldric, Sasha sendiripun hanya akan diam di kamar hotel dan berbaring terus menerus.

Sasha berpikir jika tawaran Aldric cukup bagus. Ia kemudian mengangguk.

Aldric langsung meminta supir yang membawa mobil mereka untuk pergi ke pantai dan mengantarkan mereka. Mobil yang membawa mereka langsung melaju ke arah pantai yang di tuju.

Rupanya daerah pinggiran pantai lebih ramai di banding dengan tempat lokasi proyek mereka. Lokasi ini merupakan pusat dari kota ini, sedangkan lokasi proyek berada di pinggiran kota yang nantinya akan menjadi daerah administratif kota ini. Sedangkan pusat dan hiburan kota hidup di pinggiran pantai.

"Sepertinya kota lebih hidup di sini," gumam Sasha pelan, namun rupanya dapat masih didengar oleh Aldric.

"Iya, memang kehidupan masyarakat lebih berkembang di sini. Lokasi proyek kita akan menjadi kawasan kantor pemerintahan saja, tapi kelak jika sudah selesai pasti di sana juga ramai," jelas Aldric.

Sasha menganggukinya.

Aldric mengajak Sasha untuk pergi mencari makanan, ada beberapa tempat makan yang berada di sekitar pantai.

"Kamu gak ada alergi makanan laut, kan?" tanyanya.

"Gak ada, Pak!" sahut Sasha.

"Baguslah, kita makan itu saja."

Sayang sekali jika berada di pantai tapi tidak makan makanan hidangan laut. Sasha duduk di hadapan Aldric, mereka hanya diam tanpa kata saling sibuk dengan ponsel masing-masing sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.

Sasha mengambil gambar dengan ponselnya, ia mengambil gambar pantai dan laut yang terlihat dari tempatnya duduk kemudian mengirimkannya ke grup chat.

Mbak Lona : Anjayyy!! Keren! Lu di mana, Kampret?

Sasha : Hahaha… makan sore pinggir pantai. Pantainya keren, kan?

Mia : Ikuttttttt!!

Mbak Lona : Ikut! Ikut! Kerjain dulu laporan yang baru gue kasih!

Mbak Lona : Gak ada Lu, Sha. Kerjaan di kantor banyak! Kapan Lu pulang? Lu di sana malah jalan-jalan, jam segini Lu udah bebas aja!

Mia : Aku juga mauuuuu

Sasha : Ni baru selesai kok. Baru balik, tadi cuma datengin perkampungan deket lokasi proyek terus ngobrol sama pemuka desa sana. Juga ngobrol-ngobrol sama warga sana. Untung aja gak ada masalah besar sama hambatan.

Mbak Lona : Jadi ni udah selesai kerja?

Sasha : iya

Mia : Enaknya!!

Mbak Lona : Laki gue mana?

Sasha : Mas Adrian?

Mbak Lona : Ya Pak Aldric lahhh

Mia : Mas Adrian nihhh gak diakuin bininya!!

Mbak Lona : Sialan Lu, dasar tukang adu!

Sasha : Nih ada depan gue.

Mbak Lona : Whatttt?? Lu makan berdua di pinggir pantai?

Sasha : Dia yang ngajak melipir dulu sebelum pulang. Sebagai bawahannya ya gue ngekor aja, lumayan kan, lagian gue gak tau daerah sini kalau pergi sendiri entar gue di culik lagi. Kan gue lagi gemes-gemesnya.

Mbak Lona : pengen muntah gue!

Mia : Wah? Serius? Ngedate ceritanya?

Mbak Lona : hei, Lu sembarangan ngomong. Dia kan laki gue! Sasha berani macem-macem liat ya, gue giling pake ban mobil gue entar.

Sasha : Mana ada ngedate. Duh jangan gila.

Mia : Ya gak apa-apa, Sha. Kan Lu single, dia juga. Salahnya di mana?

Mbak Lona : Salahlah, kan itu laki gue!!!

Mia : Masssss Adriannn nihhh, Massss!!

Sasha terkekeh geli, ketika melihat kelakuan Mbak Lona dan Mia. Ia kemudian kembali mengetikkan jarinya.

Sasha : Gak, laah. Gak mungkin gue ngedate. Lu berdua tau kan gue masih menikmati kesendirian gue.

Mia : Gak asik, sumpah! Lu tuh berhak bahagia kali, Sha.

Mbak Lona : Mia, udah deh susah ngomong sama curut itu. Lagian itu laki gue, dan gue gak mau sharing laki, catet ya.

Mia : Mbak!!

Mbak Lona : Apa?

Mia : Lu nyebelin! Gue bener-bener kasih tau Mas Adrian nih ya!

Mbak Lona : Berani Lu?

Mia : Gak! Tapi demi kebahagiaan Sasha, gue mau coba!

Mbak Lona : Sialan Lu, sini gue jambak!

Sasha kembali terkekeh membaca perdebatan Mbak Lona dan Mia di chat. Hingga ia tidak sadar jika sejak tadi ia diperhatikan oleh Aldric yang duduk di hadapannya.

"Kayanya ada yang lucu," ucap Aldric tiba-tiba hingga membuat Sasha menolehkan kepalanya pada Aldric dan menatapnya kaget.

Seketika Sasha menggeleng pelan, "Saya hanya sedang mengobrol dengan teman-teman saya."

"Obrolan kalian sepertinya menyenangkan, memang apa yang dibahas?" tanya Aldric.

Kening Sasha berkerut. 'Ni orang kepo banget sih!' dengusnya dalam hati.

"Cuma obrolan biasa kok, Pak. Dan beberapa pembahasan mengenai pekerjaan," jelas Sasha.

"Oh ya?"

Sasha mengangguk. "Mereka sedikit keteteran karena harus mengerjakan yang seharusnya jadi tugasku, jadi ya mereka akan rewel dan minta oleh-oleh sebagai gantinya," kilah Sasha agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Aldric.

Aldric hanya mengangguk-anggukan kepalanya, tak lama kemudian pesanan makanan mereka akhirnya di antar oleh pelayan. Namun Aldric bisa menebak sedikitnya apa yang mereka obrolkan. Bukankah ia sudah membaca chat mereka tadi malam. Mungkin pembahasan mereka tak jauh dengan apa yang mereka bicarakan semalam, tapi urusan pekerjaan juga mungkin akan menjadi pembahasan mereka.

Setelah tahu kondisi Sasha semalam, Aldric memang sedikit mengerem dirinya. Ia akan mendekati Sasha dengan perlahan dan tidak terburu-buru. Ia hanya ingin membuat Sasha percaya padanya dan mulai nyaman dengannya, tidak menghindari lagi dirinya.

"Enak?" tanya Aldric pada Sasha yang kini sedang mencoba makanan yang mereka pesan.

"Enak." Sasha menjawab seraya mengangguk.

Aldric hanya tersenyum kecil, kemudian ia kembali melanjutkan makannya. Aldric akan membuat Sasha terbiasa dekat dengan dirinya.

Sasha merasa tidak nyaman harus makan di bawah tatapan Aldric, hingga ia hanya menundukkan kepalanya dan fokus pada makanannya.

'Kenapa sih dia liatnya gitu banget! Bikin takut aja!' gumamnya dalam hati.

Tapi Sasha tetap berusaha bersikap biasa saja dan tak peduli dengan hal itu. 'Untung aja ganteng, coba kalau gak. Kan males juga diliatin kek gitu.'

'Eh udah-udah, gak usah mikir yang aneh-aneh. Ntar otak gue traveling kemana-mana lagi bisa berabe!' dengusnya lagi dalam hati.

Sasha berusaha berindak seperti biasanya dan cuek, meski beberapa kali otaknya sudah berpikiran yang tidak-tidak.

Pelukan di pinggir pantai, terus ciuman. Ahh… bayangan itu membuat tubuhnya merinding. Apalagi jika dilakukan dengan pria tampan di depannya ini.

'Tuh kan! Bodoh! Bodoh!' serunya dalam hati.

Dari sudut matanya ia melihat tangan Aldric yang sedang memegang garpu dan pisau, tangannya lebih besar dari tangannya, dan jari-jarinya yang cukup panjang, ditambah kulitnya yang terlihat begitu halus. Jika diingat, sudah beberapa kali ia menyentuh tangan itu. Dan ia bisa merasakan betapa halusnya tangan milik Aldric.

Tak bisa dibayangkan, bagaimana jika tangan itu menyentuh seluruh tubuhnya. Sebuah gelenyar aneh mulai terasa di tubuhnya. Tanpa sadar pipinya kini mulai terasa panas.

'Bodoh!' rutuknya dalam hati, setelah ia sadar dari pikiran kotornya itu yang sudah membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

-To Be continue-