webnovel

Hidup Gue Kok Miris Banget Ya!

"Kenapa hidup gue gak adil!" keluh Mbak Lona begitu ia dan Sasha sudah kembali ke ruangan mereka. Sasha hanya bisa menghela napas, entah sudah keberapa kalinya Mbak Lona mengatakan hal itu sejak mereka keluar dari dalam ruang rapat.

"Mbak aja deh ya pergi, gue gak mau, serius!" ujar Sasha.

"Kalau bisa gue udah minta sama Pak Adam dari tadi, kampret! Lu gak denger apa dia bilang apa tadi?" kesal Mbak Lona.

"Kalian ngomongin apaan sih? Ada kejadian apa emangnya di ruang rapat tadi?" tanya Mia penasaran.

"Noh Si curut, dia ada tugas lapangan nemenin Pak Aldric, kan gue mau!" jelas Mbak Lona seraya menunjuk Sasha dengan matanya ke arah Sasha.

"Wah seriusan?" tanya Mia tak percaya.

"Mia, Lu gantiin gue ya! Sumpah gue gak mau pergi-pergi jauh gitu! Mana harus pake pesawat lagi!" ujar Sasha beralasan.

"Gak bisa dodol! Pak Adam udah nunjuk Lu langsung tadi, Lu mau di bilang gak profesional?" Mbak Lona bertanya.

"Iya Mbak, tapi kan gue gak pernah naik pesawat. Takut!" ujar Sasha. Selain memang belum pernah naik pesawat dan merasa takut naik pesawat, Sasha juga memang merasa canggung jika harus bersama dengan Aldric. Apalagi mereka akan pergi selama beberapa hari atau seminggu lebih. Entah bagaimana dengan otaknya nanti.

"Pertama gue naik pesawat juga gue takut, tapi lama-lama gak kok," timpal Mia.

"Ah sudahlah kesempatan gue buat berduaan sama Pak Aldric pupus sudah!" ucap Mbak Lona sedih.

"Kapan perginya?" tanya Mia.

"Nanti Senin," jawan Sasha malas tapi lebih ke pasrah.

"Berapa lama?"

Sasha hanya bisa mengangkat kedua bahunya, "Tergantung kekumpulnya data, bisa beberapa hari atau bisa seminggu lebih."

"Kesempataaannn gueee!" pekik Mbak Lona.

"Mas Adrian…, ini nih bininya nakal…" goda Mia kemudian terkekeh geli.

***

Rasanya Sasha sudah semakin tak bersemangat sejak kemarin ia mendapat tugas harus menemani Aldric minggu depan. Ia belum pernah pergi-pergi jauh, dan tak pernah naik pesawat. Sedangkan lokasi yang akan mereka tuju cukup jauh dan bisa di tempuh dengan pesawat sekitar 3 jam lamanya. Bukan hanya itu, kini pekerjaannya cukup banyak karena ia harus mengerjakan laporan lainnya, karena minggu depan ia tidak ada di kantor. Hingga hari ini ia kembali lembur, untung saja Mia dan Mbak Lona menemaninya. Tapi mereka baru saja pulang. Mia dijemput oleh kekasihnya dan Mbak Lona membawa mobil sendiri.

Kini ia duduk di lobby menunggu ojek online yang sudah di pesannya. Ia juga tak lupa menghubungi pihak bengkel siang tadi bahwa ia akan mengambil mobilnya setelah ia kembali dari luar kota.

"Boleh saya duduk di sini?" ucap seorang pria kepada Sasha yang sejak tadi hanya diam dan memainkan ponselnya.

Pria itu adalah Aldric, pria yang ingin ia hindari. Pria yang membuat mood-nya sedikit buruk. Salah, lebih tepatnya membuat otaknya berimaginasi terlalu liar.

"Silahkan, " ucap Sasha sesopan mungkin. Tak mungkin juga ia mengusirnya, meski sebenarnya ia ingin melakukannya.

'Kok hidup gue miris banget ya! Kayanya gue harus mandi kembang tujuh rupa dan air tujuh sumur deh buat buang sial gue,' gumamnya dalam hati. Sasha hanya malas saja berdekatan dengan laki-laki apalagi laki-laki itu memiliki banyak fans yang bar-bar. Bisa-bisa ia jadi sasaran amukan para fans-nya jika ia dekat dengannya, padahal hanya melakukan pekerjaannya. Terutama karena otaknya akan berpikiran yang tidak-tidak. Ia harus menyelamatkan otaknya sebelum rusak permanen.

Bukan hanya itu Sasha juga sedikit enggan saja berdekatan dengan seorang laki-laki setelah hatinya hancur berkeping-keping karena dikhianati oleh mantan kekasihnya yang tak tahu malu itu, bahkan hingga kini ia enggan untuk menyebut namanya.

"Santai saja, tidak usah formal, kita tidak sedang bekerja, lagi pula jam kerja sudah lewat," ujar Aldric.

"Hehe…, ok!" Sasha tampak canggung dan serba salah. Bagaimana pun ia tetap harus bersikap sopan pada pria ini. Dan menahan isi pikirannya agar tidak berkembang kotor kemana-mana. Meski memang bukan bagian dari tempatnya bekerja tapi ia tak beda jauh dengan Pak Adam. Hingga semua pegawai di kantornya menghormatinya.

Pria ini memiliki wajah yang serius, tegas, bahkan matanya sangat tajam. Padahal dia memang tampan. Itu hal jujur yang memang harus ia akui. Makanya pikirannya berkelana kemana-mana.

Menurut Adam dirinya terlalu kaku dan serius, hingga diusianya yang sudah menginjak kepala tiga ia tidak memiliki kekasih apalagi calon istri. Padahal ayah dan ibunya sudah mendesaknya untuk mencari calon istri padanya.

Berbeda dengan Adam, meski umur mereka sama tapi jangan di samakan untuk urusan pengalaman percintaan. Adam memang ahlinya, bahkan beberapa bulan ke depan ia akan segera menikahi Fanny yang merupakan calon istrinya.

Ia dan Adam sudah kenal dan berteman sejak kecil. Hingga kini mereka sama-sama meneruskan perusahaan milik keluarga mereka masing-masing.

Bukannya tidak laku seperti Adam, banyak wanita yang mengejar dirinya hanya saja ia tidak tertarik pada wanita-wanita itu. Jika berpikir bahwa Aldric memiliki kelainan, tentu saja tidak. Ia masih menyukai lawan jenis, hanya saja ia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta begitu saja.

Ia juga memiliki wajah yang tampan dan rupawan, tubuhnya juga tinggi dan atletis apalagi ayahnya yang merupakan orang Belanda membuat parasnya semakin tampan dengan darah campuran.

Dulu ia pernah mencintai seorang wanita, namun kisah cintanya harus kandas. Dan sejak itu ia sedikit kesulitan untuk membuka hatinya kembali. Luka itu terlalu dalam dan menyakitkan.

Dan sebagai seorang pria dewasa, tentu saja ia memiliki sebuah kebutuhan. Apalagi jika bukan hasrat. Tentu saja ini bukan hal yang susah meskipun ia tak memiliki seorang kekasih. Bahkan banyak wanita yang bersedia hanya sekedar untuk menghangatkan ranjangnya. Tapi ia tak pernah memilih wanita-wanita yang memang dengan jelas menyukainya, karena akan sulit untuk terlepas dari mereka. Ia akan menyalurkan hasratnya dengan membayar seorang wanita bayaran. Tentu saja tidak sembarangan wanita bayaran akan ia pakai begitu saja, setidaknya ia harus memastikan kesehatan mereka. Ia tak ingin mengambil resiko buruk ke depannya nanti.

Tidak sering juga Aldric melakukannya, jujur saja. Terakhir kali mungkin sekitar 4 atau 5 bulan yang lalu. Sejak itu ia belum pernah menyentuh wanita lagi sama sekali.

Hidupnya memang begitu monoton, sampai suatu hari sekitar 5 bulan yang lalu ketika ia datang ke kantor Adam, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang wanita yang menurutnya berbeda. Dan cukup menarik perhatiannya. Bahkan membuat jantungnya berdetak dua kali lipat dari biasanya.

Jangan bayangkan wanita itu seorang wanita yang anggun. Tapi memang wanita itu berbicara sopan jika di kantor dalam urusan pekerjaan. Garis bawahi hanya urusan pekerjaan.

Wanita itu sangat berbeda ketika ia berbicara di luar kantor apalagi dengan kedua temannya itu. Dia juga wanita yang cukup berani. Jika sudah berbicara panjang lebar pasti ia bicara secepat kereta api, panjangnya bisa sampai mengalahkan rel kereta api, mungkin. Apalagi teriakannya, bisa membuat telinga dan jantung terkejut luar biasa.

Tentu saja ia pernah mendengarnya dan melihatnya secara langsung dan tidak sengaja.

Absurd, sedikit tomboy, kadang centil. Tapi, dia respect terhadap kedua temannya itu. Tak segan membela ke dua temannya saat mereka harus menghadapi orang luar yang mengganggu mereka.

Ini terjadi beberapa bulan yang lalu, saat ia tak sengaja berada di tempat yang sama ketika gadis itu dan temannya sedang makan siang di salah satu cafe yang tak jauh dari kantor Adam. Saat itu ada pria asing yang tiba-tiba saja mendekati meja mereka dan mencoba untuk mendekati salah satu di antara mereka. Bahkan tak segan gadis itu memberikan pukulan ke wajah pria tak sopan itu, bukan tamparan seperti wanita pada umumnya.

Siapa dia ??

-To Be Continue-