Mo Liancheng memperhatikan Qu Tan'er yang menyelipkan pusaka emas itu ke ikat pinggangnya, kemudian dia menyapukan pandangan ke tangannya yang meminta surat cerai membuat alisnya terangkat sedikit.
"Kenapa kamu tidak menepati janji?" Qu Tan'er melotot dan merengut. Perkataan pria memang tidak bisa dipercaya. Kalau bisa dipercaya, mungkin babi sudah bisa terbang di langit, pikirnya.
"Memang aku pernah janji ke kamu?"
"Kamu tadi jelas-jelas..."
"Memangnya aku pernah berkata seperti itu?" tanya Mo Liancheng.
"Kamu..." Kini Qu Tan'er akhirnya mengalami apa yang namanya dibohongi.
"Aku tidak akan memberikan surat cerai untukmu. Kamu tetap istriku." ujar Mo Liancheng yang tidak peduli dengan kekesalan Qu Tan'er.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com