Qu Tan'er menghadap ke arah Jingxin lalu berbisik, "Ada satu hal yang menarik. Di tempat asalku, kami tidak akan bersujud begitu saja. Kami menganggap bersujud adalah hal yang sial, kamu tahu kenapa?"
"Kenapa?" tanya Jingxin penasaran.
"Karena… Kami hanya bersujud menghadap orang mati. Kamu lihat saja apa wajah Nyonya Pertama sudah seperti wajah orang mati di peti mati."
"..." Jingxin menunduk kepala dan hampir saja tidak bisa menahan diri untuk tertawa.
Suara hujan membuat orang-orang yang mengawasi mereka tidak bisa mendengar percakapan barusan. Sementara Qu Jianglin dengan wajah datar menerawang ke arah Qu Tan'er yang sedang berlutut. Bukannya menyuruh putrinya bangun, dia malah menyetujui cara Nyonya Besar.
"Tunggu sampai kamu sudah mengerti, kamu baru boleh bangun," ujar Qu Jianglin.
"Lepaskan ibuku." Qu Tan'er menyapu pandangan ke arah Nyonya Kesembilan yang masih dicengkeram oleh pelayan Nyonya Besar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com