"Hyung, Hyung, PRESDIR!" suara teriakan heboh dari seorang Park Jihyuk memenuhi koridor rumah sakit, karena pria itu berteriak heboh di depan pintu ruang rawat Jaera.
"Astaga, PARK JIHYUK!" Maki Yoonki saat Jihyuk sudah benar-benar masuk kedalam ruangan.
Bagaimana tidak kesal, Yoonki yang masih menikmati alam mimpinya harus dikagetkan paksa oleh teriak Jihyuk yang begitu heboh. Bahkan Jaera yang masih tertidur pun ikut bangun dan kaget saat Jihyuk mendorong pintu tergesa.
"Hyung, nenek bilang istrimu melahirkan. Sejak kapan kau menikah lagi Hyung? Bahkan aku sekali saja belum pernah, kau malah sudah 2 kali. Sungguh luar biasa" decak Jihyuk.
"Ya, bisa kah kau bertanya satu-satu! Membuat ku pusing saja. Siapa bilang aku menikah lagi?" Ucap Yoonki khas seseorang yang baru saja bangun tidur.
"Ya Tuhan, astaga. Jadi kau istri Yoonki Hyung?"
Tak mempedulikan Yoonki, Jihyuk langsung mendekati Jaera dengan mata berbinar.
"Tidak.Tidak. Aku bukan..." Jaera mengibaskan tangannya ingin meluruskan prasangka Jihyuk. Namun belum selesai Jaera berbicara, Jihyuk sudah mengagetkan nya.
"Uwah, Kau sangat imut" Jihyuk mencubit kedua pipi Jaera. Membuat Jaera melotot tak percaya.
"Hyung, bagaimana bisa kau mendapatkan istri seimut ini" Jihyuk menoleh pada Yoonki tapi masih pada posisi mencubit pipi Jaera.
"Park Jihyuk jauhkan tangan tak sopanmu itu!" Ucap Yoonki datar.
"Ah, maaf, maaf" Jijyuk tersenyum manis pada Jaera. "Hyung baju kerjamu sudah ku bawakan. Kenapa kau tak pulang saja pagi ini. Merepotkan saja!" Sungut Jihyuk.
"Jadi kau terpaksa?"
"Tentu saja PRESDIR yang terhormat"
"Apa peduli ku" acuh Yoonki.
"Oh iya, nyonya muda Lee yang manis aku juga membawakan sarapan pagi untukmu" Jihyuk menyodorkan kantung tas yang berisi kotak makan. "Ibu dan nenek Yoonki hyung, membuat mu bubur khusus untuk ibu yang baru saja melahirkan kan. Makan yang banyak agar kau cepat pulih. Itu pesan nenek"
Jihyuk menjelaskan seperti berbicara pada balita umur 5 tahun pada Jaera. Jihyuk mengatakan bahwa Jaera manis dan imut, padahal pria itu sendiri lah yang seperti itu. Jaera tersenyum melihat tingkah Jihyuk, dan merasa terharu dengan kebaikan keluarga Lee. Ia kira, tak akan menemukan seseorang yang baik disini, namun nyatanya ia menemukannya, bukan hanya satu orang baik tapi beberapa orang.
"Terimakasih..." Jaera belum yakin akan memanggil apa.
"Jihyuk, aku Park Jihyuk"
"Ah Jihyuk-ssi. Sampaikan juga terimakasih ku pada nyonya Lee"
"Ayo dimakan, atau kau mau aku suapi?" Goda Jihyuk membuat Yoonki memutar bola matanya bosan.
"Jihyuk ayo berangkat!"
"Tapi Hyung, kau belum mandi"
"Aku mandi di kantor saja"
"Yasudah lah" pasrah Jihyuk. "Nyonya muda Lee, aku pergi dulu. Nanti aku akan datang lagi, aku ingin melihat bayinya. Paipai" Jihyuk melambai kan tangannya pada Jaera.
"Baik. Hati-hati dijalan dan terimakasih"
Di perjalanan, Yoonki yang mengendarai mobil Jihyuk, sedangkan empunya menatap Yoonki penasaran.
"Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti om om pedofil?
"Hyung, apa benar gadis itu istrimu?"
"Hhh, apa yang sudah Nenek katakan padamu? Apa kau percaya begitu saja?"
Yoonki menghela napas panjang. Omong kosong apa yang sudah nenek katakan pada Jihyuk.
"Tentu saja aku tak percaya. Hyung kan tidak akan pernah setia dengan satu gadis, Hyung lebih suka gadis gadis di club bukan?"
"Aku tak seburuk itu Park Jihyuk"
"Tapi bagaimana kau menemukan gadis itu?"
Yoonki menjelaskan semua pada Jihyuk mulai dari bagaimana ia menemukan Jaera sampai bagaimana kehidupan kelam gadis itu.
"Sungguh? Seburuk itu? Pria bodoh mana yang melakukannya? Wah jika itu aku, sungguh aku tak akan menyia-nyiakan gadis semanis itu" jelas Jihyuk tak percaya.
"Tapi Hyung... Apa yang akan kau lakukan pada gadis itu?" Tanya Jihyuk penasaran.
"Memang apa yang harus ku lakukan? Dia tak ada hubungannya denganku" balas Yoonki yang masih fokus pada jalan.
"Baguslah. Aku bisa menjadi ayah dari anaknya dan memutuskan Seorin"