"Siapa nama anda tuan? Kami butuh nama anda untuk tanda di papan nama bayinya nanti"
"Lee Yoonki"
"Dan istri anda?"
Yoonki melirik ke arah areum yang masih lemah.
"Jaera" ucap gadis itu pelan.
"Baiklah kalu begitu saya permisi"
Bayi laki-laki penuh darah itu, sudah dibawa seorang suster untuk dimandikan.
"Selamat sekali lagi tuan, anda beruntung punya istri sekuat ini. Berapa umur istri anda?"
Lagi-lagi Yoonki hanya bisa melirik wanita bernama Jaera itu. Bagaimana bisa ia tahu umur gadis ini. Yang baru saja ia temui dalam kondisi tak terduga seperti ini.
"Aku 18 tahun dokter"
"Pasangan muda? Anda memang kuat. Melahirkan di umur semuda itu, sangat besar resikonya. Sekali lagi selamat. Kalau begitu saya permisi dulu" Pamit sang dokter.
Setelah berada di situasi yang menegangkan, Yoonki bisa bernapas lega. Karena Jaera sedang dibersihkan beberapa suster. Yoonki dipersilahkan melihat bayi yang baru saja lahir itu. Meskipun Yoonki hanya bisa melihat dari luar kaca, dan ada beberapa bayi di dalam ruangan itu, Yoonki bisa dengan jelas mengenalinya.
Karena namanya tertulis jelas di papan nama yang tertempel di box inkubator bayi tersebut. Yang tertulis anak dari Mr. Lee Yoonki dan Mrs. Lee Jaera. Dengan berat 2,5 kg dan panjang 47 cm. Yoonki tersenyum, bagaimana bisa namanya tertera di sana. Bisa-bisa ayah bayi tersebut akan memprotes rumah sakit ini karena kesalahpahaman ini.
"Yoonki?"
Seorang gadis cantik menyapa Yoonki, yang larut dengan pikirannya sendiri saat memperhatikan wajah damai bayi laki-laki tampan yang tengah tertidur di inkubator.
"Kenapa kau ada di rumah sakit dan..." Gadis itu menggantungkan kalimatnya.
"Berdiri di depan ruang bayi?" herannya.
Seketika Yoonki tersenyum miring, sebuah ide konyol terlintas di otaknya. Yoonki menunjuk ke arah bayi yang baru saja ia perhatikan itu.
"Apa? Lee Yoonki dan Lee Jaera? Bayi siapa itu? Dan siapa Jaera?" Ucapnya sedikit berteriak.
"Tidak bisakah kau membaca? Namaku tertera di sana. Itu artinya bayi itu anakku" jawabnya enteng.
"Jangan bercanda Yoonki oppa. Sejak kapan kau, kau menikah? Dan, bayi itu?" Ucapnya lagi tak percaya.
"Itu bukan urusanmu" tegas Yoonki.
"Itu urusanku, bagaimana dengan pertunangan kita?"
"Bukankah aku sudah menolaknya terang-terangan, nona Kim Sunhee?"
Ya, Sunhee adalah adik kandung Eunri istri Yoonki. Setelah kematian Eunri, mertuanya malah menyuruh Sunhee untuk menggantikan posisi Eunri untuk menjadi istri Yoonki. Dari sanalah Yoonki tau, jika keluarga Kim itu hanya mengincar hartanya. Tapi sedikit beruntung karena kedua kakak beradik itu tak sama dengan orang tua mereka. Eunri dan Sunhee memang menaruh hati pada Yoonki. Berbeda dengan Eunri, Sunhee adiknya sedikit licik. Ia tak begitu sedih ketika mendengar Eunri meninggal. Ia merasa itu adalah kesempatannya untuk mendapatkan Yoonki.
"Jadi menyerahlah. Karena aku benar-benar tak berniat berhubungan dengan keluargamu lagi"
"Tidak sebelum aku memastikan kebenarannya"
Yoonki hanya menggidik bahunya acuh, dan kembali fokus menatap bayi laki-laki itu. Sunhee yang kesal setengah mati, pergi meninggalkan Yoonki.
****
Nenek dan ibu Yoonki sudah datang dengan yoori digendong ibu Yoonki. Nyonya Lee menghampiri yoonki yang masih setia memandangi bayi itu.
"Yoon apa yang terjadi? Kenapa kemejamu berdarah?"
Bagaimana seorang ibu tidak panik melihat kemeja putih anaknya terdapat noda darah di sana. Bukannya menjawab Yoonki malah mengambil alih bayi perempuan berumur 1,5 tahun dari gendongan ibunya.
"Yoori, kenapa kau rewel hari ini?" Yoonki tau Yoori tak akan menjawab pertanyaan nya, karena Yoori masih belum bisa berbicara.
"Heh, anak nakal, jawab dulu pertanyaan ibumu. Kau selalu saja begini, membuat aku dan ibumu jantungan. Atau kau memang berniat membuat kami mati cepat"
Yoonki mendesah, sungguh Yoonki tak suka dengan kata kematian itu. Akhirnya Yoonki menceritakan semuanya secara detail dan menunjukkan bayi yang baru lahir itu pada ibu dan neneknya.
"Dimana ruangan ibu dari bayi itu? Ibu ingin bertemu dengannya"
Yoonki mengantarkan ibu dan neneknya ke ruang rawat areum. Namun Yoonki lebih memilih menunggu di luar karena ruangan rumah sakit tak bagus untuk yoori.
"Permisi, aku ibu dari pria yang baru saja membantumu. Apa kau sudah merasa baikan?" Sapa ibu Yoonki pada Jaera. Jaera yang mendengar sapaan itu, langsung merubah posisinya menjadi setengah duduk. Nyonya Lee, berjalan tergesa untuk membantu Jaera.
" Ah, ya nyonya. Saya sudah sedikit merasa baikan. Saya sangat berterimakasih pada anak anda, saya tidak akan tau apa jadinya jika tidak ada dia" ucap Jaera.
" Apa kau sudah menghubungi keluarga dan suamimu?" Tanya nyonya Lee. Jaera menunduk dan menggeleng pelan.
"Saya..."
" tak punya satupun dari mereka"