Sore hari berikutnya, Aodan mengajak Nora berjalan-jalan di taman sekitar rumah. Noah tidak ikut, masih marah dengan Ayahnya perihal pipis di semak-semak, ia lebih memilih untuk tidur bersama Ibunya.
Aodan tidak memaksa, lagipula lebih bagus kalau Nora dan Noah terpisah, bersatu hanya membuat kepalanya semakin pusing saja.
"Ayah mengajakmu jalan-jalan ya, bukan belanja." Aodan sudah mewanti-wanti, sebelum mereka pergi, ia merogoh sakunya dan memperlihatkan kedua sakunya itu kosong. "Ayah tidak bawa uang, jangan merengek minta jajan."
Nora menyipitkan matanya, lalu menunjuk dada Ayahnya, ia tersenyum aneh.
"Kalau kau mau mengambil sisik Ayah, Ayah akan melemparmu ke sungai."
Aodan melotot pada Nora, Luna yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia memang menyuruh Aodan untuk tegas, tapi bukan berarti kejam.
"Sayang, jangan dengarkan perkataan Ayahmu."
Luna diam-diam mencubit perut Aodan, laki-laki itu mencibir, tidak berani protes.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com