BAB 8
Syera berjalan masuk ke dalam rumah itu, Dia pun heran, Bu Amelia dan yang lainnya sangat bersemangat sekali menyambutnya, tidak sesemangat pertama dia masuk ke rumah itu.
Tidak berlama-lama lagi, Syera menyerahkan uang yang dibawanya kepada Bu Amelia dengan sepercik senyuman dan dengan ras percaya dirinya.
"Ini Bu uangnya, tolong dihitung ulang" Ucap Syera.
Bu Amelia menghitung uang yang dibawa Syera itu.
"Baik, ini kwitansi nya Bu Syera, jika terjadi sesuatu di masa depan, ini bisa menjadi pegangan bagi Bu Syera dan menjadikan ini sebagai bukti yang sah, karena bisa dilihat ini menggunakan materai, jadi tolong disimpan dengan baik" Tutur Bu Amelia.
Syera pun mengambil kwitansi itu dan menyimpannya ke dalam tas kecil yang dia sandang sejak tadi.
"Kapan saya bisa menerima motornya Bu" Syera pun bertanya karena dia sudah tidak sabar untuk memiliki motor itu.
Bu Amelia malah melihat ke arah Pak Purnomo seperti ingin meminta sebuah penjelasan dari Pak Purnomo atas pertanyaan Syera itu. Sikap Bu Amelia itu membuat Syera merasa seperti ada sesuatu yang belum dia ketahui.
"Motornya akan diantar ke Rumah Bu Syera jika Bu Syera bisa membawa 3 orang lagi untuk melakukan registrasi yang sama seperti Bu Syera" Jawab Bu Amelia.
"Lah kenapa begitu Bu, memangnya tadi ada dikatakan seperti itu?" Dengan heran dan polosnya Syera bertanya lagi.
"Begitu prosedurnya Bu Syera jika ingin mendapatkan motor seharga 3,6 juta rupiah, kalau Bu Syera ingin motornya langsung datang dan diantar sekarang maka Bu Syera harus membayar sebesar 10 juta rupiah" Bu Amelia mencoba menjelaskan dengan tenang.
"Kok jadi begini sih Bu, kan tadi tidak ada dikatakan seperti itu?" Syera mulai merasa keberatan.
"Coba Bu Syera pikir, memangnya ada motor seharga 3,6 juta rupiah? Pasti tidak ada kan? Kami disini memberi solusi keringanan kepada Bu Syera sekaligus memberikan keuntungan, Jika Bu Syera berhasil membawa 3 orang saja untuk langsung registrasi maka motor impian Bu Syera akan segera menjadi nyata" Bu Amelia berusaha memprovokasi Syera, seakan posisi Syera seperti orang yang ngebet beli motor kepadanya.
"Kalau harus membawa orang lain, saya tidak bisa Bu, itu terlalu berat. Ga semua orang bisa mengeluarkan 3,6 juta rupiah dengan segampang itu" Syera menjawab dengan masuk akal.
"Lah buktinya Bu Syera gampang kan?" Ucap Bu Amelia yang mencari cara supaya Syera harus mati kata.
"Bu Syera harus ketemu juga dengan orang yang punya impian besar begitu. Misal berangkat umroh, banyak orang yang ingin berangkat umroh. Setelah dapat lumayan kan bisa mendapatkan motor dengan murah, bayangin Bu Syera hanya 3 orang saja" Tutur Bu Amelia. "Inget loh, cuma 3 orang saja" Dia mengulangi kata-kata itu lagi.
Syera terdiam, Dia tidak tau lagi harus berkata apa. Namun otaknya masih belum bisa terima," Apa aku minta kembali uang aku kembali aja ya" Pikirnya.
Kini Pak Purnomo pun ikut berbicara,
"Tenang Dek Syera, nanti saya bantu cari kan"
"Saya senang Pak Purnomo berkata seperti itu, tapi saya ingin ngebatalinnya saja, boleh kan Bu" Ucap Syera
Perkataan Syera itu sejenak membuat mereka terdiam, terlihat seperti shock namun Bu Amelia bisa mengontrol dirinya, Dia tidak terlalu memperlihatkan kekagetannya kepada Syera.
"Semua data sudah tertulis, jadi tidak bisa dibatalkan ya Bu Syera" Dengan lembut Bu Amelia menjawab permintaan pembatalan dari Syera, Dia juga terlihat sangat berhati-hati menuturkan kata-katanya.
"Jangan khawatir gitu Dek Syera, kamu harus tenang, percaya pada saya kamu akan saya dampingi terus sehingga kamu berhasil" Pak Purnomo berusaha menenangkan Syera.
"Baiklah kalau begitu Pak" Ucap Syera walaupun hatinya masih tetap ragu.
"Kalau begitu ayo saya antar kamu pulang Dek Syera" Ucap Pak Purnomo dengan cepat.
"Hah pulang" Syera bergumam. Ternyata Pak Purnomo hanya butuh Syera untuk hal ini saja.
Namun memang sudah sejak tadi Syera ingin segera pulang, sebelum melakukan pendaftaran. Sekarang sudah jam 2 siang, tanpa basa basi lagi Syera pun pamit kepada mereka semua yang ada di rumah itu.
"Semangat Bu Syera" Malah Bu Amelia yang terlihat berbasa-basi, Syera tau itu.
Hanya dengan senyuman kecil Syera menanggapinya. Segera Syera diantar pulang oleh Pak Purnomo, sebelum Syera berpikir macam-macam lagi, pikir Pak Purnomo.
Perjalanan pulang terasa sangat singkat, itu tidak memakan waktu yang lama karena lokasinya memang sangat dekat.
Setelah sampai di rumah Syera, Pak Purnomo langsung pergi meninggalkannya di gerbang rumahnya. Pak Purnomo tidak bisa berlama-lama di rumah Syera itu, karena ada Bu Amelia dan Pak Hadi menunggunya. Dia hanya menitipkan salam untuk orang tua Syera.
"Salam ya buat Ayah Ibu kamu Dek Syera, maaf saya tidak bisa mampir karena saya harus ke lokasi tadi lagi, ada yang harus saya kerjakan" Tutur Pak Purnomo.
"Oh iya Pak ga apa-apa, silahkan. Terima kasih sudah mengantar saya pulang" Ucap Syera. Heran rasa canggung Syera kepada Pak Purnomo telah berangsur hilang.
Syera pun bergegas melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah, tidak ada seorang pun terlihat di dalam rumahnya. Syera pun langsung menuju tempat ternyaman baginya yaitu kamarnya.
Dilepasnya kerudungnya lalu Dia mengganti baju dan celana dengan pakaian rumah. Langsung direbahkannya tubuhnya ke atas kasur.
Baru 5 menit badannya menyentuh kasur, tak terasa Dia pun tertidur..
***
Kring kring.. Kring kring..
Suara nada dering handphone Syera membangunkannya dari tidurnya.
Mata Dia yang sembab melirik ke arah handphone nya yang berdering sejak tadi, segera diraihnya handphone itu dengan tangannya. Handphone itu berada tidak jauh darinya, namanya juga letaknya masih diatas kasur.
Dia mengecek siapa penelepon yang sudah membangunkannya. Tertera nama Bayu di layar handphone itu.
Ntah kenapa Syera kurang bersemangat untuk mengangkat panggilan itu sehingga suara nada dering itu pun mati dengan sendirinya.
Tidak lama nada pesan pun berbunyi.
Tidiit.. Tidiit, Syera langsung membuka pesan itu.
"Cela lagi sibuk ya" Pesan dari Bayu.
Syera hanya melihat pesan itu begitu saja dengan ekspresi biasa, dengan pandangan kosongnya, cukup dengan membuka lalu membaca dan menutupnya kembali tanpa harus membalas, pikirnya. Dia pun meletakkan handphone nya di atas kasurnya lagi.
Syera benar-benar tidak membalas pesan dari Bayu. Baru kali ini Syera mengabaikan panggilan dan pesan dari Bayu. Dia kini tidak paham dengan suasana hati dan jalan pikirannya. Syera telah merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Tapi ntah apa, ntah berbeda apa? Dia pun tidak mengerti, Dia bingung dengan perasaannya.
Yang Dia tau biasanya Dia begitu excited jika melihat nama Bayu muncul di layar handphone nya, tapi tidak untuk sekarang. Ntahlah, Syera benar-benar bingung.
Tiba-tiba... Kriuk.. Kriuk
Astaga cacing dalam perutnya berteriak minta perhatian lebih dari Syera.
Itu membuat Dia sadar bahwa ternyata Dia belum makan sejak siang tadi sedangkan sekarang sudah sore jam 4 lewat.
"Ah pantes saja cacing cacing ini sudah seperti berontak, menabuh genderang perang keoada ku." Batin Syera.
Dengan langkah gontai Syera berjalan menuju dapur, dengan gerak cepat dia mengambil makanan dan segera memasukannya ke mulutnya agar sampai ke lambungnya untuk menutup mulut para cacing-cacing yang rese itu.
Dasar cacing.
***
Hari berganti begitu cepat, ini sudah hari senin, Syera kembali dengan rutinitasnya.
Senin ini Syera merasa kurang semangat untuk bekerja. Karena Dia selalu kepikiran dengan uangnya yang sudah berada di tangan Bu Amelia. "Uang yang sudah diberikan tapi motornya belum ada di tangan. Mereka memberi syarat yang kelewatan. Huh bikin aku pingin pingsan. Dasar set4n."
Otak Syera sedang benar-benar kusut sekarang. Namun pekerjaan Syera menuntutnya untuk tetap bekerja secara maksimal. Rutinitas yang seperti biasa Syera lakukan yaitu ke kantor, ke lapangan dan pulang.
Malam pun datang.
Syera sudah berada di rumah dengan segudang keluhan. Di kamarnya Dia merenung sendirian. Memikirkan apa yang harus Dia lakukan. Karena Dia masih kepikiran motor impian, tapi wujudnya tidak juga kelihatan, padahal uang sudah diberikan. Huh emang Set4n.
Lagi lagi setan yang disalahkan, padahal Syera yang bodoh polosnya keterlaluan. Hahaha
Dengan berpikir panjang, Syera memberanikan dirinya untuk menelepon Pak Purnomo.
"Sudah seharusnya kamu telepon dia Syera, uang mu ga sedikit loh yang sudah diberikan kepada meraka, oke baiklah" Syera berbicara pelan dengan dirinya sendiri dan menjawab sendiri juga.
Syera mengatur nafas, menghela napas panjang dan mengeluarkan nya, fffhhuuhh...
"Ah malah hawa naga yang keluar ya ampun.."
Syera mulai mencari kontak dengan nama Pak Purnomo, jarinya pun bergerak menekan tombol panggil, karena handphone nya sedari tadi sudah berada di tangan, namun dia hanya berani lihat lalu di di slide atas bawah begitu saja beberapa kali.
Klik..suara tombol panggil ditekan..
Tuuttt… Tuuuttt.... Mendengar suara nada sambung saja pun, sudah membuat Syers gemeteran.
"Assalamu'alaykum Dek Syera"
Suara itu mengagetkan Syera, ternyata panggilan telepon itu sudah terhubung, dibenak Syera tersirat "Apa aku terkesima dengan suara nada sambung yang bunyi nya hanya tuutt tuuttt, ah bisa jadi sih"
Syera pun menjawab salam itu "Iya pak wa'alaykum salam"
"Gimana Dek Syera, sudah ada orang yang mau kamu bawa.?"
"Hah bukan Pak, bukan itu, saya hanya ingin bertanya gimana kelanjutannya motor buat saya itu Pak. Kemaren kan Bapak yang sudah janji mau bantu carikan orang nya?" Tanya Syera berusaha tenang.
Pak Purnomo pun menjawab, "Gimana ya Dek Syera, kalau Dek Syera ga pernah ikut juga, ya gimana saya mau bantu, atau besok Dek Syera bisa ikut saya?"
"Aduh Pak, besok saya harus kerja pula" Ucap Syera.
"Sulit sih kalau Dek Syera ga bisa ikut, apalagi sekarang ini kan selagi ada Bu Amelia disini, mendapatkan orang yang langsung yang deal registrasi akan semakin mudah, karena mereka kan sudah ahlinya di bidang ini"
"Bener juga ya Pak, okelah besok saya ikut dengan bapak tapi saya harus izin ke kantor saya untuk tidak bekerja besok"
Akhirnya Syera menyanggupi untuk ikut pergi bersama Pak Purnomo.
"Okelah, besok saya jemput ke rumah Dek Syera saja ya Dek"
"Wah Pak Purnomo mau jemput aku, baik banget emang Dia" Pikir Syera. Begitu polosnya Syera menilai Pak Purnomo.