"The last case ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Usai USG, Apo langsung belok ke lobi ICU Paing. Namun, meski sudah seminggu berlalu ... menjenguknya serasa baru kemarin. Sungguh, Apo ingat sensasinya, tapi Paing tidak berubah posisi. Alpha itu masih terbaring kaku. Tangannya lunglai di sisi tubuh, dan rasanya hangat saat digenggam.
"Oke, Phi. Bangun atau tidak, terserah," kata Apo. Lalu meletakkan hasil USG di atas nakas. Tapi beda mulut beda hati. Dia pun menggigit bibir dan pulangnya menyetir ugal-ugalan. "Tidur saja sepuas hati. Bermimpi. Biar kuurus ini sendiri."
BRAKHHH!
BRRRMMMMMMMMMMM!
Audi Apo pun menuju ke tempat Jeffsatur. Bagaimana pun perkataan Paing merupakan kisi-kisi, maka jangan sampai Apo mengabaikannya begitu saja. Ini soal Nadech, ya? Oke. Ayo cari tahu satu per satu ....
"Selamat datang, Tuan Natta!" sambut para bodyguard yang berjaga. Bagaimana pun Amaara dilindungi mereka, tapi entah kenapa Apo emosi melihat kegiatan di dalam. Yang Jeff battle game dengan Nodt lah. Yang Nayu nonton drakor sendiri lah. Atau bodyguard makan pizza bersama-sama--astaga! Sumpah ya! Santai sekali hidup mereka ini!
"WOAAAAAAAHHHH! PHI APOOO! HALOOOOO!" sapa Nayu yang langsung teralih.
DEG
"Astaga! Tuan Natta!" kata Jeff yang tumben-tumbenan kaget. Alpha itu pun langsung melepas joystick. Lari mendekat. Sementara Apo melipir ke ruang tamu. "Sejak kapan Anda kemari?" tanyanya.
"Halah, tidak perlu basa-basi segala. Lagipula kau tak sesibuk yang kubayangkan ...." cibir Apo makin sensian.
Jeff sendiri tidak terima. "Hei, bukan begitu ya, Tuan Natta. Aku pun ingin berakhir pekan. Tugas kuliahku sudah rampung. So, setidaknya harus refresh sebelum lulus."
"Apapun itu, aku mau data detail obat yang kau punya," kata Apo to the point. "Bisa kau ambilkan sekarang? Setelah itu Amaara bisa ditemui?"
"Bisa," kata Jeff, walau dalam hati penasaran sesuatu. Bukankah Tuan Takhon yang mau mengurus? Memangnya belum sembuh ya sampai sekarang? Pikirnya. "Sebentar kuambilkan dulu."
"Oke."
Ruangan pun langsung sunyi setelah Apo di sana. Sambil membawa laptop, Nayu melipir ke kamar Jeffsatur. Nodt ke belakang untuk mengecek Amaara. Sementara pada bodyguard yang bersantai langsung mengekori langkahnya memantau.
Apo juga meminta pulpen lengkap kertas untuk memetakan konsep. Dia menulis nama Mew, Nadech, Amaara, Ameera, Pomchay, dan Zeta. Lalu membuka diskusi dadakan. "Jeff, menurutmu kenapa Nadech sebegitunya?"
"Apa?"
Jeff justru kedip-kedip karena memandang perut Apo Nattawin.
"Kau tidak menyimakku dari tadi?" tanya Apo, padahal dia sempat mengoceh soal obat juga.
"Bukan, bukan ... maksudku, ya ...." kata Jeff. Kemudian menggeleng pelan. "Maaf aku sempat tak fokus. Cuma penasaran saja dengan kehamilan Anda. Ha ha, hmm ...." tawanya hambar.
Apo pun mendecih pelan. Lalu mengancingkan longcoat-nya kembali. "Jangan lihat, Bocah. Berpura-puralah tak tahu saja."
Tapi bukan Jeff jika tak julid. Dia malah menggaruk rambutnya. Padahal tidak gatal sama sekali. "Jadi Anda tetap mempertahankannya, ya." Dia bilang, "Maksudku, besar .... padahal baru berapa bulan-- ehem--memang isinya berapa? Aku jadi merasa bersalah."
"Ssshh ...."
Plakh!
"Aduh!"
Apo pun merona usai memukul sang hacker. "Kalau kuberitahu memangnya kau mau apa?" tanyanya. "Awas saja kalau sampai macam-macam ...."
Jeff tampak sedikit tersinggung. "Aish! Anda ini kenapa sih daritadi? Ngidam?" katanya. "Datang-datang emosi, baru duduk me-roasting orang, segala manusia dipelototi, bicara ceplos tidak sabaran, sekarang malah memukul juga ...."
DEG
"Iyakah?" kata Apo yang baru sadar.
"Iya! Iya! Sangat!" kata Jeff kesal. Pasalnya dia yang jadi sasaran, padahal harusnya Paing yang kena hantam.
Rona Apo pun makin tebal. "T-Tapi aku kan tidak benar-benar marah
...." katanya. ".... j-jadi, harusnya tak masalah kan?" imbuhnya tidak berdosa. Sial, jangan bilang itu jadi karakter semua baby. Preman sekali kedengarannya ....
Jeff malah ikut sensian. "Cih...." Dia pun pamit undur diri. "Ya sudah, sebentar. Aku ambilkan minum dan snack dulu. Siapa tahu mood Anda bisa berubah ...."
Apo pun menatap punggung Alpha itu. Lalu mengusap perutnya. "Hei, diam dulu. Yang sopan," katanya seolah si janin bisa mendengar. "Omongannya memang pernah mengancam kalian, tapi dia sebenarnya orang baik. Paham?"
Namun, itu tidak serta merta membuat Apo tenang. Setelah Jeff kembali dia tetap merasakan betapa mudahnya mendominasi orang. Mau Alpha, Omega, Beta--siapa pun yang ditemui. Apo mendadak tinggi rasa daripada mereka semua. Ingin menginjak, mengalahkan, atau apapun juga ... dan caranya kebanyakan bar-bar--oh, what the fuck!
Bahkan sesudah pulang pun tetap begitu. Apo sampai bingung dan mengunci dirinya di dalam kamar. Membanting pintu. Lalu duduk terpekur di pinggir ranjang.
BRAKHHH!
CKLEK!
"Hahhh ... ya Tuhan ...." keluh Apo sambil mengusap kening. Sebab kalau pun semua Alpha, kenapa tak ada yang meniru ayahnya? (atau belum?). Setidaknya Apo ingin tenang menghadapi sesuatu. Tapi sepertinya tidak begitu.
DEG
"APA?! Empat?! Sinting!" kata Jeff saat Apo pamit padanya. "Anda ini kucing atau manusia?!"
Apo pun memijit hidung. Shit! Memangnya siapa sih yang suka hamil langsung banyak? Padahal dulu pernah begitu, malah kejadian lagi. Hahh ... capek, serius!
Bedanya sekarang Apo jadi Omega masokis. Yang makin cepat bekerja lah. Atau bernafsu main piano (padahal baru pulang dari kantor). Kadang latihan menembak sendiri. Bahkan juga tertarik berolahraga (hei, Apo sampai takut kebablasan lupa diri kalau sedang hamil).
KACRAK! DORRR!!
KACRAK! DORR!! DORR!! DORR!
KACRAK! DORR!! DORR!! DORR!!
Prakhhhh!
"Kau pasti berakhir tamat, Nadech ...." kata Apo usai melempar pistolnya. Omega itu menyeringai karena semua targetnya kena. Lalu duduk untuk minum air mineral. "Berani sekali meremehkan semua orang." Dia pun membuka catatan hasil diskusi bersama Jeff. Kemudian memikirkan langkah selanjutnya.
"Sebegitunya kenapa?" tanya Jeff.
"Ya, apa urusan Nadech ingin membunuh Phi? Perasaan mereka tidak saling kenal. Apalagi Phi tahu Nadech sepulangnya dari London. Kalau Amaara benci padaku sih bisa dipahami."
"Ho. Benar juga perkataan Anda."
"Bahkan setelah Amaara ditangkap. Atau Mile ditahan karena masalah kemarin ... rasa-rasanya tidak ada pergerakan lagi. Nadech bersih, Jeff. Dia seolah tidak peduli mereka."
Jeff pun menyentuh dagu waktu itu. Keningnya mengernyit dalam. Dan tiba-tiba janggal pada suatu hal. "Sebentar ... soal kerjasama mereka bertiga aku tahunya kan dari Amaara. I mean, baru-baru ini, Tuan Natta. Waktu sesi wawancara dengan Joe juga. Tapi, Tuan Takhon sendiri tahu dari mana?"
DEG
"Ah, iya juga ...."
"Anda tidak pernah bertanya padanya? Beliau pasti tahu sesuatu."
Kalau dipikir-pikir sebenarnya masuk akal juga. Namun, Paing saat ini tidak dalam kondisi yang bisa ditanya. "Mungkin dari teman-temannya? Atau cluster A yang bertugas di sekitarnya."
"Nona Luhiang?"
"Bisa jadi. Toh kerja sama waktu itu melibatkan 4 keluarga. Aku, Mile, Phi Paing, dan satunya lagi Nona Luhiang."
".... sampai Anda berdua mundur."
"Benar."
"Lalu tersisa Romsaithong dan Achara."
"Tepat."
"Tapi jangan lupakan Bextiar," kata Jeff tiba-tiba. "Karena menurutku, tanpa sokongan mereka, bisa jadi projek itu gagal total, Tuan. Toh si pengendali utama sebenarnya Tuan Takhon."
Apo pun mengangguk pelan. "Aku berpikirnya juga begitu. Dan dugaanmu terbukti, Jeff. Soal projek yang jalan sampai sekarang."
"Hmmm, oke. Sementara anggap lah begitu. Karena menurutku ini hanyalah tipuan."
"Maksudmu?"
Jeff pun menumpuk biskuit untuk pengandaian. "Ya, persis dengan jajan ini. Nadech kemungkinan mengatur semua sisinya. Berlapis-lapis (entah apa yang dilakukan) yang pasti dia menolak terlibat langsung."
DEG
"Oke, aku paham."
Meskipun begitu, Jeff tetap melanjutkan penjelasannya demi memastikan isi otak mereka sama.
".... jadi sebenarnya ini hanya masalah antara dia, Zeta, Tuan Mew, dan Tuan Pomchay saja. Tapi kebetulan ada jalan yang lebih mudah ...."
Apo pun coba melanjutkan spekulasi sang hacker. "Setuju. Entah dengan cara membunuh. Atau mengalahkan Phi lewat bisnis. Yang pasti Nadech menggunakan orang seperti catur."
"Ya."
"Dan itu demi dapatkan yang dia mau," tegas Apo. ".... seperti jadi pertama untuk awards selanjutnya, mungkin? Bagaimana pun Phi yang paling dimusuhi sampai sekarang. Apa itu cukup masuk akal?"
"Benar, Tuan," kata Jeff yakin. "Tapi kita sudah tahu kenapa Zeta, Tuan Mew, dan Tuan Pomchay terpecah. Jadi, anggaplah ini lapisan kedua dari misterinya. Abaikan saja."
".... hmmm."
"Masalahnya Nadech dengan Tuan Mew sendiri kenapa?" kata Jeff. "Maksudku, oke fine ... dia itu sepupu yang menggantikan. Tapi harus ya sampai se-obsesi itu dengan kemenangan? Toh kalau Tuan Mew bangun perusahaannya juga bakal kembali. So, andai saja ya ... aku ada di posisi Nadech. Ya buat apa terlalu serius? Buang-buang waktu saja. Malah aku yang capek sendiri. Kecuali ada alasan dia sampai begitu."
Apo pun mencoba memutar otak. "Kita benar-benar sepemikiran, tapi tidak soal ini."
"Apa."
"Ya, kalau untuk merebut perusahaan ... kenapa tidak langsung bunuh Mew saja? Kebetulan orangnya sudah sekarat," kata Apo. "Tinggal cekik kan? Semua selesai. Game over, dan hak waris langsung jatuh ke tangannya."
"...."
"So, why, Jeff? Nadech ini (menurutku) seperti ingin membuktikan sesuatu ke "seseorang" ... bahwa dia pantas untuk jadi yang nomor satu. Tapi itu tanpa membunuh Mew."
DEG
"Apa?"
"Menarik, bukan?" kata Apo. "Kurasa kita harus balas mengorek Keluarga Suppasit semakin jauh ...."