BAB 16
2 Minggu Kemudian ....
"APA KATAMU BARUSAN?!"
Dokter Us sepertinya harus meminta kenaikan gaji lagi nanti. Sudah diwajibkan bersabar sejak bekerja sebagai dokter pribadi Apo, sekarang dia diteriaki kliennya itu. Mile pun batal tersenyum lebar, sebab Omega-nya malah panik daripada senang mendengar kabar yang barusan.
"Saya tidak bercanda, Tuan. Ini triplets. Apa Anda tidak lihat tanda A, B, dan C yang saya berikan? Mereka benar-benar kembar tiga." (*)
(*) Btw, usia kehamilan Apo baru 1 bulan 2 Minggu. Kalau perempuan beta/normal berarti 3 bulan (setara 12 Minggu). Pada fase ini udah bisa diketahui bayinya berapa. Satu, dua, atau tiga dan seterusnya. Tapi jenis kelamin belum ya. 😂
"Jadi ... jadi ... jadi ... ternyata bukan monster gila!" kata Apo, sebelum meleyot pingsan di atas ranjang pemeriksaan.
BRUGH!
DEG
"Hei, APO!" Mile pun segera menyerbu sang Omega. Dia auto panik dan meminta tisu untuk mengusapi keringatnya. Tapi Dokter Us memberikan waslap saja daripada capek. Dia sudah pusing mengahadapi Apo sejak awal bekerja. Yang tantrum, morning sickness, tidak kuat diajak mempersiapkan resepsi ... dan masih banyak hal lainnya.
Apo juga sering marah-marah dan menyelinap keluar pada tengah malam. Dia makan banyak jenis menu dari kulkas kemudian tertidur di meja makan. Tapi paginya tidak ingat baru saja melakukan apa.
Untung Mile selalu merasakan kalau sebelahnya hilang. Dia pun menyusul Apo, lalu menggendongnya balik ke kamar.
Well, sebenarnya dua Minggu lalu Mile ingin segera mengadakan pernikahan mereka. Tapi Apo punya projek dadakan yang harus diurus sehingga harus ke Jerman semingguan lebih. Akhirnya, mau tak mau tanggal undangan pun harus dibuat ulang. Namun, kali ini kepulangan Apo berbeda dari saat ke Swiss dulu.
Apo bahkan langsung pingsan dalam kondisi memeluk, sementara Mile pun mendekap balik agar Apo tidak merosot ke lantai bandara.
"Mile ...."
BRUGH!
"Hei, Apo? Apo!"
Waktu itu Apo sangat-sangat pucat! Dia demam! Lalu muntah tiba-tiba di jas Canali baru Mile. (*)
(*) Canali itu salah satu merek jas termahal selain Armani. Bentuknya kayak gini. Harganya sekitar 42.000 USD atau setara dengan 6 M.
"HUEEEEEKKK!!"
Sangking khawatirnya, Mile pun menyeret Dokter Us ke rumah langsung untuk memantau Apo yang kondisi perutnya sudah membesar drastis. Sumpah hanya 9 harian mereka berpisah! Tapi Apo langsung kritis, dan baru bangun lagi tadi pagi.
"Dia hanya pingsan kali ini. Tenang saja, Tuan Mile. Beliau sudah keluar dari masa-masa kritisnya," kata Us, lalu keluar untuk memijiti keningnya sendiri.
Mile pun bertindak cepat. Dia langsung mendaftarkan pernikahan mereka di pemerintah, walau resepsi nyatanya belum bisa dilakukan. Apo kenapa seperti ini? Dia bahkan lebih kurus daripada saat pergi meninggalkannya sekali lagi, mungkin bekerja keras juga selama keliling Jerman.
Arrrgh! Mile jadi ikutan stress sekarang. Tapi, sebagai Alpha dia memang harus tetap tenang.
Tiga ... tiga ... tiga ....
Itu bukan jumlah yang sedikit! Mile paham. Dia sampai sulit percaya meski memandangi fotografi itu berkali-kali. Lalu memajangnya dalam figura karena menurutnya kelewat estetik.
"Ini benar-benar lebih bagus daripada jepretanku di majalah, ha ...." desah Mile. Karena hasil USG Apo bukan hanya tentang keindahan. Tapi juga kehidupan yang dibawa sang Omega tangguh.
"Mile, Pa dan Ma mau lihat juga," kata orangtua Apo yang mulai melunak. Miri apalagi. Calon ibu mertuanya itu berkaca-kaca, lalu menangis karena melihat gambar yang dipegangnya. "Pa, Pa. Ini benar-benar cantik. Kudengar mereka sehat semua. Ya ampun. Huhu ... Apa ini sungguhan cucuku?"
Mile tidak mau memandang keduanya berlama-lama. Sebab ayah Apo lebih keras dari siapa pun, dan dikiranya pria itu akan bilang hal-hal tajam lagi.
"Mile."
"Iya, Pa?"
Namun, hari itu ternyata Mile dapat kejutan lain. Dia dipeluk sang calon ayah mertua, lalu ditepuk-tepuk di bagian punggung. "Terima kasih sudah menjaga anakku, aku benar-benar bersyukur sekali," katanya penuh ketulusan.
Mile pun mengangguk karena bingung harus bilang apa lagi. Dia juga sering gugup mengerjakan tugas-tugas kantor, karena inginnya menjaga Apo secara langsung. Sayangnya tidak bisa! Astaga!
Ribut sekali kondisi bisnis keluarganya! Apalagi kadang dia menyambangi tempat Apo sekalian. Kalau ayah Apo sanggup membantunya, maka pria itu akan berangkat kerja. Namun, kalau kondisinya drop lagi, Mile terpaksa menenggelamkan diri diantara tumpukan berkasnya.
Paling-paling saat malam hari. Pukul 1 atau 2 larut. Mile baru bisa pulang saat Apo meringkuk tidur memunggunginya di balik selimut. Omega itu sudah diwajibkan Dokter Us untuk cuti secara total, bahkan pelupuk matanya sering mengalirkan air mata di tengah mimpi.
Bukan menangis karena sedih sih. Tapi memang sakit karena ruang rahim Omega itu sebenarnya kecil. Setidaknya masih leluasa milik perempuan beta/nomal. Namun, Apo benar-benar membawa ketiga baby di dalam sana. Jadi entah seperti apa posisi organnya sekarang.
"Mile ... Mile ... Mile ...," sebut Apo. Dan kalau Mile sudah mendengarnya merintih seperti itu, dia ingin membagi beban yang dibawa Apo andai saja bisa.
"Hei, Apo. Apo ... aku ada di sini. Maaf telat. Aku benar-benar sudah berusaha secepat mungkin ...." kata Mile. Dia pun langsung berjongkok di sisi ranjang, padahal masih mengenakan setelan kantor. Lelaki itu membuat Apo tenang jika keberadaannya dekat, walau Mile sendiri kadang jadi susah tidur.
Kata Us, "Tuan Natta memang kesusahan makan. Sehari harus bolak-balik ke kamar mandi karena banyak hal. Jadi, terpaksa harus kupakaikan infus saja untuk Minggu ini. Semoga lekas membaik untuk Minggu berikutnya."
"Apa bayinya akan baik-baik saja?" tanya Mile. "Bagaimana cara agar mereka tidak kekurangan nutrisi?"
"Ya harus tetap dipaksa," kata Dokter Us tegas. "Setidaknya sayur dan buah diolah menjadi jus agar mudah masuk dan diserap tubuh. Tapi jangan protes saja soal rasanya. Baby kalian lebih butuh itu untuk hidup apalagi mereka bertiga."
Mile pun tidak bisa berkomentar apa-apa lagi. Dia hanya menguasahakan semua yang dimampu, tanpa tahu Apo insomnia sendirian pada suatu malam.
Lelaki itu menatap pemandangan kota di luar rumah baru mereka. Lalu berpikir sejak kapan bangunan ini berdiri. Ah, Apo sadar dia sudah melewatkan banyak hal. Namun, Apo tidak mau menangis. Entah kenapa jiwanya tidak terima kalau merasa lemah, walau akhirnya terisak tanpa bisa dikendalikan.
"Aku mau menyerah saja ...." kata Apo sambil mengusap matanya dengan lengan. "Ini sakit sekali, ya Tuhan. Aku tidak sanggup lagi ...."
Air matanya menetes-netes ke selimut tebal yang dipakai. Sementara Mile masih belum pulang juga.
Pukul 1 lebih 20 menit. Apo lelah dan emosi pada banyak hal, tapi tenaganya tidak sanggup melampiaskannya pada apapun. Dia akhirnya tertidur lagi, sementara Mile syok melihat wajah sang Omega bengkak semua. Dari mata, hidung, hingga bibirnya tanpa kecuali.
"Apo ... hei, Apo ... Apo ...." bisik Mile yang langsung melepas jasnya untuk melingkupi tubuh dingin sang Omega. Dia mengompres kening Apo sendiri sepanjang malam, lalu Dokter Us diminta berjaga 24 jam sejak saat itu.
Di kamar mereka. Ikut tertular rasa sakitnya, lalu memberikan berita tiba-tiba pada bulan ketiga lebih 2 Minggu.
BRAKHHHH!!!
"TUAN MILE, TUAN NATTA!" teriak Wen yang mendobrak ruang rapat tanpa peduli puluhan orang penting duduk memutar di dalam. "CEPAT! BELIAU DAPAT PENDARAHAN HEBAT! DOKTER US BILANG ANDA HARUS—"
BRAKHHHH!!
"KEMANA?! CEPAT TUNJUKKAN AKU ARAHNYA!!" kata Mile yang langsung menyambar long coat dari atas kursi.
Tak peduli, Alpha itu pun berlari dengan suara yang amat ribut, bahkan nyaris menabrak pintu jika sang manajer tak membukakannya segera.
"HATI-HATI, TUAN!"
BRAKHHHH!
Mile tanpa sadar menitikkan air mata untuk yang pertama kali setelah lupa kapan terakhir dadanya sesak seperti ini.
"Apo ... Apo ... Bertahanlah!"
Bersambung ....