2 minggu kemudian, Rasti sudah menjadi lebih tenang dan baik pada Arya, Arya sangat senang dengan itu, hubungan Rasti dan Arya menjadi lebih baik walau Rasti kadang kadang menjadi kesal sendiri kala Rasti mengingat percakapan itu.
><
Namun suatu hari, Arya dan Rasti didatangi oleh tamu yang tak diundang maupun diduga, tamu itu adalah Vivi dan Arin,
"Mama kenapa membawa Vivi kesini?" Arya
"Mama ingin membicarakan sesuatu yang penting. Mama tau jika Rasti sudah menjadi istrimu dan sedang mengandung anakmu, tapi disisi lain-" Arin
"Vivi juga sedang mengandung anaknya Arya," potong Rasti
Arya terbelalak,
"Apa?" Arya
"Kau ternyata pintar juga," Arin
"Bukan aku yang pintar, tapi anakmu yang bodoh Mama Mertua," Rasti
Rasti pergi,
"Rasti," Arya
Arya mengejar Rasti, Arya melihat Rasti sedang tiduran dengan santay-nya,
"Ras," Arya
"Apa?" Rasti
"Aku- Aku- Aku tak bermaksud-" Arya
"Nikahkan saja dia, dan jangan lupa ceraikan aku," Rasti
"Gak! Aku gak mau melakukan itu," Arya
"Aku tau kau sempurna dan memang harus mendapat yang lebih dariku, aku sudah mempersiapkan diri untuk ini sejak lama, jadi jangan perlu khawatirkan aku," Rasti
"Ras-" Arya
Tiba tiba Vivi datang,
"Arya," Vivi
"Kau buta hm, kau tak lihat tulisan disana, orang lain dilarang masuk," Rasti
"Siapa kau memangnya hah, kau menjadi seperti ini hanya karena Arya, Arya itu bagaikan seorang Pangeran, dan kau lebih rendah dari pelayan," Vivi
"Jaga ucapanmu Vivi, Rasti adalah istriku," Arya
"Kau lebih membela dia daripada aku yang jelas adalah cinta pertamamu dan teman tidur pertamamu," Vivi
"Vivi-" Arya
"Hentikan drakor kalian, aku pusing melihat drama kalian, jika kalian ingin bersama ya silahkan saja, aku masih ada pengganti Arya," Rasti
"Apa yang kamu katakan? Aku tak akan biarkan siapapun menggantikan posisiku sebagai suamimu," Arya
"Kalau gitu sebagai selingkuhan, ah bagaimana jika kalian menikah, dan kau tak perlu menceraikanku, dan aku bebas untuk bersama yang lain," Rasti
"Sudah kubilang, aku gak akan mau dan biarkan kamu dimilikki oleh orang lain," Arya
"Jangan egois Ar! Kau sekarang hanya punya dua pilihan, aku atau dia," Teriak Rasti
"Aku-" Arya
"Ceraikan Rasti,"
Semua orang terkejut melihat Ayahnya Rasti,
"Papa," Arya
"Jangan panggil aku Papa, aku bukan Papa Mertuamu lagi," Ayah Rasti
"Papa kumohon jangan seperti ini," Arya
"Aku menyesal telah menyetujui lamaran pernikahanmu, ceraikan Rasti sekarang, bayi dikandungan Rasti jangan pernah lagi kau mengakuinya menjadi bayimu, pergi dari rumah ini sekarang," Ayah Rasti
"Papa," Arya
"Pergi!" Ayah Rasti
"Arya ayo kita pergi," Arin
Saat Arya akan pergi, tiba tiba Rasti pingsan,
"Rasti," Arya
"Pergi! Kau jangan sok berbuat baik," Ayah Rasti
"Arya ayo kita pergi," Vivi
Vivi memaksa pergi Arya, sedangkan Rasti dibawa oleh Ayahnya dan sepupu lakinya ke puskesmas terdekat,
"Vivi lepaskan aku, aku ingin liat Rasti," Arya
"Ngak! Kau jangan pedulikan dia, sekarang hanya aku dihidupmu," Vivi
"Iya, Vivi juga mengandung anakmu, mumpung Vivi udah hamil jadi kamu tak perlu menjadi suami Rasti lagi, kamu harus nikahin Vivi," Arin
"Rasti juga mengandung anakku Ma, bagaimana jika terjadi sesuatu pada kandungannya," Arya
"Biarkan dia mati sama ibunya juga, mereka itu rendahan Arya, mereka tak cocok menjadi bagian keluarga kita," Arin
"Aku tak perduli!" Teriak Arya sambil melepaskan tangannya dari tangan Vivi dengan kasar
"Rasti dan anaknya adalah milikku, aku gak akan biarin mereka dijauhkan dariku," Arya
Arya pergi,
"Ihhhh gimana nih Tante, aku gak mau melahirkan bayi ini tanpa Papanya," Vivi
"Kamu tenang aja, Arya pasti akan menikahimu," Arin.
><
Di Puskesmas, dokter telah memeriksa Rasti,
"Bagaimana keadaan anak dan cucu saya dok?" Ayahnya Rasti
"Pasien baik baik saja, tapi tidak dengan bayinya, bayi pasien sangat lemah, tapi sekarang mereka baik baik saja, saya sarankan jangan membebankan pikiran pasien terlalu berat, karena bisa berdampak pada janinnya," dokter
"Baik dok," Ayahnya Rasti
Dokter pergi, lalu Arya datang,
"Papa, bagaimana keadaan Rasti dan anakku?" Arya
"Apa perdulimu? Kau tau karenamu anaknya Rasti sampai hampir tiada, berkat Tuhan mereka berdua sekarang baik baik saja," Ayahnya Rasti
"Maafkan aku Pa, aku mengaku salah," Arya
"Sekarang pergi dari sini, Rasti tak membutuhkan pria brengsek sepertimu," Ayahnya Rasti
Arya bersujud dikaki Ayahnya Rasti,
"Tidak Pa, aku mau menemani istri dan anakku, kumohon jangan pisahkan aku dari Rasti, aku berjanji akan memikirkan cara untuk masalah ini, dan juga biarkan Rasti yang memutuskan, aku memohon padamu Pa," Arya
Ayahnya Rasti terdiam,
"Baiklah, ini adalah kehidupan putriku, keputusannya adalah keputusanku juga," Ayahnya Rasti
"Terima kasih, terima kasih banyak Papa," Arya
Arya berdiri,
"Aku tak mau Rasti meninggalkanku," bathin Arya.
><
3 hari kemudian setelah Rasti dirawat inap, Rasti pulang ke rumah, Rasti beristirahat dikamarnya, lalu Arya datang membawa bubur,
"Rasti ayo makan dulu, kamu harus minum obat," Arya
"Bukannya kau sudah diusir, aku kira kau telah menikmati malam pertamamu, eits aku lupa kau kan sudah menikmatinya sedari dulu," sindir Rasti
"Aku tau aku salah, aku ingin memperbaiki kesalahanku," Arya
"Dengan apa? Jika Vivi datang dan hanya mengaku sebagai kekasihmu maka aku akan mengusir keluar dia, tapi dia mengandung anakmu, kau harus bertanggung jawab dengan menikahinya," Rasti
"Aku tau hal itu, tapi sekarang kamu adalah istriku, kamu yang berhak memutuskan jalanku," Arya
"Aku bukan siapa siapamu," Rasti
"Ras kumohon jangan seperti ini, kamu yang selama ini menunjukan jalan padaku," Arya
"Untuk masalah ini, hanya ada satu jalan terbaik," Rasti
"Apa itu?" Arya
"Kau nikahi Vivi tanpa menceraikanku, tapi kau harus menceraikan Vivi saat dia melahirkan nanti, anaknya terserahmu, mau kau taruh dipanti asuhan atau kau asuh sendiri, aku tak perduli. Posisiku sebenarnya hanya sebagai selingkuhanmu dan Vivi kekasihmu yang sebenarnya," Rasti
Arya terdiam,
"Atau kau menceraikanku, dan lupakan jika kau pernah mengenalku dan memiliki anak denganku, keputusan ada ditanganmu Arya. Oh ya, jika kau menikahi Vivi, dia harus tinggal disini dan kau tak boleh dikamarnya," Rasti
Tiba tiba Vivi datang,
"Arya kamu ini, ayo temani aku cek kandungan, aku tak mau bayiku kenapa napa," Vivi
"Minta Mama mengantarmu, aku sedang sibuk," Arya
"Ayolah Ar, ini calon anakmu juga," Vivi
"Urus calon istrimu, kepalaku pusing mendengarnya, jika kau akan pergi, aku mau kau beliin makanan, nanti aku wa yang aku mau," Rasti
"Baiklah, aku akan pergi, kamu istirahatlah, jangan lupa minum obatmu ya," Arya
Arya mencium perut Rasti seperti biasa,
"Sayang, Papa pergi sebentar ya, kamu jaga Mamamu," Arya
"Ck gak usah basa basi, ayo kita pergi Ar," Vivi
Mereka pergi,
"Ck ck ck, ini menyebalkan," Rasti.
><
Selama diperjalanan, Arya mendapat pesan dari Rasti,
"Banyak sekali yang diminta," Arya
"Pantas istrimu itu gendut, makanannya banyak sekali," Vivi
"Kau jangan berani menghina Rasti," Arya
"Arya apa yang sebenarnya kau lihat dari dia sik, sudah jelas aku tuh lebih kaya, cantik, dan sexy, tapi kenapa kau begitu membanggakan dia, dia bahkan tak cocok disebut-" Vivi
"Cukup! Sekali lagi kau bicara buruk tentang Rasti, aku akan menurunkanmu, jadi tutup mulutmu," bentak Arya, "aku mencintai dia, bukan karena harta atau kecantikannya, aku mencintainya karena dia mencintaiku dengan tulus, dan aku hanya akan mencintai perempuan yang mencintaiku," lanjut Arya
"Aku mencintaimu ju-"
"Jangan bohong Vivi! Dulu kau selingkuh dibelakangku juga kan, sejak saat itu aku menjadi ladykiller, tapi sekarang aku sadar dan itu karena Rasti, aku merasa bersalah kepada Rasti, dia menjadi pelampiasan dari kelakuan jahatku," Arya
"Jujur Ar, aku sekarang mencintaimu, aku sangat mencintaimu, dan bayi dalam kandungan ini adalah buktinya, jika aku tak mencintaimu, untuk apa aku mau mengandung bayi ini," Vivi
"Cukup sudah, aku malas berdebat dengamu," Arya
Arya kembali fokus ke jalan, sedangkan Vivi mendengus sebal.