Hari begitu cepat berlalu. Diego semakin terngiang ucapan ibunya tentang sosok pengasuh baru untuk anaknya itu. Rupanya, Natasha adalah anak dari sahabat lama sang ibu yang telah meninggal dunia hampir satu bulan yang lalu.
Diego semakin rajin pulang ke rumah sejak kedatangan gadis cantik yang berprofesi sebagai pengasuh untuk anaknya itu. Batinnya semakin didera penasaran karena wajah Natasha mirip Carla. Apalagi, ibunya telah bercerita jika Natasha sebenarnya lulusan dari akademi keperawatan. Hal itu semakin membuat Diego senang karena selain mengasuh anaknya, Natasha bisa diandalkan sebagai perawat juga di dalam keluarganya.
Lelaki tampan itu diam-diam semakin terpesona dengan Natasha. Meskipun dirinya telah mendapat lampu hijau dan dukungan dari sang ibu, ia tidak ingin gegabah. Diego masih memikirkan keberadaan Kathy yang telah jelas menjadi istri sahnya selama ini. Meskipun wanita itu sama sekali tidak menghargai Diego sebagai suaminya sejak awal pernikahan.
Sementara, Natasha semakin akrab dengan anak majikannya yang berusia lima tahun itu. Seperti saat ini, usai bermain di taman, ia segera mendampingi anak majikannya itu di meja makan. Gadis berambut sebahu itu menyiapkan menu makanan di meja untuk Nona Kecil.
"Dihabiskan ya, Sayang!" seru Natasha sambil tersenyum ke arah gadis kecil itu.
"Iya, Bibi Sasha," balas Alice yang juga tersenyum padanya.
Saat anak majikannya makan, pikiran Natasha justru mengembara. Dia membayangkan pertengkaran yang akhir-akhir ini kerap kali didengarnya. Yaitu pertengkaran Tuan Diego dengan istrinya yang sombong itu. Apalagi, gara-gara kehadirannya di rumah mewah tersebut, Natasha pernah dilibatkan dalam pertengkaran antara suami-istri tersebut.
Saat pikirannya masih mengembara, Natasha teringat ucapan ibunya. Sang ibu pernah bercerita kepada dirinya jika Tuan Diego menikah dengan Nyonya Kathy hanya dalam rangka kepentingan bisnis belaka. Karena teringat dengan hal itu, ia lantas menyangkut-pautkan hubungan rumah tangga sepasang suami-istri tersebut.
"Bibi Sasha, udah abis semua!" pekik Nona Alice membuat lamunannya buyar seketika.
"Oh ... iya-iya, Sayang. Anak Pintar," puji Natasha sambil mengelus pucuk kepala bocah perempuan berusia lima tahun itu. Natasha yang semakin dekat dengan Alice merasa miris dengan kondisi rumah tangga orangtua gadis kecil itu.
Tak berapa lama, Natasha membereskan piring dan gelas bekas makan anak asuhnya. Dia lantas membawanya ke dapur untuk diserahkan kepada asisten rumah tangga keluarga tersebut.
Natasha keluar dari ruang dapur, kemudian berniat menuju kamarnya di lantai atas. Gadis itu berjalan pelan sembari menatap foto-foto keluarga Nyonya Merry yang menghiasi dinding ruang keluarga. Tuan Regan yang merupakan ayah Diego telah meninggal saat Diego masih menempuh pendidikan di luar negeri. Beruntung sekali, Tuan Muda itu mengambil jurusan pendidikan yang sesuai dengan usaha yang telah didirikan orangtuanya. Diego menjadi satu-satunya pewaris tunggal perusahaan, karena dirinya tidak memiliki saudara kandung yang lain.
"Nona Kecil ke mana?" Saat Natasha asyik menatap foto-foto keluarga Nyonya Merry di ruang keluarga, Kathy datang dan menanyakan keberadaan anaknya. Natasha tersentak begitu membalikkan badan. Gadis itu terkejut bukan lantaran pertanyaan istri Diego itu, melainkan seorang lelaki yang berada di sampingnya.
"Nona Alice saya titipkan sebentar, bersama pembantu di ruang makan, Nyonya," sahut Natasha sedikit gugup. Sementara lelaki yang berada di samping Kathy terus menatap sedemikian rupa ke arah Natasha.
"Baiklah. Oh ya, ada yang aku mau bicarakan denganmu sebentar saja! Apakah kamu tadi melihatku bersama Tuan Jimmy di taman?" tanya Kathy penuh selidik. Saat berada di taman tadi, Kathy mengetahui jika Natasha bermain bersama Alice di sana.
"Tidak, Nyonya. Saya sibuk memerhatikan Nona Kecil saat bermain di taman." Natasha terpaksa berbohong menjawab pertanyaan dari istri Diego tersebut.
Natasha termenung sejenak, mengingat kejadian di taman tadi. Dia sebenarnya melihat dengan samar jika Kathy berpelukan dan berciuman mesra dengan seorang laki-laki, tapi bukan dengan suaminya. Mengingat Diego mengantar ibunya ke rumah sakit pagi-pagi sekali dan belum pulang hingga saat ini.
"Jangan bilang kepada Nyonya Besar atau Tuan jika Tuan Jimmy ada di sini! Dengar? Jika kamu mengadu apa yang kamu lihat, tanggung sendiri akibatnya, nanti!" ancam Kathy sambil melotot membuat Natasha bergidik ngeri.
"Baik, Nyonya." Natasha tak habis pikir dengan istri Diego itu yang berani-beraninya bermain api di dalam rumah milik suaminya. Sehingga ia berpikiran jika Kathy memang berselingkuh di belakang Diego dengan laki-laki bernama Jimmy itu.
Tak berapa lama, wanita yang berpenampilan glamor itu melenggang menuju ruangan paling sudut yang merupakan sebuah minibar di rumah mewah tersebut. Tentu saja, istri Diego itu tidak sendirian, melainkan bersama laki-laki yang disebutnya Tuan Jimmy tersebut. Natasha hanya mampu menatap kedua orang tersebut sambil mengendikkan bahu, jijik.
Natasha mendongak, berusaha menyisir kamera CCTV. Ia merasa terkejut karena sekelas rumah mewah milik orangtua Diego itu tidak memasang CCTV. Tak ada satu pun yang terlihat di mata Natasha.
"Pantas saja, Nyonya Kathy berani membawa laki-laki lain saat Tuan Diego dan Nyonya Besar tidak ada di rumah," gumam Natasha sambil melangkah menuju lantai atas dengan melewati beberapa anak tangga yang terbuat dari marmer berwarna hitam yang begitu elegant. Gadis berkulit putih itu masuk ke kamar. Sejenak dia duduk di sisi ranjang dengan pikiran yang belum lepas dari problema di rumah majikannya itu.
"Nona Sasha! Apakah, Nona, ada di dalam?" panggil seorang asisten rumah tangga di rumah tersebut. Natasha yang mendengar panggilan dirinya dari luar kamar begitu gelagapan. Bagaimana tidak? Dia baru saja melamun.
"Iya!" sahut Natasha dengan setengah berteriak.
"Nona Kecil mencari, Non!" seru asisten rumah tangga itu memberitahukan jika anak asuhnya memanggil-manggil dirinya.
"Iya, aku akan segera turun." Natasha bangkit dari duduk kemudian menuju meja rias untuk merapikan rambutnya. Setelah beberapa saat, dia lantas keluar kamar dan berlari kecil untuk turun menghampiri Nona Kecil.
Gadis bermata almond itu kemudian membawa Nona Kecil ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar pribadi orangtuanya. Natasha kemudian mengganti baju bocah perempuan berusia 5 tahun itu, sebelum menemaninya untuk tidur siang.
Setelah beberapa lamanya, Nona Kecil itupun terlelap. Natasha lantas meninggalkannya sendirian di kamar. Ia menuju dapur karena merasa perutnya minta diisi. Dia pun lantas makan bersama dengan salah satu pembantu di rumah tersebut.
"Tadi, apakah Nona, melihat Nyonya Muda saat membawa Nona Kecil di taman?" tanya asisten rumah tangga itu di sela-sela aktivitas makannya.
"Gak, aku gak melihatnya," jawab Natasha berbohong. Selain karena mendapat ancaman dari Nyonya Muda, ia juga bukan tipikal orang yang suka mengumbar apapun yang dilihat atau didengarnya.
"Syukur, deh. Lebih baik memang Nona tidak perlu mengetahui apa yang dilakukan Nyonya Muda. Tapi, seandainya suatu hari Nona Sasha melihat sesuatu yang janggal, sebaiknya Nona tutup mulut, daripada ...." Perempuan paruh baya itu tidak melanjutkan ucapannya. Namun, Natasha juga tidak memaksakan diri untuk mengetahui lanjutan ucapan asisten rumah tangga tersebut. Ia telah paham bagaimana harus bersikap.
Natasha hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan asisten rumah tangga itu. Dia lantas mempercepat aktivitas makannya, karena tidak ingin berlama-lama meninggalkan Alice yang sedang tidur di kamar.
Tak menunggu waktu lama usai makan, Natasha bergegas menghampiri Nona Kecil lagi. Dia berniat sekalian beristirahat siang dengan membaca novel favoritnya. Ia menyandar di bahu ranjang tempat tidur Nona Kecil.
Sesekali Natasha menggigit jari dan kelopak matanya menggenang oleh buliran bening saat membaca novel yang digenggamnya. Dia seolah-olah larut dalam cerita novel tersebut hingga tak terasa senja mulai menyapa.
"Bibi Sasha, apa Oma sama Papa udah datang?" tanya Nona Kecil begitu membuka mata.
"Sepertinya belum, Sayang. Mungkin sebentar lagi," jawab Natasha sambil tersenyum.
"Kenapa lama sekali, Bibi?" keluh Nona Kecil sambil menyibakkan selimut.
"Memangnya ... Nona Kecil mau ngapain kalo Oma sama Papa udah datang?" tanya Natasha yang merasa gemas.
"Aku menunggu oleh-oleh dari Papa, Bibi," jelas bocah perempuan berusia 5 tahun itu.
Natasha lantas mengajak Alice keluar kamar. Saat sedang berjalan menuju ruang keluarga, suara mobil milik Diego terdengar berhenti di halaman. Itu tandanya yang ditunggu-tunggu Alice telah pulang dari rumah sakit. Nona Kecil tampak berlari menyambut kepulangan ayah dan neneknya. Natasha lantas mengikuti langkah gadis kecil tersebut.
"Nona, biarkan Alice bersamaku! Sekarang, tuntun Nyonya Besar ke kamarnya!" seru Diego.
"Baik, Tuan." Natasha lantas menggandeng lengan Nyonya Merry, menuntunnya ke kamar.
Begitu tiba di kamar, Natasha segera menolong wanita lanjut usia itu untuk berbaring di ranjang.
"Apa perlu saya mengecek tekanan darah Nyonya lagi?" tawar Natasha yang melihat Nyonya Merry tampak kelelahan.
"Boleh," sahut Nyonya Merry dengan lirih.
Sejenak, Natasha keluar dari kamar menuju ruang tempat menyimpan peralatan medis dan beberapa obat sebagai pertolongan pertama di rumah mewah tersebut.
Alat untuk mengukur tekanan darah telah dalam genggaman Natasha. Ia bergegas kembali ke kamar Nyonya Besar untuk memeriksa tekanan darahnya. Dengan lembut dan telaten, Natasha memeriksa tekanan darah Nyonya Merry.
"Tekanan darah Nyonya cenderung naik. Sebaiknya Nyonya beristirahat dan jangan banyak berpikir!" tutur Natasha usai melakukan pengecekan.
"Aku lelah, sebenarnya, Natasha. Tetapi sikapnya selalu mengganggu pikiranku," ujar Nyonya Merry kemudian.
"Maksud, Nyonya?" tanya Natasha sambil mengernyit bingung.
"Apa yang dilakukan Kathy saat aku ke rumah sakit tadi?" tanya Nyonya Besar kemudian, mengabaikan pertanyaan Natasha.
Natasha termenung sejenak. Dia tidak segera menjawab pertanyaan Nyonya Besar dan malah pura-pura sibuk memasukkan alat medis ke wadahnya, seperti semula.