webnovel

Tempat Untuk Berlindung

Rupanya pertemanan antara Gwen dan Cecil berjalan dengan baik, bahkan Cecil mengajari banyak hal pada Gwen.

"Terima kasih, Cecil. Karena kamu mau menjadi temanku dan mau mengajariku," ucap Gwen dengan tulus.

"Bukan hal yang besar, jika aku tidak mengajarimu dengan baik, Marry pasti akan menegur dan memarahiku nantinya," sahut Cecil.

Gwen hanya terkekeh kecil. Meski dulu ia memiliki pelayan di rumahnya, tapi Gwen juga terbiasa merapikan kamarnya sendiri. Jadi untuk urusan bersih-bersih bukan hal yang sulit baginya. Bukan hanya itu, Gwen juga bisa memasak meski tidak begitu pandai.

"Kita ke ruang makan yuk! Sudah saatnya makan siang, nanti kita lanjutkan lagi pekerjaan kita setelah makan siang," ajak Cecil.

"Ayo!" sahut Gwen sambil mengangguk.

Cecil mengajak Gwen ke tempat di mana mereka bisa menaruh peralatan kebersihan di lantai tersebut, kemudian Cecil mengajak Gwen menuju lantai dasar. Gwen hanya tahu jalan keluar melalui bagian depan mansion, tapi dengan cepat Cecil menarik lengan Gwen.

"Kita tidak boleh lewat sana, kecuali saat bersama Marry," jelas Cecil.

"Benarkah? Aku tidak tahu itu," ujar Gwen.

Cecil mengangguk, "Semua pelayan lewat pintu belakang di samping dapur, jika ketahuan Tuan Philip atau yang lainnya nanti kita kena tegur," jelas Cecil.

"Oh, begitu rupanya. Maafkan aku, Marry tadi hanya menjelaskan bagian lift saja," ucap Gwen.

"Tidak apa-apa, sekarang kamu tahu, kan? Jadi nanti kita lewat belakang aja. Tidak terlalu masalah jika Tuan Philip yang memergokimu," ucap Cecil, kemudian ia menoleh ke semua arah untuk memastikan tak ada siapapun di sana, lalu ia mendekati telinga Gwen dan berbisik di sana, "Jika Tuan Theodoric yang memergokimu maka akan jadi masalah besar." Cecil berbisik sangat pelan dan hati-hati.

Gwen hanya mengangguk saja, meski ia tidak tahu siapa Tuan Philip dan Tuan Theodoric tersebut. Mereka berdua berjalan melewati samping dapur di mana pintu keluar berada.

"Ruang makan kita ada di mana?" tanya Gwen kemudian.

"Di gedung tempat kita tinggal," jawab Cecil.

"Ohh…" sahut Gwen. Karena selama beberapa hari ini, ia makan di dalam kamar dengan makanan yang di antarkan ke dalam kamarnya.

Cecil juga menjelaskan pada Gwen jika para pelayan yang bertugas di dapur, sudah menyediakan makan siang untuk semua pekerja di mansion tersebut. Biasanya mereka akan makan siang bersama-sama.

Gwen mengangguk dengan antusias.

"Semua pekerja di sini baik, hanya ada beberapa saja yang menyebalkan," ucap Cecil.

Kening Gwen berkerut, "Maksudmu?"

"Nanti juga kamu akan tahu kok, pokoknya kamu tidak boleh jauh-jauh dariku ya!" ujar Cecil.

"Hmm, baiklah!" Meski bingung Gwen tetap menjawabnya.

Keduanya kemudian melangkah masuk ke dalam ruang makan yang cukup besar, tampak seperti kantin di dalam kampus. Dan Gwen tak menyangka akan menemukan ruangan sebesar ini di gedung di mana ia tinggal, karena ia memang belum menjelajah semua tempat yang ada di sini.

"Besar ya, aku baru tahu ada ruangan ini di sini," ujar Gwen.

Cecil mengangguk, kemudian mengajak Gwen untuk mengambil makanan yang sudah di sediakan, "Pekerja di sini memang banyak, makanya setiap kita makan di sediakan seperti ini," jelas Cecil.

Tempat makan ini memang tidak beda jauh dengan kantin kampus atau di high school.

Setelah mengambil makanan mereka masing-masing, Cecil mengajak Gwen untuk duduk di meja yang kosong.

"Berarti tempat ini sangat luas ya?" tanya Gwen ketika ia sudah duduk di kursi dan hendak mulai makan.

Cecil mengangguk dengan mulut yang sudah mengunyah makanan, lalu ia menelannya. "Ya, luas sekali. Makanya pelayan dan pekerja di sini cukup banyak," jelasnya.

"Dan keluarga yang tinggal di gedung utama?" tanya Gwen yang masih penasaran dengan hal ini.

Cecil tahu, jika Marry belum memberitahu banyak hal tentang keadaan di sini pada Gwen. Ia sendiri cukup takut untuk menjelaskannya, dan memilih untuk berhati-hati.

"Hanya ada Tuan Theodoric, tapi sesekali keluarganya berkunjung ke sini," jelas Cecil sesingkat mungkin.

"Oh, begitu rupanya."

"Hmm, jika kamu ingin tahu sebaiknya bertanya pada Marry saja, dia lebih mengerti. Aku tidak berani menjelaskannya padamu, karena aku hanya pelayan yang belum lama berkeja di sini," ujar Cecil.

Gwen mengangguk pelan, ia bisa melihat keengganan di raut wajah Cecil. Kemudian ia mulai menikmati makan siangnya.

***

Hari sudah sangat gelap ketika ia sampai di mansion. Setelah membersihkan tubuhnya dan mengenakan piyama miliknya, Davon melangkah keluar kamar. Ada beberapa pekerjaan yang harus ia periksa.

Davon melangkah dengan langkah lebarnya menuju ruang kerjanya yang berada di sisi lain dari kamarnya.

Kemudian Davon duduk di kursi kerjanya. Tak lama kemudian ia menatap ke arah gedung di mana para pelayannya berada, keningnya berkerut saat ia melihat masih ada satu kamar dengan lampu yang masih menyala. Di mana kamar yang lainnya sudah gelap, menandakan mereka sudah beristirahat.

Entah mengapa matanya tetap menoleh ke arah kamar salah satu pelayannya itu, karena selain lampu yang masih menyala, Davon juga bisa melihat pergerakan di dalam kamar tersebut meski sedikit samar.

Keningnya berkerut, seraya mengingat sesuatu, "Bukannya itu kamar wanita itu?" gumam Davon merujuk pada wanita yang ia temukan di hutan.

Hingga beberapa saat kemudian Davon melihat sendiri jika pintu beranda kamar itu terbuka, dan keluarlah seorang wanita dari dalam sana dengan pakaian putih yang tampak seperti gaun tidur berlengan panjang.

"Ah, benar dia…" gumamnya.

Wanita itu tampak terdian di beranda dengan sesuatu di tangannya. Davon bisa menebak jika wanita itu sedang memegang cangkir berisi minuman yang tampak hangat, karena terlihat kepulan asap yang menguap dari cangkir tersebut.

Setelah melihat wanita itu Davon jadi ingat, jika dua hari yang lalu Philip memberikan data informasi mengenaik gadis itu, dan ia sudah membacanya.

"Gwen Archerion, putri dari Samuel Archerion," gumamnya pelan.

Davon pernah bertemu dengan Samuel Archerion, tapi sudah cukup lama. Hingga ia mendengar jika perusahaan milik Samuel bangkrut, dan tak lama dari kabar itu ia juga mendengar jika Samuel telah meninggal.

Philip juga memberitahukan sebuah informasi yang tidak ada orang lain yang tahu. Hal tersebut berhubungan dengan bagaimana wanita bernama Gwen itu terlihat dengan kelompok Balck Malphas. Rupanya Gwen memiliki ibu tiri yang menjualnya pada pria tua itu.

"Kehidupan yang sangat menyedihkan…" ujar Davon, dan memilih untuk tidak melihat wanita itu lagi dan fokus pada pekerjaan yang akan di periksanya.

Sementara itu Gwen, masih berada di beranda dan menikmati secangkir cokelat panas. Tentu saja karena Cecil ia bisa mendapatkan bubuk cokelat, dan membuat minuman di dalam kamarnya.

Suasana sudah sangat sunyi saat ia berada di beranda. Tapi ia bisa melihat beberapa orang pria yang masih berjaga berkeliling mansion.

"Setidaknya tinggal di sini cukup nyaman," ujar Gwen. Dan pekerjaannya yang di dapatkannya juga tidak terlalu berat. Ia juga tidak sendirian saat mengerjakannya. Semuanya tampak berjalan dengan lancar.

"Lihatlah, Mom, Dad. Setidaknya aku punya tempat berlindung untuk sementara waktu," gumam Gwen senang.

-To Be Continue-

ตอนถัดไป