seperti biasa setiap matahari terbit, dhira tak pernah ketinggalan untuk menikmatinya seorang diri ,
bagi dhira menikmati secangkir teh hangat dan ubi goreng buatan sangbunda sambil melihat matahari terbiti adalah kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan angka ,
dulu dhira selalu menikmati pagi bersama sang ayah , namun ayahnya lebih dulu dipanggil tuhan karna kecelakaan ,
saat itu dhira masih berumur 7thn , dhira masih ingat betul percakapan sebelum sang ayah meninggal ,
" ayah cuaca pagi ini terasa lebih segar ya yah - ucap dhira
" kamu ini pintar ya , ayah kira cuma ayah yang merasakannya ternyata kamu juga ya , - ucap ayah seraya memeluk dhira
" habisnya ayah terlihat lebih tenang menikmatinya - ucap dhira
tibatiba ayah memeluk dhira begitu erat seperti tak akan pernah bertemu lagi
" dhira lihat langit yang berwarna jingga itu , indah bukan , matahari pagi akan tetap terlihat cantik , walau pun sebagian pengemarnya masih tertidur "
" jadi karna itu ya ayah selalu suka memandangi matahari terbit , - ucap dhira
ayah dhira hanya tersenyum , melihat putri cantiknya yang sudah mulai memahami apa yang ia bicarakan .
dhira
dhira
tiba" samar" terdengar suara wanita memanggil dhira ,
iya bunda - ucap dhira sambi melepas pelukan sang ayah ,
ayah aku mandi dulu ya yah , - ucap dhira
yasudah sana dhira mandi sama , - ucap sang ayah
dhira kenapa kamu gk langsung mandi , - ucap bunda sambil melepas piama dhira
aku ingin menemani ayah bun melihat matahari terbit , - ucap dhira
yasudah sekarang kamu mandi , seragam sekolah dan sarapan sudah bunda siapkan , -
terima kasih bun , dhira sayang bunda , - ucap dhira
bunda juga sayang dhira , -
dengan nada manja dhira memanggil sang bunda
bun ...
dhira berangkat kesekolah ya bun
hatihati ya nak , mang icang udah nunggu di depan ,
ayah kemana bun ? , tanya dhira
ayah sudah berangkat , tadi ditelfon agar datang kekantor lebih awal ,
yah padahal dhira ingin peluk ayah lagi , - ucap dhira
nanti kan bisa kalo ayah sudah pulang ,
tapi kan masih lama bun , - ucap dhira
cuma sebentar koq sayang , ucap sang bunda seraya memeluk dhira ,
yasudah sana mang icang sudah nunggu didepan ,
dhira berlari meninggalkan bunda
diikuti sang bunda sampai ke gerbang ,
dhira pergi kesekolah ya bu
dadah bun , - sembari melambaikan tangan
non dhira ..
seketika lamunan dhira tentang kedua orangtuanya pun sirna , ketika terdengar suara perempuan lansia memanggilnya ,
ya suara perempuan itu adalah mbok mar ,
mbok mar lah yang sudah lama membantu bunda mengerjakan pekerjaan rumah , mbok mar sudah seperti orang tua ke 2 bagi dhira , mbok mar lah yang setia merawat dhira saat sang bunda sudah tidak dapat merawat dhira lagi
iya mbok kenapa ? sarapannya sudah siap ya non
iya mbok sebentar lagi dhira turun ,
,
tak lama dhira mulai membereskan gelas dan piring yang sudah kosong dan bergegas turun untuk sarapan , setiap kali sarapan dhira selalu teringat akan mendiang ayahnya dan sosok seorang ibunda yang dulu selalu membuatkannya sarapan , sesekali terlintas difikiran dhira untuk lari dari kenyataan , tapi dhira selalu bertahan karna dhira yakin bahwa sang bunda pasti akan sembuh dan bisa kembali menjalani hidup dengan normal ,
ya ,
sangbunda syok berat saat mendengar suaminya kecelakaan dan berusaha menemui suami tercintanya , sangbunda bergegas kerumah sakit berharap suami tercintanya masih bisa diselamatkan , ia berkendara dengan sangat cepat dengan air mata yang terus mengalir dan semua kepanikan dikepala ,
dan tibatiba , ada truk besar yang melintas , ia tidak dapat menghentikan laju mobilnya yang melaju begitu cepat dan akhirnya mimpi buruk menerpa kehidupan dhira , sangbunda mengalami luka yang cukup parah , keretakan di bagian belakang kepala dan patah kaki , yang menyebabkan sang bunda tidak bisa berjalan dan kehilangan ingatan ,
dhira yang saat itu berumur 7thn tidak bisa berbuat apaapa , dhira dipaksa menerima semua kenyataan pahit seorang diri diusia yang masih kecil
dhira berusaha untuk menerima kenyataan dan melupakan kejadian pahit itu ,