9 Agustus 2013, malam hari.
Di dalam kantor Panti Asuhan Cocolia, seorang wanita dewasa berambut pirang sedang mempelajari laporan-laporan eksperimen terbaru. Di meja kerjanya, terdapat dokumen tentang catatan eksperimen "X-10" serta rencana pengujian berikutnya.
Eksperimen X-10 merupakan sebuah proyek ambisius yang baru-baru ini didapatkannya dari seorang rekan misterius. Menurutnya, teknologi ini berpotensi meningkatkan resistansi manusia terhadap energi Honkai sekaligus memungkinkan subjek mengendalikan materi melalui energi tersebut. Namun, harga yang harus dibayar sangatlah mahal. Subjek akan terpapar energi Honkai dalam jumlah besar, membuat mereka rentan terhadap erosi Honkai dengan tingkat kematian mendekati 100%.
Meski begitu, semakin banyak pembaruan yang diterapkan, semakin lama pula subjek eksperimen dapat bertahan. Cocolia yakin suatu saat eksperimen ini akan berhasil. Ketika saat itu tiba, anak-anaknya akan mampu bertahan hidup di dunia yang dilanda Honkai. Ia pun membenarkan dalam hati bahwa pengorbanan anak-anak yang gugur dalam eksperimen ini tidaklah sia-sia.
Terkadang, untuk mencapai tujuan yang lebih besar, kita harus rela mengorbankan hal lain. Dengan pikiran seperti itu, Cocolia terus memaksakan dirinya untuk menerima kenyataan pahit bahwa beberapa anak yang ia asuh telah menjadi korban eksperimen ini.
Namun, malam itu, seorang gadis berambut pendek tiba-tiba membuka pintu kantor Cocolia.
Cocolia tampak terkejut melihat salah satu anak asuhnya, Seele, datang di jam larut malam.
"Mengapa kamu belum tidur, Seele?" tanya Cocolia dengan nada penasaran.
Seele menatap Cocolia dengan tatapan tegas. "Mama, tolong katakan yang sebenarnya. Apa itu eksperimen X-10?"
Cocolia terdiam sesaat. Ia tidak menyangka bahwa Seele sudah mengetahui tentang eksperimen ini. Kemungkinan besar, informasi ini bocor dari Bronya, salah satu anak asuh lainnya. Namun, daripada menyangkal, ia memutuskan untuk menjelaskan.
"Dengarkan aku baik-baik," ujar Cocolia sebelum menjelaskan detail eksperimen X-10 kepada Seele.
Setelah mendengar penjelasan itu, wajah Seele menjadi cemas. "Kalau begitu... kalau eksperimennya gagal, apa yang akan terjadi? Bronya... apakah dia akan mati?"
Cocolia tidak menjawab secara langsung. Ia hanya mencoba menenangkan Seele. "Seele, Bronya memiliki resistansi yang sangat tinggi terhadap energi Honkai. Bahkan jika eksperimen ini gagal, datanya akan membantu kami memahami energi Honkai lebih dalam."
Ia menambahkan dengan nada menenangkan, "Bronya melakukannya demi kalian semua. Dia ingin memastikan kalian bisa bertahan hidup di dunia ini."
Namun, Seele tidak merasa puas. Setelah terdiam beberapa saat, ia tiba-tiba membuka bajunya, memperlihatkan tanda aneh di dadanya. Sebuah pola yang bersinar samar-samar, tanda yang dikenal sebagai stigmata.
"Matushka, Seele yang lebih cocok untuk eksperimen ini," ujar Seele dengan penuh keberanian.
Ketika melihat stigmata di tubuh Seele, Cocolia terkejut. Ia menyadari bahwa tanda ini sangat langka dan hanya muncul pada orang-orang dengan potensi luar biasa untuk mengendalikan energi Honkai.
"Matushka, biarkan Seele menggantikan Bronya dalam eksperimen ini," pinta Seele dengan tegas.
...
Keesokan harinya, pagi hari.
Cocolia membawa Seele ke pesisir Laut Okhotsk. Matahari yang baru terbit memantulkan cahayanya di atas air, menciptakan pemandangan yang memukau.
"Tempat apa ini?" tanya Seele, kagum dengan keindahan laut yang baru pertama kali ia lihat.
"Ini Laut Okhotsk," jawab Cocolia. "Kami membangun laboratorium eksperimen X-10 di dasar laut. Air laut bisa mencegah energi Honkai bocor dan menarik perhatian organisasi Schicksal."
Cocolia menatap Seele. "Sudah waktunya, Seele."
Seele mengangguk dengan mantap. "Jadi ini tempatnya... tempat aku dan Bronya akan berjuang bersama."
...
Laboratorium Bawah Laut Eksperimen X-10.
Seele kini mengenakan perangkat khusus dan berada di dalam tabung eksperimen besar berbentuk silinder. Di sekitarnya, para peneliti sibuk memantau berbagai parameter dan mencatat data eksperimen.
"Hasilnya sangat menjanjikan! Subjek ini memiliki resistansi yang luar biasa tinggi terhadap energi Honkai," seru salah satu peneliti.
"Dia bahkan sudah bisa mengendalikan materi di tingkat atom menggunakan energi Honkai."
"Kalau kita melanjutkan injeksi energi, mungkin dia akan mampu mengendalikan materi hingga tingkat kuantum."
Mendengar laporan ini, Cocolia merasa tegang. Ia tahu eksperimen ini telah mencapai titik kritis. Di satu sisi, ia ingin terus mendorong eksperimen lebih jauh, tetapi di sisi lain, ia khawatir Seele tidak akan bertahan.
Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya memberi perintah. "Lanjutkan. Tambahkan 3 ml energi Honkai."
Eksperimen dilanjutkan sesuai perintahnya. Namun, tidak lama kemudian, alarm laboratorium berbunyi.
"Peringatan! Deteksi lonjakan energi Honkai pada subjek! Tingkatnya telah melampaui ambang batas yang aman!"
Di dalam tabung, bola logam besar yang digunakan sebagai media eksperimen mulai bergetar hebat dan berubah bentuk akibat pengaruh energi Honkai yang luar biasa besar.
"Seele...!" seru Cocolia dengan cemas. Jika Seele gagal, ini akan menjadi pukulan besar bagi eksperimen dan, lebih penting lagi, kehilangan yang tidak bisa ia terima.
Namun, sebelum tim peneliti bisa melakukan tindakan penyelamatan, sesuatu yang luar biasa terjadi.
0,2 detik: Ruang di sekitar Seele mulai terdistorsi.
0,6 detik: Bola logam memancarkan cahaya yang menyilaukan.
0,8 detik: Bola logam menghilang sepenuhnya, seolah masuk ke dalam dimensi kuantum.
Dalam 0,8 detik itu, Seele menunjukkan keberanian dan tekadnya yang luar biasa.
...
Eksperimen berhasil!
"Berhasil! Ini keajaiban!" Para peneliti bersorak gembira. Cocolia yang awalnya tegang akhirnya bisa menghela napas lega.
Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Tidak lama setelah keberhasilan tersebut, tubuh Seele mulai memudar, menjadi transparan, hingga akhirnya menghilang sepenuhnya dari tabung eksperimen.
"Apa yang terjadi?! Kenapa tubuh Seele menghilang?" seru Cocolia panik.
Salah satu peneliti menjawab, meskipun jawabannya terdengar seperti sesuatu dari dongeng. "Subjek... tubuhnya mengalami keruntuhan struktural. Dia sedang mengalami kuantisasi!"