webnovel

4. Tidak Bolehkan Seorang Gadis Menggoda Dengan Bahasa Rusia?

"[ ]" = percakapan dalam bahasa asing; Rusia, Inggris, dll.

" " = Percakapan normal

' ' = pikiran

A/N: aku revisi, Izumi ada di tahun pertama, begitu pula dengan Mahiru dsb.

******

SMA Katagiri—

—sebuah Sekolah menengah atas yang dibangun beberapa dekade yang lalu, dan masih berdiri hingga hari ini.

Jumlah murid yang mendaftar di sekolah ini relatif tinggi, mengingat SMA Katagiri termasuk salah satu SMA favorit di Prefektur Kanto.

Meskipun Prefektur Kanto sendiri mencakup beberapa kota; seperti Ibaraki, Saitama, Tochigi, Tokyo dan lainnya, tapi tetap saja, SMA Katagiri termasuk ke dalam salah satu sekolah yang paling diminati.

Hal itu bukan karena Katagiri memiliki gedung yang luas, tapi cakupan untuk masuk ke Universitas ternama juga bisa dilakukan jika lulus dari sekolah ini. Tentunya, hal itu akan lebih mendukung pada orang yang memiliki nilai di atas rata-rata dan bakat tertentu di suatu bidang keahliannya.

Hanya saja, berbeda dari hari-hari lainnya, saat ini di jalanan menuju sekolah, para siswa hanya bisa tertegun saat mereka melihat ke pasangan yang berjalan bersama ke sekolah.

Salah satunya adalah seorang gadis cantik, yang dijuluki sebagai 'Malaikat' oleh siswa lain karena kebaikan serta sifatnya yang suka membantu.

Sementara yang lainnya ..., mereka hampir tidak mengenalinya, mereka bahkan tidak pernah melihatnya di sekolah ini sebelumnya.

Hanya saja, dia bisa berjalan dengan 'Malaikat' saja membuat banyak pasang mata mengarah kepadanya.

Jika dia adalah orang dengan penampilan rata-rata, mereka pasti akan mencemoohnya, tapi penampilan siswa itu terbilang tampan.

Dia memiliki kulit putih pucat, dengan rambut hitam agak panjang yang diikat menjadi ekor kuda kecil, dan beberapa helai dibiarkan tergantung di dahinya.

Sementara dia mungkin melepas tindikannya, tapi mereka bisa melihat dengan jelas 4 lubang tindikan di kedua telinganya.

"Siapa dia? Apa kau mengenalnya?"

"Dia terlihat seperti anak nakal."

"Dia cukup tampan, kau tahu."

"Apa dia siswa pindahan?"

"Tapi dia bersama dengan 'Malaikat'."

"Ah! Apakah dia mereka berdua pacaran?!"

"Heh, kurasa tidak, 'kan?"

Bisikan pelan bisa terdengar di sepanjang jalan. Hanya saja, kedua orang itu sama sekali tidak menghiraukan mereka.

Dan yah, seperti yang bisa kalian tebak, kedua sosok itu adalah Izumi dan Mahiru.

Sementara Mahiru sudah terbiasa dengan bisikan orang saat dia berjalan, Izumi juga cukup sering mengalami itu saat dia memakai penampilan kasualnya di luar sekolah.

"Sepertinya kau cukup populer bukan, Shiina-san?" Izumi melirik Mahiru yang berjalan di sebelahnya.

Bukan berarti dia tidak menyadari semua tatapan yang mereka dapat, atau lebih tepatnya, orang-orang di sekitar mereka menatap mereka berdua dengan terang-terangan.

Bahkan, semua bisikan itu ....

Hei! Bisakah kalian lebih pelan saat membicarakan orang lain di belakang?

Dia bahkan bisa mendengar semua bisikan mereka dengan jelas!

"Aku tidak ingin mendengar hal itu darimu."

Mahiru mendesah. Memang benar, banyak yang menatap mereka berdua saat ini, tapi Mahiru cukup yakin sebagian tatapan para gadis diarahkan pada Izumi yang berjalan di sampingnya.

Lagi pula, meskipun Mahiru tidak tertarik pada Izumi, tapi dia harus mengakui jika Izumi cukup tampan, dan penampilannya yang liar juga meningkatkan daya tariknya tersendiri.

Meski begitu, Mahiru bersikap normal dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan tertentu pada Izumi. Dan hal ini juga karena dia tidak menilai orang dari luarnya.

Apa yang ia anggap sebagai 'cantik' berasal dari dalam. Jadi, selama dia tidak mengenal Izumi dengan baik, Mahiru tidak bisa mendeskripsikan Izumi sebagai orang yang 'cantik'(tampan).

"Nah, kulihat kau sepertinya sudah terbisa dengan ini. Aku turut berduka cita."

Izumi memejamkan matanya dengan ekspresi melankolis. Tentu saja, jika itu dia yang berada pada posisi Mahiru, Izumi tentunya tidak akan bisa bertahan dengan semua perhatian didapat.

Apalagi, dari apa yang Izumi lihat, Mahiru adalah sosok panutan yang memperlakukan semua orang secara setara. Dari pandangan orang lain, jelas terlihat jika Mahiru sangat disukai, yang mana mungkin hal itu terkait dengan sifatnya yang baik dan suka menolong orang lain.

Izumi sejujurnya tidak suka bersikap seperti Mahiru. Baginya, kebaikan tidak butuh pengakuan.

Jika kau ingin berbuat baik, maka kau harus memastikan tidak ada yang mengetahuinya kebaikanmu itu.

(A/N: ini merupakan Ideologi yang gw percaya sejak dulu, dan pengen gw tambahin ke sini supaya orang bisa berbuat baik tanpa imbalan atau pengakuan orang lain.)

Sementara itu, Mahiru menatap Izumi dengan terdiam. Entah kenapa, tapi dia juga setuju dengan perkataan Izumi.

Semua perhatian ini membuatnya merasa lelah, tapi dia tetap harus melakukan ini tidak peduli apakah dia lelah atau tidak.

Jadi, mengetahuinya ada orang yang mengerti tentang hal ini entah kenapa membuat Mahir ingin bersandar pada orang itu.

Hanya saja ..., hal itu tidak akan dia lakukan.

Lagi pula, Mahiru tidak pernah bersandar pada orang lain selama ini. Dia selalu berjuang sendirian tanpa mengandalkan orang lain untuk menopangnya dari belakang.

Jadi, baginya untuk bisa dekat dengan Izumi itu, dia rasa tidak mungkin terjadi ....

Kelas 1-1.

Ini adalah kelas Izumi. Dia tidak banyak berinteraksi saat berada di kelas dan hanya duduk di pojok kelas dan mengasingkan diri dengan membaca buku dan mengabaikan dunia luar.

Tidak banyak orang yang mengenalnya di kelas karena itu, dan sebagian yang mengenalnya hanya karena mereka bertanggung jawab atas kelas dan harus menghafalkan semua nama siswa di kelas.

Begitu datang, biasanya para siswa akan berkumpul dengan kelompok mereka dan saling membicarakan hal-hal acak yang mereka anggap menarik.

Dan hanya dalam waktu sekejap, di tengah kelas langsung terpecah menjadi beberapa kelompok yang saling mengobrol satu sama lain.

Mereka masing-masing adalah kelompok yang menyukai hobi dan kesukaan yang berbeda-beda, jadi mereka biasanya hanya akan bergaul dengan kelompok mereka dengan sedikit interaksi bersama orang lain di luar kelompok mereka.

Sebut saja kelompok Gyaru, dimana para gadis berpenampilan mencolok seperti seragam yang lebih tipis dengan dua kancing atas dibuka, sehingga menunjukkan belahan dada mereka.

Rambut mereka dicat menjadi pirang kecokelatan, dengan make up yang cukup mencolok dan kebanyakan dari mereka sengaja memendekkan rok mereka dan membuat paha mereka menjadi terlihat lebih banyak.

Sementara di sisi lain, ada kelompok Otaku; yang mana mereka adalah kelompok yang menyukai budaya ACGN. Meski begitu, kelompok mereka cukup dikucilkan dan orang dalam kelompok ini sejujurnya tidak terlalu peduli dengan orang di kelompok mereka.

Mereka hanya membentuk kelompok karena mereka sama-sama dikucilkan oleh kelas, dan para orang buangan ini tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain.

Meski begitu, ada kalanya mereka harus membentuk kelompok dalam beberapa mata pelajaran, jadi dengan adanya kelompok ini, mereka sedikit terbantu dengan itu.

Sementara ada beberapa kelompok lain di dalam kelas, misalnya saja kelompok Ikemen, yang mana di kelompok mereka berisi siswa populer dan tampan.

Meski begitu, Izumi yang asli tidak tergabung dengan kelompok apa pun di kelas, dia adalah seorang penyendiri yang tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya.

Tapi, apakah Izumi yang sekarang juga akan melakukan hal yang sama?

Itu tergantung pada siapa pertanyaan itu ditujukan.

Jika itu perempuan, maka Izumi akan bersikaplah baik pada mereka dan dengan senang hati berinteraksi dengan mereka.

Tapi, jika itu adalah laki-laki dengan sifat menyebalkan. Izumi hanya akan mengabaikan mereka secara langsung.

Dia sudah punya banyak masalah di hidupnya, dan menambah masalah lain bukanlah keputusan yang bagus.

"Hei, lihat siapa dia ...."

"Sangat tampan ...."

"Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya ...."

"Apa dia salah kelas?"

"Siswa pindahan?"

Bisikan orang-orang di kelas 1-1 tidak bisa dihindarkan. Mereka telah melihat sosok siswa yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Apalagi, siswa itu datang ke kelas mereka dan duduk di salah satu bangku belakang di samping jendela.

Jika dia berasal dari kelas mereka, dengan wajahnya, mereka pasti akan mengenalinya dengan mudah. Tapi, mereka sama sekali tidak ingat ada siswa setampan dia di kelas mereka ....

Semua, kecuali satu orang.

"Kau mengubah penampilanmu?"

Gadis yang duduk di sebelah Izumi, bertanya sambil mengerutkan keningnya.

Izumi menatap gadis itu, dari ingatannya, sejujurnya gadis itu tidak banyak berinteraksi dengannya pada waktu tertentu.

Apalagi, gadis itu sering kali bergumam dengan bahasa yang tidak dia pahami, dan entah kenapa dari gumamannya itu, Izumi merasa tidak nyaman.

"Um, apa ada masalah?" Izumi bertanya dengan bingung.

"Tidak ada!" Gadis itu mendengus saat dia membalikkan wajahnya ke arah lain, sambil bergumam, "[Tapi itu akan membuatmu semakin menarik perhatian ....]"

"Um ..., kau mengatakan sesuatu, Kujou-san?"

Izumi merasa gadis itu mengatakan sesuatu, jadi dia bertanya sambil menatap gadis itu dengan bingung.

"Tidak ada!"

Berbeda dari reaksi yang ia harapkan. Gadis itu mendengus ke arah Izumi. Tapi, jika dilihat lebih dekat, Izumi akan menyadari jika pipi gadis itu sedikit memerah.

Alisa Mikhailovna Kujou.

Dia adalah gadis yang memiliki darah Rusia-Jepang, dan merupakan teman sekelas Izumi di tahun pertama.

Alisa, dia sebenarnya tidak banyak berinteraksi dengan Izumi. Keduanya hanya terlibat percakapan beberapa kali sebelumnya. Tapi, entah kenapa hari ini Izumi merasa Alisa bersikap sedikit proaktif?

Izumi tidak tahu alasannya. Apakah itu karena penampilannya yang sekarang?

Hanya saja, Izumi tidak berniat menggali lebih dalam, dia mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan melihat apakah ada pesan lain dari Grup Chat.

Tapi, sepertinya dia berharap terlalu banyak. Karena mereka bilang akan pergi sekolah, Grup Chat menjadi sepi hingga beberapa waktu.

Sepertinya Ryuu dan Shuuka yang tidak sekolah juga sedang melakukan pekerjaan mereka.

Menyimpan ponselnya kembali, Izumi berniat menghabiskan waktu dengan membaca buku. Tapi, dia tidak menyangka jika Alisa akan mengajaknya berbicara tiba-tiba.

"Hei ...." Suara Alisa sangat pelan, yang mana hal ini membuat hanya Izumi, yang duduk di sebelahnya mendengar suaranya.

"Hm? Kau memanggilku, Kujou-san?" Izumi menatap Alisa dengan bingung.

Selama ini, Alisa tidak pernah mengambil inisiatif untuk berbicara dengannya, dan hari ini entah kenapa dia bersikap berbeda dari dirinya yang biasa.

"Kau ..., kenapa kau memanggilku seperti itu?"

Alisa menyipitkan matanya saat dia menyapa Izumi.

Entah kenapa, gadis ini tiba-tiba terlihat kesal kepadanya, dan Izumi tidak tahu karena apa dia kesal.

Panggilan ....

Nama panggilan ...?

Bukankah memang banyak orang memanggilnya 'Kujou-san'?

Izumi memanggilnya begitu juga karena banyak orang yang memanggil Alisa seperti itu.

Tapi, entah kenapa hari ini Alisa terlihat kesal saat dia memanggilnya seperti itu.

"Eh, apa maksudmu?" Izumi bingung. Apakah dia sudah melakukan kesalahan?

"[Menyebalkan!]" Alisa bergumam sekali lagi, kali ini dia memiliki ekspresi kesal di wajahnya, "[Kau harusnya memanggilku Alya!]"

"Um ..., bisakah kau berbicara dengan bahasa Jepang? Aku tidak bisa mengerti apa yang kau katakan ...."

Izumi terdiam. Gadis ini entah kenapa suka mengatakan sesuatu dalam bahasa Rusia!

Hei! Aku tidak pernah belajar bahasa Rusia di sini! Bisakah kau mengatakan sesuatu dengan bahasa yang aku pahami?!

Meski begitu, mendengar keluhan Izumi, Alisa bukannya mengatakan sesuatu dengan bahasa Jepang, tapi hanya berkata dalam bahasa Rusia sekali lagi.

"[Imut sekali]"

Sudut bibir Alisa melengkung saat dia menatap Izumi.

"[Lihat wajahnya yang terlihat bingung itu. Dia benar-benar terlihat imut]"

Oke, sekarang Alisa benar-benar menggoda Izumi.

Mengingat Izumi tidak bisa bahasa Rusia, Alisa semakin banyak mengatakan sesuatu dalam bahas Rusia. Dia tidak merasa malu untuk mengatakan sesuatu yang memalukan. Kenapa? Karena tidak ada yang akan mengerti apa yang ia katakan jika dia mengatakannya dalam bahasa Rusia.

Itulah kenapa Alisa begitu percaya diri saat ini.

Menatap Izumi yang kesulitan memahami maksud perkataannya, dan ekspresi wajahnya yang kaku dengan bibirnya yang berkedut ..., Alisa merasa bisa tersenyum sepanjang waktu saat dia menatap wajahnya!