webnovel

And Ran Into Someone From The Past

Atau seharusnya begitu, jika saja bukan karena apa yang didengarnya—suara Xie Qingcheng yang terdengar melalui dinding.

"Tidak apa-apa, aku akan mengantarmu," kata Xie Qingcheng.

"Ge, sebaiknya kau tidur lagi. Semalam kau hampir tidak tidur sama sekali."

"Cukup omong kosongnya, ayo pergi. Aku tidak ada pekerjaan hari ini, aku bisa beristirahat setelah kembali." Xie Qingcheng terdiam sejenak sebelum bertanya, "Di mana kopermu?"

"Di lemari."

"Perlukah kau membawanya sekarang? Atau kau akan kembali untuk mengambilnya nanti?"

"Aku tidak akan kembali. Aku langsung pergi dari lokasi syuting setelah pengambilan gambar. Ibuku bilang kakekku akan datang ke Huzhou malam ini."

"Baiklah," kata Xie Qingcheng. "Aku akan menyimpannya untukmu. Ayo pergi."

Pintu terbuka, lalu tertutup kembali. Suara langkah kaki dua orang, disertai dengan gesekan samar roda koper di lantai, perlahan menghilang ke kejauhan.

He Yu tiba-tiba duduk tegak di tempat tidurnya, rambutnya acak-acakan.

Dia tidak salah dengar—Xie Qingcheng sedang mengantar Chen Man ke Grup B.

Kemarin, Chen Man datang menemui Xie Qingcheng, dan hari ini Xie Qingcheng mengantarnya pergi.

Sialan, homoseksual menjijikkan itu masih saja harus membuatnya muak sebelum pergi.

Keinginan He Yu untuk tetap berbaring dan berpura-pura mati seketika lenyap. Meskipun tubuhnya masih terasa panas dengan demam dan amarah yang membara di dalam hatinya, dia memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan kamarnya.

Dia ingin pergi ke lokasi syuting juga.

Adegan terakhir yang dibimbing secara teknis oleh Chen Man berlokasi di sebuah akademi kepolisian. Adegan ini melibatkan ratusan figuran yang semuanya memerlukan supervisi dan difilmkan langsung di kampus akademi kepolisian terdekat.

Saat He Yu selesai bersiap dan tiba di lokasi syuting, sinar pertama fajar mulai muncul di cakrawala. Mereka baru saja menyelesaikan pengambilan gambar untuk satu bagian, dan sementara kru sedang mengatur adegan berikutnya dengan sekelompok figuran, yang lainnya tengah beristirahat.

Lokasi itu begitu ramai hingga He Yu tidak langsung melihat Xie Qingcheng. Baru setelah ia mengitari seluruh area, akhirnya ia menemukan pria itu berdiri bersama Chen Man di bawah pohon plum putih.

Xie Qingcheng berdiri membelakanginya, berbicara dengan Chen Man di bawah langit fajar yang dihiasi awan berwarna merah muda.

He Yu berada cukup jauh sehingga hanya bisa menangkap potongan-potongan samar dari percakapan mereka.

"… Tidak apa-apa, ge—ini hanya sebuah adegan, dan wajahmu tidak akan terekam dalam gambar."

Xie Qingcheng mengatakan sesuatu, tetapi He Yu tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

Chen Man tersenyum semakin lebar. "Anggap saja ini sebagai menghiburku, sebagai hadiah untuk menyelesaikan bagianku dalam film ini?"

Kali ini, suara Xie Qingcheng terdengar jelas. "Kau bukan aktor, untuk apa kau butuh hadiah akhir syuting?"

Hadiah macam apa yang diminta Chen Man?

Saat He Yu melangkah lebih dekat, semuanya menjadi jelas.

Pada saat yang sama, Xie Qingcheng juga kebetulan berbalik—yang terlihat bukan lagi siluet tegapnya dari belakang, melainkan wajah tampannya yang sekarang sepenuhnya terlihat.

He Yu seketika berhenti di tempat.

Xie Qingcheng sedang mengenakan seragam polisi.

Topinya sedikit ditarik ke bawah, menyembunyikan matanya yang gelap dan jauh di balik bayangan tepinya. Sabuk perak yang melilit pinggangnya semakin menegaskan garis tegas tubuhnya. Seragam musim dingin berwarna biru tua itu membuat sosoknya tampak luar biasa tinggi dan ramping, menajamkan auranya yang dingin dan serius hingga benar-benar mengintimidasi.

Saat Xie Qingcheng berbalik di bawah pohon plum putih, sulit untuk mengatakan mana yang lebih dingin—bunga-bunga yang tertiup angin atau pria itu sendiri.

Angin bertiup saat Xie Qingcheng berbalik, menggugurkan kelopak-kelopak plum yang melayang turun seperti salju putih murni, menempel lembut di seragamnya. Ketika ia menoleh ke samping, pandangannya secara tidak sengaja bertemu dengan He Yu. Xie Qingcheng sedikit terkejut, tetapi segera mengangkat tangan untuk merapikan topinya, lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali, seolah-olah tidak ingin melihatnya sama sekali.

He Yu tidak perlu berpikir keras untuk memahami mengapa Xie Qingcheng mengenakan pakaian seperti ini—

Meskipun para aktor perlu menjalani proses tata rias dan kostum sebelumnya, membuat mereka terlihat seperti mahasiswa akademi kepolisian modern sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan banyak usaha. Terutama untuk seseorang seperti Xie Qingcheng, yang terlihat cocok dalam pakaian apa pun; hanya dengan berganti pakaian, dia sudah siap untuk peran tersebut.

Awalnya, dia datang hanya untuk menemani Chen Man. Namun, merasa canggung jika hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa, dia akhirnya setuju menjadi figuran dalam adegan tersebut sebagai bantuan kecil untuk Chen Man. Bagaimanapun, dia hanya mengisi tempat dalam bidikan sudut lebar, sehingga wajahnya tidak akan terlihat jelas.

Seandainya dia diminta memerankan peran kecil lainnya, Xie Qingcheng mungkin tidak akan menyetujuinya. Tetapi seragam biru tua ini adalah impian masa mudanya—impian yang akhirnya ia tinggalkan. Setidaknya, mengenakan seragam ini dalam produksi film ini bisa menjadi cara untuk menenangkan obsesinya yang lama.

He Yu sudah terbiasa melihatnya dalam jas dokter—penampilan yang membuatnya terlihat sangat intelektual. Meskipun sosoknya dalam mantel putih itu dingin seperti es, ada semacam aura suci dan murni yang terpancar darinya.

Namun, He Yu tidak pernah membayangkan bahwa seragam polisi justru lebih cocok untuknya.

Xie Qingcheng terlalu tegap dan berwibawa—dari bahu epaulet, sabuk, kancing perak, hingga setelan biru gelap yang formal, semuanya seakan berpadu sempurna dengan auranya yang kompeten dan kuat. Tidak seperti jas dokter yang longgar, seragam polisi lebih pas di tubuh, menonjolkan garis bahunya yang lebar serta kakinya yang panjang.

Dia seperti belati yang membeku dalam malam musim dingin—tajam dan dingin, dengan cahaya bulan yang berkilauan di bilah esnya.

Demam akibat penyakit mentalnya masih membuat suhu tubuh He Yu tinggi, tetapi karena dia sudah terbiasa dengan panas semacam ini, itu tidak banyak berpengaruh padanya.

Namun, saat ini, rasanya seolah seluruh darah dalam tubuhnya mendidih panas.

Xie Qingcheng mengenakan seragam ini atas permintaan Chen Man.

Dia mengenakannya untuk diperlihatkan kepada Chen Man.

Jika He Yu tidak mengikuti mereka ke sini, dia tidak akan pernah bisa menyaksikan pemandangan luar biasa ini.

Pikiran itu terus menggerogoti hatinya.

Jadi, meskipun ekspresi Xie Qingcheng jelas menunjukkan 'Jangan bawa omong kosongmu padaku,' He Yu tetap melangkah mendekatinya.

"Xie Qingcheng."

Chen Man menoleh, senyum di wajahnya langsung mengeras begitu melihatnya. "Ada urusan apa?"

He Yu sama sekali tidak menggubrisnya. Dia berjalan mendekat, berhenti hanya satu langkah di depan Xie Qingcheng, lalu menatap pria itu dari balik bulu matanya yang menunduk.

Kemudian dia mengangkat tangannya…

Plak.

Xie Qingcheng menangkap pergelangan tangannya.

Dalam seragam biru tua yang megah, aura Xie Qingcheng terasa lebih tajam dari biasanya. Dia menatap He Yu dan bertanya dengan dingin, "Ada urusan apa?"

He Yu tetap tenang, membiarkan pergelangannya berada dalam genggaman Xie Qingcheng.

Dia sakit. Seluruh tubuhnya terasa terbakar.

Dia tidak percaya Xie Qingcheng tidak bisa merasakan panas itu saat memegang pergelangannya.

Mereka saling menatap, begitu saja.

He Yu tidak tahu apakah hati Xie Qingcheng sudah benar-benar membeku—panas tubuhnya yang membara akibat demam dan penyakitnya seharusnya menjalar langsung ke dada Xie Qingcheng—tetapi pria itu tidak menanyakannya sama sekali.

He Yu menunggu lama.

Namun, Xie Qingcheng tidak menanyakan apa pun.

Satu-satunya kata yang keluar dari mulutnya hanyalah kalimat yang sama seperti yang diucapkan Chen Man sebelumnya—

"Ada urusan apa?"

Saat itu, aroma samar bunga plum putih menguar di udara di antara mereka.

Akhirnya, He Yu tersenyum tipis. Suaranya penuh dengan kesombongan sekaligus kepasrahan saat ia berkata, "Tidak apa-apa. Bukan apa-apa."

Dia melepaskan tangannya dari genggaman Xie Qingcheng, lalu dengan santai memetik kelopak plum dingin yang jatuh di bahu pria itu.

"Aku hanya melihat ada bunga jatuh di pundakmu."

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan pergi, masih menggenggam kelopak bunga plum di antara jarinya. Seolah lupa untuk membuangnya, ia malah menyelipkannya ke dalam saku.

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

Pengambilan gambar untuk adegan besar ini berlangsung lama. Kedatangan He Yu yang mendadak membuat sutradara kreatif segera mengatur tempat duduk untuknya di dalam tenda.

Namun, karena kondisinya yang memburuk, He Yu sedang dipenuhi dengan dorongan haus darah yang luar biasa. Memaksanya duduk di tengah kerumunan hanya akan seperti melemparkan vampir ke sekumpulan manusia hidup. Dengan dingin, dia menolak tawaran itu.

Bagaimanapun, dia tidak akan bisa melihat Xie Qingcheng di tengah kerumunan selama proses syuting. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk pergi ke lokasi lain—

Grup A sedang merekam adegan pertempuran dengan ledakan di bagian lain akademi kepolisian.

Keputusan ini terbukti tepat. Meskipun adegan yang direkam oleh Grup A hari ini tidak melibatkan banyak orang atau set yang luas, kontennya sangat brutal dan mendebarkan.

Dalam adegan ini, para tokoh utama terjebak dan dikepung oleh para pengejar mereka. Suara tembakan bergema, bilah-bilah pisau berkilat, dan darah berceceran ke mana-mana.

Beberapa adegan diambil dalam close-up ekstrem, di mana karena pergerakan kamera yang terlalu dekat, darah palsu bahkan mengenai lensa langsung—membentuk pemandangan brutal yang bercampur dengan cahaya, seolah langit berbintang yang ternoda darah.

Seperti obat penenang, melihat adegan-adegan ini sedikit meredakan gejala penyakit He Yu. Maka, ketika sutradara berteriak "cut" dan kamera kembali ke posisi semula, ia bangkit dan berjalan santai di sekitar lokasi syuting.

Meskipun darah yang mengotori tanah itu palsu, hanya dengan melihatnya saja, hatinya terasa lebih tenang.

Saat ia berjalan tanpa tujuan di antara set, matanya secara tidak sengaja menangkap sosok seorang figuran.

Seorang wanita dengan rambut yang sebagian besar telah memutih. Dia mengenakan jaket katun bermotif bunga dan berperan sebagai warga yang berlarian menyelamatkan diri di tengah kekacauan.

Tatapan He Yu tertahan sejenak di wajahnya. Entah mengapa, wanita ini tampak familiar.

Namun, ada banyak orang di dunia dengan wajah yang mirip, jadi He Yu tidak terlalu memikirkannya dan kembali mengalihkan pandangannya.

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

Beberapa detik kemudian—

Mendadak, He Yu terhenti!

Sebuah ingatan muncul di benaknya, sejelas kilatan cahaya.

Dia langsung menoleh kembali, menatap tajam wajah wanita itu.

Tidak mungkin salah…!!

Banyak waktu telah berlalu—dibandingkan saat itu, wanita ini tampak lebih tua dan putus asa. Kerutan di wajahnya semakin dalam, membuat fitur wajahnya tampak lebih kabur.

Namun, He Yu tetap mengenalinya.

Karena dia terlalu sering menonton video dari menara siaran itu—video Xie Qingcheng—berulang kali.

Yang mengejutkan, wanita ini—

Adalah 'pasien' yang pernah terlibat perdebatan sengit dengan Xie Qingcheng dalam video dari masa lalu itu!!!

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

Sebagian besar figuran biasanya menghabiskan waktu istirahat mereka dengan bermalas-malasan. Wanita ini pun tak jauh berbeda.

Meskipun tidak berpendidikan, wanita itu menyukai dunia akting. Setelah melarikan diri dari pernikahan yang tidak bahagia dan meninggalkan kampung halamannya hampir tiga dekade lalu, dia belum pernah kembali.

Ketika pertama kali tiba di kota, dia masih dipenuhi semangat, berharap suatu hari bisa terkenal dan menjadi nama yang dikenal banyak orang.

Namun, tidak semua orang ditakdirkan menjadi pemeran utama. Seumur hidupnya, dia hanya menjadi pemain figuran.

Satu-satunya momen di mana dia mendapat perhatian publik adalah setelah insiden di menara siaran, ketika video viral yang menampilkan perselisihannya dengan seorang dokter menyebar luas di internet.

Wanita itu buta huruf—dia tidak bisa membaca dan jarang menjelajahi dunia maya. Selain itu, sebagai seseorang yang tumbuh di desa, dia masih memiliki kesederhanaan khas orang desa. Dia tidak cukup gila untuk mencoba memanfaatkan video itu demi ketenaran.

Namun, dia tetap senang menceritakan pengalaman itu kepada orang-orang di sekitarnya.

"Kalian pernah lihat video itu? Orang yang bertengkar dengan dokter itu—itu aku…"

Jika ada yang bertanya lebih lanjut karena penasaran, dia akan mulai menjelaskan dengan logat pedesaannya yang kental.

"Saat itu, aku juga sangat takut… tapi…"

Namun, karena aksennya yang berat dan caranya berbicara yang berantakan, banyak orang enggan mendengar ceritanya sampai selesai.

Bahkan mereka yang bersabar mendengarkannya sampai akhir sering kali kesulitan memahami apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan.

Karena itu, rasa ingin tahu orang-orang yang awalnya besar perlahan berubah menjadi ketidakpedulian.

Akhir-akhir ini, para pemain figuran lain mulai menjulukinya 'Bibi Xianglin.'

Mereka sering menggodanya, "Bibi Xianglin, waktu itu kau ke dokter karena apa?"

"Tidak sesederhana itu—"

Awalnya, wanita itu berusaha keras menjelaskan dengan cemas.

Namun, lama-kelamaan, dia sadar bahwa tidak ada yang benar-benar percaya padanya. Mereka hanya sekadar menjadikannya bahan olokan.

Jadi, dia hanya tersenyum—kerutan di wajahnya dipenuhi rona merah janggal, dan kata-katanya terhenti di tenggorokan.

"Dia benar-benar mirip dengan Bibi Xianglin saat merasa malu." Beberapa orang bergumam sambil menatapnya.

Wanita itu sadar betul bahwa bekerja di lokasi syuting bisa sangat melelahkan, terutama dengan pengambilan gambar yang terus berulang.

Jadi, saat kamera sedang kembali ke posisi semula, dia memanfaatkan waktu ini untuk duduk di tempat teduh di lorong.

Baginya, menghemat tenaga jauh lebih penting daripada memikirkan apakah lantai itu kotor atau tidak.

Tiba-tiba, seseorang memanggilnya dengan suara pelan.

"Halo."

Terkejut, dia menoleh dan melihat wajah He Yu.

Hanya dengan melihat wajahnya saja, dia tahu pemuda ini berasal dari kelas sosial yang jauh berbeda dalam hierarki produksi ini.

Tahun-tahun hidup dalam kesulitan telah membuatnya mengembangkan naluri menyedihkan—harga dirinya yang tumpul membuatnya refleks bereaksi panik saat melihat orang berpengaruh.

Dia buru-buru berdiri, tergagap meminta maaf.

"Ah, maaf sekali, saya akan pergi sekarang!"

Dia mengira bahwa dirinya telah menghalangi jalannya, atau mungkin tempatnya duduk mengganggu proses syuting.

Namun, He Yu menghentikannya.

"Tolong tunggu sebentar."

Wanita itu semakin ketakutan.

Dia menatap He Yu dengan cemas.

Sampai akhirnya, pemuda itu berkata:

"Jika boleh saya bertanya—Anda adalah pasien yang dipermalukan oleh Dokter Xie dalam video insiden menara siaran itu, bukan?"

Wanita itu: "..."

"Anda benar, bukan?"

Wanita itu terdiam lama, menatap He Yu tanpa berkedip sebelum akhirnya sadar dan menjawab.

"Iya… Saya memang orang itu… Tapi, Anda siapa…?"

Setelah beberapa detik keheningan, He Yu tersenyum.

"Ada sebuah kafe di luar akademi kepolisian ini—bolehkah saya mentraktir Anda secangkir kopi? Saya ingin menanyakan beberapa hal kepada Anda."

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

Kafe itu sangat sepi karena mereka telah melewatkan jam sibuk pagi.

He Yu memilih tempat duduk di sudut paling jauh.

Seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka, tetapi dia menatap pasangan yang tampak aneh itu dengan ekspresi bingung.

Seorang wanita tua berpenampilan lusuh, dengan wajah sederhana yang dihiasi ketakutan, duduk berhadapan dengan seorang pemuda tampan yang berpakaian sempurna dan rapi.

Mereka tidak terlihat seperti ibu dan anak.

Tapi mereka juga tidak tampak seperti seorang wanita kaya dengan gigolonya.

Akhirnya, si pelayan bertanya ragu-ragu,

"Apakah kalian berdua datang bersama?"

Kegugupan itu semakin memperdalam kerutan di wajah wanita tua tersebut.

Dipadukan dengan rona merah di wajahnya, dia tampak seperti buah kenari kering dengan kulit ungu yang kisut.

Tanpa mengubah ekspresinya, He Yu melirik pelayan itu dengan dingin.

"Ya. Tolong buatkan dua cangkir kopi."

Tatapan tajamnya begitu mendominasi.

Pelayan itu langsung terintimidasi, tidak berani bertanya lebih lanjut.

Tak lama kemudian, dua cangkir kopi panas telah disajikan di hadapan mereka.

Saat itu, wanita tua itu mulai memahami maksud He Yu menemuinya.

Dengan gelisah, dia berkata,

"Uhm… Saya juga tidak bisa mengatakan banyak… Saya sudah berjanji kepada dokter itu…"

"Tak masalah."

He Yu menyodorkan tempat gula kepadanya dan tersenyum lembut.

"Seberapa banyak pun yang ingin atau bisa Anda ceritakan, saya akan mendengarkannya."

Wanita tua itu menjilat bibirnya, seolah tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat kering.

Dia menunduk, berpikir cukup lama.

Akhir-akhir ini, dia memang sering menceritakan video itu kepada siapa saja yang mau mendengar.

Tapi, sejujurnya, dia tidak pernah benar-benar mengatakan apa yang sebenarnya harus dirahasiakan.

Meski dia juga tidak benar-benar mengerti alasan dokter itu menyuruhnya bertindak seperti itu,

Namun karena dia sudah menerima uangnya, dia merasa harus menepati janji dan menjalankan perannya dengan benar.

Tidak peduli seberapa lambat pikirannya, dia bisa merasakan bahwa pemuda di hadapannya ini berbeda dari para pemeran figuran yang biasa dia temui.

Dia bukan sekadar pendengar iseng yang mencari hiburan dari kisahnya.

Sebaliknya, pemuda ini benar-benar peduli dengan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi.

Sebagai konsekuensinya, hal ini justru membuatnya tidak tahu harus mulai dari mana. Dengan gugup, ia mengambil cangkir kopinya dan menyesapnya, hanya untuk menyadari bahwa rasanya terlalu pahit, hampir saja ia tersedak.

"Uhuk… uhuk… uhuk…"

"Bibi, ini, gunakan ini untuk mengelapnya." He Yu menyerahkan serbet padanya.

Bahkan telinga wanita itu pun memerah. "Maaf…"

"Tidak, ini salahku karena kurang perhatian. Anda tidak menyukai ini, bukan?" He Yu memanggil pelayan kembali dan menukar kopi wanita itu dengan secangkir teh hangat.

Sepanjang waktu, ia tidak pernah mencoba mendesaknya, sehingga wanita itu perlahan mulai merasa sedikit lebih tenang.

Ia berpikir dengan saksama. Menghadapi seseorang yang benar-benar ingin mendengarkan, ia justru merasa ragu secara tak terduga. "… Sejujurnya, aku tidak bisa memberitahumu apa pun… meskipun aku juga tidak tahu pasti apa yang sebenarnya ingin dia lakukan… tetapi dia memintaku untuk merahasiakannya."

"Tidak masalah. Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengajukan beberapa pertanyaan? Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengangguk atau menggeleng. Jika Anda tidak bisa melakukan keduanya, anggap saja ini sebagai aku mentraktir Anda minuman—Anda tidak perlu terlalu serius—apakah itu bisa?"

Wanita itu menggosok kakinya dengan gelisah di bawah meja.

Sebenarnya, menghadapi wanita yang jujur dan polos seperti ini sangatlah mudah.

He Yu berkata, "Bibi, tadi Anda mengatakan bahwa dokter itu meminta Anda untuk merahasiakannya, tetapi dalam video, kalian berdua tampak bertengkar—bisakah aku menganggap bahwa pertengkaran itu sebenarnya hanya rekayasa?"

Wanita itu terdiam. "..."

"Pada hari Anda muncul di luar departemennya, menurut beberapa diskusi terbaru di internet, perilaku Anda sangat mencurigakan. Rupanya, Anda mendaftar untuk janji temu di departemen ginekologi, tetapi justru terus berkeliaran di sekitar departemen psikiatri, sehingga menarik kecurigaan dokter yang bertugas. Ia melihat bahwa bukan hanya Anda memiliki nomor pendaftaran yang salah, tetapi nomor tersebut juga sudah kedaluwarsa. Namun, Anda tetap tidak mengunjungi departemen ginekologi dan malah bersikeras berada di depan pintu kantornya. Oleh karena itu, ia mengira Anda mungkin memiliki masalah kesehatan mental dan memanggil petugas keamanan untuk membawa Anda pergi—dan saat itulah kalian berdua terlibat perselisihan."

He Yu menatapnya melalui uap yang naik dari cangkir kopinya. "Dalam hal ini, pada saat itu, apakah Anda benar-benar mengalami gangguan mental?"

Pada akhirnya, wanita itu adalah orang yang jujur, sehingga ia segera mengibaskan tangannya. "Tidak. Aku tidak sakit."

"Lalu, mengapa Anda pergi ke rumah sakit dan duduk di depan ruang konsultasinya?"

"..."

"Apakah Anda sedang merencanakan keributan medis?"

Tentu saja, He Yu tahu bahwa bukan itu masalahnya, tetapi wanita itu mulai panik.

Wanita itu berkata, "A-aku tidak pernah melakukan hal yang tidak bermoral. Aku mungkin miskin, tapi aku tidak akan mencari masalah dengan dokter yang sedang merawat pasien."

He Yu menatapnya. "Bibi, Anda sepertinya sama sekali tidak membencinya, padahal saat itu, dia berbicara dengan Anda dengan sangat tidak masuk akal dan bahkan memanggil petugas keamanan untuk membawa Anda pergi. Tapi reaksi Anda sekarang… Anda tidak bisa banyak bicara karena harus menjaga rahasianya."

"..."

Dengan tenang, He Yu berkata, "Anda benar-benar tidak pandai berbohong."

Wajah wanita itu semakin memerah saat ia menatapnya dengan rasa malu.

"Anda seorang aktris, bukan? Bolehkah aku membuat sebuah dugaan?" tanya He Yu.

Wanita itu tidak mengatakan apa pun, kepalanya tertunduk rendah seolah ingin menyembunyikannya di dadanya.

Namun, bahkan dalam sikapnya yang seperti burung unta itu, ia tidak bisa menghindari suara lembut He Yu.

"Mungkinkah Dokter Xie meminta Anda bekerja sama dengannya untuk mencapai suatu tujuan tertentu—dia secara khusus meminta Anda menunggu di depan ruang konsultasinya untuk berpura-pura memainkan sebuah sandiwara yang telah kalian sepakati sebelumnya?"

"Dia tidak memberi tahu Anda apa tujuan yang ada dalam pikirannya—dia hanya meminta Anda untuk tidak memberitahukan kebenarannya kepada siapa pun. Anda menerima uangnya, melakukan apa yang diperintahkan, lalu pergi sesuai dengan instruksinya. Bertahun-tahun berlalu, dan ketika Anda hampir melupakan kejadian ini sepenuhnya, video dari kasus pembunuhan di menara siaran tiba-tiba menjadi viral. Saat itulah Anda mengingat kembali pekerjaan yang pernah Anda lakukan di masa lalu."

"Bibi, apakah ini yang sebenarnya terjadi?"

Mata wanita itu membelalak karena terkejut. Dengan setiap kalimat yang diucapkan He Yu, matanya semakin membesar, hingga akhirnya tampak seolah-olah hampir keluar dari rongganya. "I-ini… kau… bagaimana bisa… bagaimana…"

Ia ingin mengatakan, Bagaimana bisa kau memahami semuanya dengan begitu jelas?

Namun, karena terlalu terkejut, ia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya dalam waktu yang cukup lama.

"..."

Namun, He Yu tidak memerlukan jawaban lain darinya. Ekspresinya berubah sangat serius, dan sorot matanya menjadi sangat gelap.

Ia sudah mendapatkan jawaban yang dicarinya hanya dari ekspresi wajah wanita itu.

Footnote :

1. Fenomena meluasnya kekerasan terencana, Terencana dan terorganisir terhadap praktisi medis (wikipedia)

2. Karakter dari cerita pendek karya Lu Xun yang sering mengulang kisah hidupnya sendiri (wikipedia)

borntobearichcreators' thoughts
Next chapter