♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛
Peringatan konten, mungkin mengandung spoiler untuk bab ini. Harap diperhatikan bahwa ini adalah versi tanpa sensor dan bukan versi yang tersedia di JJWXC.
🔞🔞🔞
♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛
Ruang ganti itu sempit dan sesak. Memasukkan dua pria dewasa yang sama-sama memiliki tinggi lebih dari 180 cm membuatnya terasa semakin pengap, seolah-olah setiap embusan napas panas dari salah satu dari mereka langsung dihirup oleh yang lain.
Setelah mengalami penderitaan sebelumnya, mana mungkin Xie Qingcheng mau terjebak di ruang tertutup sekecil ini bersama orang gila ini? Ia menepis tangan He Yu dengan kasar, menatapnya tajam dengan api kemarahan yang membara di matanya, lalu berkata dengan suara rendah, "Minggir."
He Yu melepaskannya, lalu menundukkan kepala dengan senyum samar. "Kenapa kau berhenti mengeringkan diri? Lanjutkan saja. Aku hanya akan menonton dari sini."
"Minggir."
"Tak perlu buru-buru. Lihat, rambutmu masih basah." He Yu kembali mengulurkan tangan, ujung jarinya menyentuh helaian rambut Xie Qingcheng yang masih meneteskan air. Namun, pria itu segera menepisnya.
He Yu tidak peduli—bahkan bulu matanya tak berkedip sedikit pun saat jarinya perlahan turun, menyentuh bagian kemeja yang terbuka dan akhirnya bersentuhan dengan pinggang Xie Qingcheng yang ramping.
Seketika, sensasi listrik yang menggetarkan menjalar dari dalam perutnya, berubah menjadi gelombang panas yang membakar. Kenangan liar dari malam itu membanjiri pikirannya sekali lagi.
Tatapan He Yu tertuju pada perut Xie Qingcheng, hingga bahkan sudut matanya pun memerah tanpa sadar. Suaranya turun menjadi lebih dalam saat ia berbisik, "Di sini juga masih basah."
Terkejut oleh sentuhan He Yu di pinggangnya, Xie Qingcheng tiba-tiba merasakan seberkas ketakutan.
Namun, ia terbiasa bersikap tenang dan jarang sekali kehilangan kendali. Baginya, tindakan seperti berteriak atau meledak dalam amarah adalah sesuatu yang tidak pantas. Maka, suaranya tetap rendah—hanya saja kini jauh lebih tajam, seperti belati yang baru saja dicabut dari sarungnya, siap menusuk tepat ke leher He Yu.
"Minggir dari jalanku!"
"Mm. Aku akan minggir... Agar kau bisa pergi mencari babi itu?"
"Babi…" Xie Qingcheng terdiam sejenak sebelum menyadari bahwa He Yu sedang membicarakan Chen Man.
Kata-kata kasar dan merendahkan seperti babi seharusnya tidak keluar dari mulut seseorang yang berpendidikan seperti He Yu.
Namun, keanggunan dan kesopanan He Yu hanyalah lapisan tipis di permukaan. Pada dasarnya, ia hanyalah seekor binatang.
Xie Qingcheng menyipitkan mata. "Kau mengawasi kami sepanjang waktu?"
Kami.
Jadi, mereka berdua dianggap sebagai suatu kami, huh?
Sekelebat amarah yang gelap dan dingin kembali membuncah di dalam diri He Yu.
Ia mengingat kembali berbagai kejadian di masa lalu—dari saat ia menyampirkan mantel di bahunya di rumah sakit, hingga meneleponnya setiap kali sesuatu terjadi.
Pria macam apa yang normal akan peduli pada pria lain yang bahkan lebih tua darinya seperti itu?
Betapa bodohnya ia karena tidak menyadarinya lebih cepat! Ia bahkan pernah makan bersama orang ini—dan benar-benar menikmati percakapan dengannya.
Saat He Yu menahan amarah yang membara di dalam hatinya, dadanya terasa semakin sesak, nyaris tak tertahankan. Ia menatap Xie Qingcheng selama beberapa detik sebelum akhirnya membuka mulut dengan suara dingin yang menggigit.
"Xie Qingcheng, kau benar-benar idiot. Babi itu hanyalah orang gila yang mencoba memanfaatkanmu—mendekatinya sedekat itu, sebenarnya kau ingin dia melakukan apa padamu?"
Xie Qingcheng pun ikut tersulut emosi, yakin bahwa He Yu hanya mencari gara-gara.
"Jangan memproyeksikan pikiran busukmu ke orang lain. Omong kosong apa ini?"
Lava di hati He Yu bergolak saat ia menyipitkan mata, ekspresinya sulit dibaca. "Omong kosong? Jika bukan karena aku, dia pasti sudah menciumimu. Kau bahkan tidak tahu apa-apa, hanya tertidur lelap, sementara aku melihat semuanya dari belakangmu—"
"He Yu, kau sudah gila!" Xie Qingcheng benar-benar murka sekarang. "Dia, menciumku? Memangnya dia berapa tahun? Ada batas untuk delusimu! Kau benar-benar berpikir semua orang seberengsek dirimu?"
"Kau menyukainya?"
Xie Qingcheng menggertakkan giginya saat mengucapkan setiap kata. "Apa kau tidak sadar bahwa dalam kamus bahasa Mandarin modern ada kata yang disebut 'teman'?"
"Teman? Teman macam apa yang memperlakukanmu sebaik itu—meminta cuti hanya untuk menonton film bersamamu, khawatir kau kedinginan dan melepas mantelnya untuk menutupi tubuhmu? Gunakan otakmu sedikit, bisa?" Melihat Xie Qingcheng sama sekali tidak mempercayainya, He Yu semakin marah hingga rasanya asap hampir keluar dari telinganya. "Dia jelas menginginkanmu!"
"Omong kosong apa ini?" bentak Xie Qingcheng, geram. "Dia tidak seperti kau."
"Dia tidak seperti aku? Ya, Tuan Polisi Chen memang tidak seperti aku—cerah dan hangat, cerdas dan penurut—jadi kau memang menyukainya, bukan?"
"Aku tidak ada urusan denganmu." Xie Qingcheng sama sekali tidak ingin berdebat dengan orang gila ini dan mencoba pergi.
Namun, He Yu menghalangi jalannya, dan keduanya mulai bergumul dalam ruang yang sempit itu.
He Yu menekan pria yang telah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak selama berhari-hari. Ia mengerang karena pukulan yang diterimanya, tetapi tetap menahannya, sebelum akhirnya mencengkeram wajah Xie Qingcheng dan memaksanya menoleh. Dengan suara gelap, ia berkata, "Jika kau tidak menyukainya, jauhi dia. Aku bilang, dia itu menjijikkan!"
"Kau sudah benar-benar gila, He Yu? Seberapa dekat aku dengan siapa pun bukan urusanmu! Siapa kau bagiku?"
Wajah He Yu tiba-tiba menjadi kosong, tetapi justru semakin tanpa ekspresi, semakin menakutkan dirinya, pikirannya sulit ditebak. Ia menatap Xie Qingcheng lama sebelum tiba-tiba menyeringai—sebuah senyuman gelap dan dingin, dengan jejak kegilaan.
"...Sepertinya kau benar-benar sudah menopause. Pelupa sekali."
Tiba-tiba, ia mengangkat ponselnya di depan wajah Xie Qingcheng, menampilkan foto yang telah menemaninya melewati malam-malam penuh absurditas, lalu mendorongnya tepat ke depan matanya!
Xie Qingcheng awalnya tidak menyadari apa yang ditunjukkan padanya. Baru ketika matanya fokus, ia menyadari bahwa itu adalah foto dirinya sendiri!
Meskipun hanya potret bagian atas tubuhnya dan wajahnya yang tengah terlelap, begitu melihat bekas-bekas ciuman di tulang selangka dan sepanjang lehernya, Xie Qingcheng langsung teringat betapa intensnya malam itu. Seketika, warna merah menjalari telinganya, seakan-akan hasrat yang dulu terjalin kini melompat keluar dari layar. Hanya butuh satu detik baginya untuk mengenali bahwa itu adalah foto dari malam itu.
Sebuah foto yang diambil setelah ia dan He Yu menghabiskan malam bersama.
Kepalanya berdengung, suara samar terdengar di telinganya.
Kemarahannya meledak begitu hebat hingga seakan membakar seluruh kepalanya. Wajah Xie Qingcheng berubah dari pucat menjadi merah, semburat panas menjalar dari sudut matanya hingga ke dasar telinganya. Ia berusaha merampas ponsel itu, tetapi He Yu sudah lebih dulu mengantisipasinya. Dengan mudah, ia menghindar dan menekan Xie Qingcheng dengan kuat.
"…Apa maumu!" Xie Qingcheng terlihat seperti ingin menghancurkan giginya sendiri karena menahan amarah.
"Awalnya, aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Tapi—"
He Yu menyelipkan jemarinya ke dalam rambut hitam lembut Xie Qingcheng, memaksanya untuk menatap bukti yang terpampang di layar ponselnya.
Dengan tatapan kelam, He Yu menelusuri ekspresi Xie Qingcheng. Setelah jeda yang panjang, ia kembali berbicara.
"Sekarang aku sadar bahwa kegunaannya lebih dari sekadar suvenir. Sepertinya ini bisa menjadi obat untuk Alzheimer-mu."
"..."
"Bukankah kau lupa siapa aku bagimu sebelumnya? Bukankah kau lupa apa yang terjadi malam itu?"
"Tapi begitu kau melihat foto ini, kau langsung ingat siapa yang membuat malam itu begitu menyenangkan bagimu, untuk seseorang yang sudah begitu lama kering dari sentuhan. Ini lebih efektif daripada obat apa pun."
"..."
He Yu menyeringai, suaranya terdengar rendah dan berbahaya.
"Xie-ge, sekarang kau mau mengakuiku?"
Nada suara pemuda itu, ditambah dengan gambar di ponsel, membuat mata Xie Qingcheng memerah karena amarah. Xie Qingcheng telah melalui banyak hal, tetapi ini adalah pertama kalinya ia menghadapi sesuatu yang begitu biadab—bahkan dirinya sendiri tidak tahu bagaimana harus bereaksi.
Ia ingin memalingkan wajah, tetapi He Yu tidak membiarkannya. Dengan brutal dan tanpa belas kasihan, He Yu menarik rambutnya, memaksanya untuk menatap lurus ke arahnya. Maka, Xie Qingcheng memilih untuk menutup matanya, bulu matanya bergetar halus.
"He, Yu…"
"Mm. Desahkan lagi, aku suka suaranya."
Mata Xie Qingcheng langsung terbuka lebar, sorotannya sangat berbahaya. "Kau gay?"
"Tidak," He Yu menjawab tanpa ragu.
"Tidak? Kalau begitu berhentilah bertingkah seperti ini! Apa lagi yang kau inginkan? Kalau pun dulu aku menyakitimu, membuatmu marah, bukankah kita sudah impas? Bisa tidak kau enyah dari hadapanku? Pergi!"
Dengan wajah yang pucat karena marah, Xie Qingcheng menghantam dada He Yu dengan tinjunya. Ia sudah tidak peduli apakah dirinya sendiri akan terluka atau tidak. Ia melepaskan cengkeraman tangan He Yu dengan kasar, lalu berbalik dan melangkah pergi tanpa peduli dengan pakaiannya yang masih tertinggal.
Namun, baru saja ia menyentuh tirai beludru ruang ganti, sebuah tangan tiba-tiba mencengkeramnya dari belakang dan dengan cepat menarik tirai itu hingga tertutup rapat.
Pada saat itu, lampu sensor gerak yang sudah terbiasa dengan keberadaan mereka mendadak padam, membuat ruangan itu seketika jatuh dalam kegelapan pekat—seperti sarang naga jahat tanpa cahaya sedikit pun, hanya dipenuhi dengan suara napas pemuda itu yang terdengar rendah dan berat.
Dalam kegelapan, mata He Yu berkilat tajam seperti serigala yang mengincar mangsanya. Ia bergerak semakin dekat ke arah Xie Qingcheng, tangannya perlahan meluncur turun—
Klik.
Xie Qingcheng mendengar suara pengait tirai yang dikunci dari belakangnya. Itu hanya suara yang sangat pelan, tetapi cukup untuk membuat bulu kuduknya berdiri.
"Kau pikir aku tidak ingin mengakhiri semua ini?" He Yu menyipitkan matanya.
Satu-satunya cahaya di ruangan itu kini berasal dari lingkaran lampu-lampu kecil yang tertanam di sekeliling cermin.
Cahaya redup dan dingin itu memantul dari dua sosok yang berdiri terlalu dekat satu sama lain di cermin.
Xie Qingcheng menelan ludah tanpa sadar, tubuhnya menempel pada permukaan cermin yang dingin.
"He Yu, minggir."
He Yu tidak bergerak. "Xie Qingcheng. Aku bilang, aku merasa sangat panas."
"..."
"Kau tahu tidak—aku terus merasa seperti ini akhir-akhir ini, seperti terserang heatstroke."
Mungkin karena suasana gelap di sekitar mereka, suaranya pun ikut merendah. Suara itu dalam dan membakar, seolah-olah ia benar-benar kehilangan akal karena panas yang melandanya.
"Kau tidak merasakannya juga?"
"..."
Saat ia berbicara, tiba-tiba tangannya mencengkeram pinggang Xie Qingcheng dengan kuat, meremas dan membelainya, menjepitnya ke cermin ruang ganti saat dia menghancurkan tubuh setengah telanjang itu di antara kedua telapak tangannya dan menekannya—dan ketika tangannya menyentuh kulit pria itu yang terasa panas, He Yu tidak bisa menahan desahan rendah di tenggorokannya.
Seolah-olah puluhan malam penuh mimpi liar telah menjadi kenyataan, seperti seorang musafir kehausan yang akhirnya menemukan oase.
Ia tidak peduli lagi apakah ini benar atau salah.
Pada saat seperti ini, laki-laki—terutama yang masih muda—mudah dikendalikan oleh dorongan mereka. Bagi mereka, logika hanyalah debu yang tertiup angin.
Di dalam kegelapan, ia mencengkeram Xie Qingcheng seolah-olah telah kehilangan kendali sepenuhnya. Pada saat itu, rasa posesif yang dipicu oleh Chen Man serta hasrat yang tumbuh dari peristiwa sebelumnya membakar semua sisa kendali dalam benaknya.
He Yu mendekat, menundukkan kepala dan menyandarkan wajahnya ke lekukan leher Xie Qingcheng sambil berbisik:
"Xie Qingcheng, ini terlalu panas, aku ingin kau menyejukanku."
Di tengah hawa dingin musim gugur, seberapa tinggi suhu tubuhnya hingga dia bisa merasa sepanas ini?
Namun, di tengah pergulatan mereka yang kacau, dalam kegelapan ruang ganti yang hanya diterangi lampu LED di sekitar cermin, tangan He Yu sudah mencengkeram erat pinggang Xie Qingcheng. Dengan suara klik metalik yang tajam, gesper sabuknya terlepas. Darah seketika surut dari wajah Xie Qingcheng—di saat itu juga, mimpi buruk yang selama ini membangunkannya dalam keringat dingin selama berbulan-bulan kembali menerpanya dengan ganas.
Dia menangkap tangan He Yu dan menekannya dengan kasar.
"Lepaskan."
Namun, He Yu tidak melepaskan. Pemuda itu tetap menarik sabuk Xie Qingcheng dengan tatapan dan gerakan yang penuh kegilaan. Ia bergumam dengan suara rendah berulang kali, seperti ancaman, "Hajar aku!"
"Kau pikir aku ini membuka panti pijat? Pergi dari hadapanku! Lepaskan!"
"Xie Qingcheng..."
Xie Qingcheng mencengkeram pergelangan tangan He Yu, seperti sedang bermain tarik-ulur dalam ketegangan yang tak terlihat, lalu mengucapkan setiap kata dengan tegas, "He Yu, aku tidak minum anggur hari ini. Kau masih ingin memakai jari-jarimu? Jika tidak, aku akan mematahkannya satu per satu. Aku akan mengatakannya untuk terakhir kali—LEPASKAN!"
He Yu menatap matanya. Mereka begitu dekat hingga napas masing-masing saling bercampur, pupil mereka hampir bertemu dalam kegelapan.
Api kemarahan di mata Xie Qingcheng membakar terlalu kuat, seakan hendak menghanguskan He Yu sepenuhnya.
He Yu menatapnya beberapa saat, lalu tersenyum. Namun, senyum itu segera menghilang dari wajahnya. Dia tidak melepaskan genggamannya—sebaliknya, dia menyeret Xie Qingcheng ke dinding dengan ekspresi kosong. Dalam sekejap, Xie Qingcheng dilemparkan ke permukaan dinding, tubuhnya terhimpit sepenuhnya oleh He Yu.
Tentu saja, Xie Qingcheng tidak akan diam begitu saja. Dengan mata yang menyala oleh kemarahan, dia berbalik dan melayangkan pukulan ke arah He Yu. Mereka pun mulai bertarung sengit di ruang ganti yang sempit itu, seperti dua binatang buas yang saling mencabik satu sama lain. Dada mereka sama-sama dipenuhi bara api yang membakar, seolah ada kebencian yang mendalam di antara mereka, dan setiap pukulan yang mereka layangkan penuh dengan kekuatan. Pertarungan ini—
Di dalam ruangan kosong ini, api yang telah lama ditekan oleh Xie Qingcheng akhirnya bisa meledak sepenuhnya. Sementara itu, keadaan emosi He Yu jauh lebih rumit. Pengalaman pertama mereka telah berdampak terlalu dalam padanya, membuatnya gelisah untuk waktu yang lama—merasa bahwa reaksi ini tidak benar, tetapi juga tidak bisa mengusir keinginan abnormal yang muncul sejak hari itu.
Dia tidak bisa menghilangkannya sendiri, namun tetap saja ketagihan, seperti mata-mata yang telah menelan obat terlarang—membenci dirinya sendiri, tetapi semakin tenggelam dalam euforia.
Dia jelas-jelas adalah orang yang awalnya menghindari Xie Qingcheng seperti wabah, tetapi setelah sekali mencicipinya, dialah yang justru tidak bisa berhenti memikirkannya, seperti seseorang yang kelaparan dan hanya menginginkan lebih.
Seiring waktu, rasa hausnya terhadap Xie Qingcheng semakin menguat—seperti anak laki-laki yang sedang mengalami lonjakan pertumbuhan, tidak pernah merasa cukup, tidak pernah puas.
Sudut bibirnya sudah berdarah akibat pukulan Xie Qingcheng yang menghantam wajahnya, tetapi dia justru menemukan rasa metalik itu begitu manis. Dengan senyum yang berlumuran darah, dia tertawa kecil—senang, namun juga penuh kegilaan. Dia menarik Xie Qingcheng kembali dengan mencengkeram rambutnya, mencegahnya melarikan diri. Meskipun setiap pukulan yang diterimanya terasa cukup kuat untuk mematahkan tulang rusuknya, dia tetap menguncinya di tempat.
Dalam pertarungan fisik yang sengit namun sunyi ini, He Yu merasakan semacam kegembiraan karena akhirnya bisa melepaskan semua yang selama ini menyumbat hatinya.
Dia bahkan tiba-tiba menyadari sesuatu—setelah kejadian malam itu, mengapa dia harus bertindak seperti seorang munafik dan menjauh? Seharusnya dia menyadari hal ini jauh lebih awal. Dengan begitu, Xie Qingcheng tidak akan punya kesempatan untuk berhubungan dengan Chen Man sama sekali. Dia hanya akan kelelahan setiap hari, di kantor, di lapangan olahraga pada malam hari, di ruang kelas setelah jam sekolah berakhir...
Dia tidak perlu membuang begitu banyak malam dalam konflik batin yang sia-sia, menghukum dirinya sendiri untuk waktu yang lama.
Tidak diketahui kapan mereka berhenti bertarung, mungkin karena keduanya telah mengalami luka yang cukup parah. Pergulatan mereka sangat sengit—bibir He Yu robek, sementara pergelangan tangan Xie Qingcheng penuh dengan memar berbentuk sidik jari.
Dengan suara serak, Xie Qingcheng berkata, "Aku tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi, bukankah itu cukup? Sebaiknya kau hancurkan ponsel itu! Hentikan tindakan menjijikkan ini untuk kita berdua!"
"Tidak." He Yu berkata, suaranya terdengar sedikit nakal, hampir seperti menggoda. "Aku menolak."
"..."
"Xie Qingcheng, semua orang bisa berubah."
Xie Qingcheng samar-samar merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "…Apa maksudmu."
"Maksudku, aku tiba-tiba menyadari bahwa kita bisa terus seperti ini."
Mata Xie Qingcheng membelalak lebar. Dari semua waktu yang pernah ia lihat He Yu mengalami kambuhnya penyakitnya, tidak ada yang lebih menakutkan dari kali ini.
Saat He Yu mengucapkan kata-kata itu, tatapannya penuh obsesi tetapi tetap tenang, seolah-olah ia sedang menyatakan suatu fakta yang tak terelakkan—begitu dingin hingga tidak memberi ruang untuk bantahan.
"Ingat, dulu aku pernah mengalami cinta bertepuk sebelah tangan yang gagal, bukan? Ketika seseorang mengalami itu dan tidak punya apa pun untuk diandalkan, sangat mudah bagi mereka untuk berpikir tentang mengakhiri hidup. Jadi, kau mungkin bisa menjagaku sebentar dan menemaniku… Dengan begitu, penyakit yang tumbuh di hatiku tidak akan mendorongku ke arah itu. Lagipula, mungkin aku juga bisa membantumu mengatasi frigiditas seksualmu?"
"Ini pertukaran yang adil, kau juga tidak akan rugi. Apalagi, aku masih muda—saat kau menikahi Li Ruoqiu, kalian berdua sudah cukup berumur, bukan? Rasanya pasti berbeda denganku."
"Kenapa tidak mencobanya denganku?"
Saat ia berbicara, ia mendekat lebih jauh. Kehangatan tubuh pemuda itu membuat bulu kuduk Xie Qingcheng meremang, dan sensasi sentuhan paksa itu membuatnya ingin muntah. He Yu menariknya agar menghadap cermin.
"Jika tidak berhasil, aku tak akan menagih bayaran."
Xie Qingcheng tidak pernah menyangka bahwa permainan seperti ini bisa ada—He Yu benar-benar memiliki bakat alami yang mengerikan. Ia memaksa Xie Qingcheng yang setengah telanjang untuk melihat dirinya sendiri di cermin.
Dari belakang, He Yu menekan tubuhnya ke arah Xie Qingcheng, menciptakan ketegangan yang menusuk hingga ke tulang belakangnya, bahkan melalui pakaian yang mereka kenakan.
Orang yang menakutkan ini menekan tubuhnya dari belakang. Di luar, teater itu dipenuhi ribuan mahasiswa, tetapi salah satu aktor dalam film yang sedang diputar justru berada di sini—di ruang ganti yang gelap dan kosong—memaksa Xie Qingcheng untuk melihat bayangan mereka dalam pantulan cermin, seolah-olah terjebak dalam kegilaan yang tak masuk akal.
Xie Qingcheng berkata dengan suara gemetar, "Kau juga menginginkan uang, hah?"
"Jika kau sedang kesulitan keuangan, aku juga bisa melakukannya tanpa bayaran."
He Yu bahkan masih sempat bercanda. Dari belakang, dia menahan Xie Qingcheng di tempat, menundukkan kepala dan berbicara dengan nada lembut di dekat telinganya. Lalu, dia menatap wajah Xie Qingcheng yang penuh amarah dan penghinaan di cermin, sebelum berkata dengan nada seolah sedang membujuk, "Tapi kalau aku melakukannya secara cuma-cuma… aku harus meminta kerja samamu."
"Dokter, bagaimana kalau kita saling menyembuhkan?"
Setelah mengatakan itu, dia menarik wajah Xie Qingcheng dan, tanpa memberi kesempatan untuk menolak, mendekat dengan intensitas yang berbahaya. Sudah lebih dari sepuluh hari sejak terakhir kali dia mencoba mendekatinya—sejak saat itu, dia menjauh, seolah-olah takut akan sesuatu yang membuatnya tersiksa, meskipun ingatan itu terus menghantuinya dalam mimpi.
Bayangan Xie Xue, Lü Zhishu, dan Chen Man melintas di benaknya. Ada perasaan aneh dalam dirinya—sebuah kepuasan yang muncul dari menghancurkan segala sesuatu yang pernah mengikatnya.
Sebuah kegembiraan yang lahir dari melanggar batas, menantang semua orang, menyakiti mereka tanpa belas kasihan.
Xie Qingcheng mengepalkan tangannya dengan gemetar. Dia bisa merasakan rasa logam di mulutnya, tapi itu bukan hal yang penting sekarang.
Xie Qingcheng menggertakkan giginya. "Kau berani—"
"Hm. Aku tidak berani." He Yu tertawa kecil, lalu kembali mendekat, suaranya pelan namun penuh tekanan. Dengan nada tenang seolah tidak ada yang salah, dia berkata, "Bagaimana mungkin aku berani?"
Semakin dia berbicara, semakin terdengar tulus.
"Tidak ada yang bisa dipaksakan di dunia ini. Jika kau tidak mau, tentu saja tidak apa-apa."
"Tapi lihat foto-foto ini, Xie Qingcheng—meskipun ini hanya wajah tidurmu dan terlihat cukup biasa, aku penasaran apa yang akan dikatakan Xie Xue jika aku mengirimkannya padanya?"
"...!!"
"Kalau dia bertanya bagaimana aku bisa mendapatkan foto dirimu saat tidur, menurutmu aku harus menjawab apa?"
"He Yu, kau…!"
He Yu mendekat, membiarkan bibirnya menyentuh telinga Xie Qingcheng yang telah memucat karena keterkejutan, lalu tertawa ringan. "Saat aku kehilangan kendali, aku bisa mengatakan apa saja, melakukan apa saja—kau tahu ini lebih baik dari siapa pun."
Dengan gerakan perlahan, jemarinya kembali menyentuh gesper logam yang dingin itu.
Xie Qingcheng merasakan ketegangan menjalar di pinggangnya dan segera menurunkan tangan untuk menghentikan gerakan He Yu.
Tatapan He Yu meredup, senyumnya perlahan menghilang. Dengan nada datar, dia berkata, "Xie Qingcheng. Sebaiknya kau pikirkan baik-baik."
"Aku bukan lagi He Yu yang dulu kau kenal. Aku merasa muak dengan kalian semua, jadi aku bisa melakukan apa pun sekarang. Jadi, apa kau ingin menolak dan mempertaruhkan segalanya, atau lebih baik kita buat kesepakatan?"
He Yu menunggu, dan menunggu—melihat pria itu yang terus melawan, tubuhnya bergetar halus. Dia menunggu lama, sangat lama, tetapi pada akhirnya, Xie Qingcheng tidak melakukan perlawanan lebih lanjut.
Senyum dingin akhirnya terukir di wajah He Yu yang suram. Dia tahu bahwa sekarang dia telah menemukan titik kelemahan Xie Qingcheng.
Dengan kepribadian seperti Xie Qingcheng, terkadang harga dirinya sebagai seorang pria lebih penting daripada nyawanya sendiri.
Bagaimanapun, hanya mereka berdua yang mengetahui apa yang telah terjadi di antara mereka. Jika ada yang pertama kali, maka kesempatan kedua akan selalu mungkin terjadi dalam kondisi yang tepat. Selama He Yu berani mengambil risiko dan menggunakan ini sebagai alat tawar-menawar, untuk saat ini, Xie Qingcheng tidak akan bertindak gegabah.
Dia tahu bahwa Xie Qingcheng pasti akan memilih jalan ini—bersembunyi dalam bayang-bayang jauh lebih baik daripada menghadapi kehancuran di depan umum.
Dengan senyum yang melengkung di sudut bibirnya, He Yu menyelipkan satu tangannya ke dalam kemeja Xie Qingcheng yang sedikit terbuka dan melingkarkannya di pinggang pria itu, sementara tangan lainnya bergerak maju untuk dengan lembut menutup tangan Xie Qingcheng.
Jari-jarinya yang lebih besar melingkupi tangan Xie Qingcheng, membimbingnya untuk perlahan menarik turun resleting celananya.
Gerakan sederhana itu, ketika terpantul di cermin, seolah membuat udara di dalam ruang ganti terasa semakin panas, seiring suhu yang perlahan meningkat.
Dengan bunyi klik, gesper sabuk yang dingin dan keras akhirnya mengendur.
Pemuda itu mengecup lembut tengkuk pria di depannya, lalu menghela napas dengan penuh kepuasan.
Tangannya terangkat, jemarinya yang sedikit melengkung membelai wajah Xie Qingcheng yang tampak dingin. Kemudian, ia memejamkan mata dan mengikuti jejak yang sama dengan ujung hidungnya, seperti seekor hewan yang melacak sesuatu—penuh keintiman dan ketertarikan, tetapi juga menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan. Dengan suara lembut, ia berkata, "Begitu lebih baik..."
"Dokter Xie, kau harus bersikap manis."
Ruang ganti terlalu sempit, nyaris tak menyisakan ruang untuk bergerak. Maka, saat He Yu menarik celana Xie Qingcheng ke bawah dan melanjutkan tindakannya, suasana di dalam ruangan seakan melebur, membuat keduanya semakin tenggelam dalam momen yang tak terelakkan.
He Yu mendekat, membiarkan tangannya menjelajah sambil menebarkan kecupan lembut di sekitar telinga pria itu. Sensasi yang ditimbulkan, serta suara samar yang terdengar, membuat Xie Qingcheng merasakan getaran halus yang menjalar di tubuhnya.
Meskipun He Yu sebelumnya tidak pernah tertarik pada pria, saat ini, dorongan yang menguasainya tampaknya jauh lebih kuat daripada keraguan yang pernah ia rasakan. Awalnya, ada sedikit perasaan canggung, tetapi ketika ia melihat wajah Xie Qingcheng yang memerah karena malu dan canggung, perasaan itu perlahan memudar, digantikan oleh sesuatu yang lebih sulit diungkapkan.
He Yu menggeser tangannya ke depan, menyentuh penis pria itu dengan penuh ketertarikan—
Namun, ia merasa belum sepenuhnya puas.
Karena selama beberapa hari terakhir, ia telah membayangkan momen ini terlalu sering dalam pikirannya.
Awalnya, He Yu ingin melihat Xie Qingcheng berada dalam keadaan yang menyedihkan. Namun, pada akhirnya, dalam kesendiriannya, justru dialah yang merasa paling tersesat.
He Yu merasa seperti telah dipermainkan. Xie Qingcheng benar-benar membuatnya frustasi—pria itu memiliki pengalaman lebih darinya, pernah menjalani hubungan, sementara dirinya hanya terjebak dalam bayang-bayang malam itu. Kenangan itu terus berputar di benaknya, memenuhi pikirannya, sementara Xie Qingcheng tampak tak peduli.
Pria itu sama sekali tidak menginginkannya.
Pemikiran itu membuat He Yu semakin gelisah dan dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan. Dengan ketegangan yang semakin memuncak, ia menekan bibirnya ke telinga Xie Qingcheng, memberikan sentuhan yang lebih intens. Tangannya juga tidak tinggal diam saat mereka dengan cepat melepas celana dalam Xie Qingcheng setelah beberapa kali meraba-raba.
Xie Qingcheng segera berpaling, mencoba menghindar.
Namun, He Yu tetap menahannya, membuatnya kembali menghadap cermin. Dengan suara pelan namun tegas, ia berkata, "Lihat."
"….."
Bayangan mereka di cermin menampilkan sesuatu yang sulit dipercaya oleh Xie Qingcheng. Situasi ini berada jauh di luar batas yang pernah ia bayangkan.
He Yu berdiri di belakangnya, satu tangan menahan wajahnya agar tetap terangkat, memaksanya melihat refleksi mereka.
Mata pemuda itu pun tertuju pada bayangan yang terpantul di cermin—seolah dirinya sedang menyaksikan kembali semua mimpi-mimpi samar yang menghantuinya selama beberapa malam terakhir.
Bibirnya menyentuh leher Xie Qingcheng dengan ringan, meninggalkan jejak halus seiring bisikannya yang menggema di udara. "Bagaimana menurutmu?"
Xie Qingcheng menghela napas dalam. "…He Yu… jika kau ingin melakukan sesuatu, lakukan saja. Hentikan permainan ini…."
Ia tahu bahwa perlawanan tak akan banyak berarti. Meski rasa malu membuat matanya sedikit memerah, ia tetap berusaha untuk berbicara dengan tenang.
Namun, getaran samar dalam suaranya tidak luput dari perhatian He Yu. Seperti hembusan napas yang tertahan, seperti aroma samar yang menusuk ke dalam kesadarannya.
Dengan perlahan, He Yu merangkulnya dari belakang. Ia menarik napas dalam di sisi leher Xie Qingcheng, seolah menghirup aroma yang membuatnya tenggelam lebih dalam.
Lalu, dengan tatapan yang berkilat dan penuh intensitas, ia menarik pria itu lebih dekat ke dalam pelukannya.
Mata mereka kembali bertemu di pantulan cermin—sepasang pupil gelap yang menyiratkan sesuatu yang nyaris gila.
"Bagaimana mungkin ini disebut main-main?" tanya He Yu, suaranya serak dan dalam. "Ini disebut bercinta."
"Dokter Xie, kau sudah berusia tiga puluh dua tahun dan pernah menikah sebelumnya—apakah kau benar-benar perlu aku ajari makna dari ungkapan ini?"
Merasa terhina, Xie Qingcheng berusaha memalingkan wajahnya lagi, tetapi He Yu menahannya dan menekan seluruh tubuhnya ke cermin, memaksanya untuk melihat adegan yang begitu intim ini dengan lebih jelas.
Tangan He Yu bergerak naik turun di penis pria itu, tetapi bagaimana mungkin Xie Qingcheng bisa menikmati ini? Tidak peduli apa yang dilakukan He Yu, bagian tubuhnya yang indah itu tetap tidak memberikan reaksi apa pun.
Pemuda itu merasa semakin frustrasi.
Ia sendiri sudah begitu tegang, hingga bagian depan celana dalamnya menjadi sedikit lembap.
Namun, Xie Qingcheng benar-benar tidak menunjukkan reaksi sama sekali.
Mata He Yu pun mulai memancarkan kemarahan. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti berusaha membantu Xie Qingcheng—apakah pria itu benar-benar berharap untuk disembuhkan?
Jadi, meskipun Xie Qingcheng tidak merespons, He Yu hanya perlu melepaskan ketegangan yang ia rasakan sendiri.
Dengan perasaan sedikit kesal, ia membalikkan tubuh Xie Qingcheng, menekan punggungnya ke cermin yang dingin, lalu menatap mata indah pria itu dari jarak sangat dekat.
"Kau benar-benar tidak memiliki gairah. Sama sekali tak menunjukkan semangat saat tidak dipengaruhi oleh apa pun."
Xie Qingcheng menggertakkan giginya dengan penuh kebencian. "Pria normal mana yang akan bereaksi terhadap sesama jenis? Kau benar-benar tidak waras."
Kata itu adalah sesuatu yang terkadang menjadi pemicu bagi He Yu.
Itulah mengapa, setelah Xie Qingcheng mengucapkan kalimat itu, yang ia dapatkan hanyalah tamparan dari He Yu, diikuti oleh dorongan kasar yang menjatuhkannya ke bawah.
"Berlutut, dan lepaskan resletingku dengan mulutmu."
Memaksa Xie Qingcheng untuk "bersama dengannya" sudah merupakan batas terakhir, tetapi jika He Yu ingin menghinanya lebih jauh karena dorongan sesaat atau ledakan amarah, sebaiknya ia berpikir ulang.
Xie Qingcheng terhuyung karena dorongannya, tetapi berhasil tetap berdiri sambil menggeram marah, "Dalam mimpimu saja!"
He Yu menatap ke dalam matanya, yang berkilat seperti bilah pisau yang dingin.
He Yu mengakui bahwa dirinya memang memiliki sisi liar—melihat Xie Qingcheng seperti ini justru membuatnya semakin bersemangat.
Dia tidak memukul Xie Qingcheng terlalu keras tadi, karena itu hanya reaksi refleksif karena lengah dengan kata "gila", dikombinasikan dengan sedikit kecenderungan bawaannya terhadap agresi seksual. Sekarang, saat dia menatap mata Xie Qingcheng, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh tempat dia baru saja menamparnya. Kemudian, dia mengganti tangannya dengan bibirnya dan mencium pipinya dengan lembut, lagi dan lagi.
Di sela-sela kecupan, ia berbisik lembut, "Kau kembali membangkang, padahal aku sudah memintamu bersikap manis."
Berbicara demikian, dia menekan tangannya ke bahu Xie Qingcheng, mencoba mendorong pria itu dengan paksa.
Namun hal ini telah mencapai titik terendah Xie Qingcheng. Setiap otot ramping Xie Qingcheng menegang sepenuhnya, sehingga untuk sementara waktu, He Yu benar-benar tidak bisa secara fisik memaksanya untuk menundukkan kepalanya.
He Yu mencibir. "Kau benar-benar keras kepala... Kita akan melakukannya juga, jadi apa bedanya? Bukankah aku baru saja memperlakukanmu dengan baik?"
"Memperlakukan aku dengan baik?" Mata Xie Qingcheng memerah. "Aku justru merasa muak."
"..." Bibir He Yu perlahan bergerak dari pipinya, menyentuh lembut bibir Xie Qingcheng, berulang kali. "Mm... kalau begitu, kau bisa mencoba sesuatu yang lebih membuatmu tidak nyaman."
Tapi dia berhenti mencoba memaksa Xie Qingcheng untuk berlutut dan menggunakan mulutnya. Perjuangan semacam itu terlalu menuntut, dan akan menghabiskan terlalu banyak kekuatannya. Karena tidak ada gunanya menyia-nyiakannya untuk ini, dia hanya meraih tangan Xie Qingcheng dan menyeretnya ke bawah, telapak tangannya yang besar menyelimuti punggung tangan Xie Qingcheng saat dia menggunakan jari-jari Xie Qingcheng untuk membuka ritsletingnya sendiri dan melepaskan celana dalamnya. Kemudian, dia memaksa tangan Xie Qingcheng yang kaku untuk menyentuh benda panjang menakutkan yang keluar dari celananya.
Kemaluannya sangat panas, sangat besar, dan sangat bengkak, dengan urat-urat yang menonjol mengancam di sepanjang permukaannya dan cairan lengket mulai terkumpul di ujungnya. Dia menyeret tangan Xie Qingcheng ke bawah untuk menyentuh penisnya yang lembab dan lengket itu.
Pada saat itu, Xie Qingcheng tidak bisa menahan diri untuk tidak gemetar.
Pria itu tetap berpikiran jernih dan bersikap tenang, sehingga bahkan saat diliputi ketakutan, ia tak mengeluarkan suara sedikit pun.
Namun, gemetar tubuhnya tidak bisa menipu siapa pun.
Merasa puas dengan reaksinya, He Yu tetap menggenggam erat tangan Xie Qingcheng, tidak memberinya kesempatan untuk melawan. Ia lalu menunduk, mencari kembali bibir Xie Qingcheng yang gemetar halus dalam sebuah ciuman yang dalam dan penuh hasrat. Lidahnya menelusuri dengan lembut, hisapannya semakin dalam, napasnya semakin memburu, sementara suara lembut dan basah memenuhi ruangan.
Menekan Xie Qingcheng dengan penuh gairah ke cermin, ia membelai dan menciumnya dalam waktu yang lama, baru melepaskannya ketika permukaan cermin mulai berembun akibat panas dan keringat yang mengalir dari tubuh mereka.
Sebagai seseorang dengan kondisi mental yang tidak stabil, ciuman He Yu yang mendalam dan penuh eksplorasi selalu mengandung sedikit agresi. Begitu pula, Xie Qingcheng bukanlah seseorang yang lemah. Setelah ciuman mereka berakhir, kedua bibir mereka terasa perih, dengan sudut bibir Xie Qingcheng bahkan sedikit berdarah.
Setelah beberapa saat terdiam, He Yu mencondongkan tubuh ke dalam lagi, menjilati setitik darah itu dengan ujung lidahnya yang lembut. Kemudian, seolah-olah mencoba untuk mencuri semua udara di paru-paru pria itu, dia menekan dengan ciuman yang kuat.
Masih menggenggam tangan pria itu, He Yu membimbingnya dalam sentuhan yang lebih intim, sembari terus menjerat Xie Qingcheng dalam ciuman yang dalam dan terbuka. Setelahnya, ia menggeser bibirnya ke dekat telinga Xie Qingcheng, lalu menelusuri sisi lehernya, meninggalkan jejak gigitan ringan seolah ingin meninggalkan bekas kehadirannya di sana.
Kemudian, ia tiba-tiba menegakkan tubuhnya, kerongkongannya bergerak saat ia mengangkat kedua tangan Xie Qingcheng ke atas kepala, menahannya di sana dengan satu tangan. Ia mendekat, menatapnya lekat-lekat.
"Kau cukup terampil dalam hal ini. Kau membuatku merasa begitu nyaman—lihat saja bagaimana reaksiku."
Sambil berbicara, He Yu menekan Xie Qingcheng lebih dekat, tubuh mereka bersentuhan erat dalam kehangatan yang membakar. Gerakannya penuh intensitas, menciptakan gesekan yang semakin memperdalam keintiman di antara mereka.
Ia berbisik di telinga Xie Qingcheng, suaranya rendah dan sarat makna. "Bisakah kau merasakannya? Sebentar lagi, semuanya akan menjadi lebih intens."
Xie Qingcheng terdiam, matanya memerah sepenuhnya, tetapi ia tidak lagi berniat untuk berbicara.
Sebelumnya, ia telah berusaha melawan dengan sekuat tenaga.
Namun, semua itu sia-sia.
Jadi, ia memilih untuk menghadapi situasi ini dengan ketenangan yang lebih dingin.
He Yu, dengan mata setengah terpejam, mendekat dan menyentuhnya dengan lembut sebelum membalikkan tubuhnya kembali menghadap cermin. Berdiri di belakangnya, ia membiarkan ujung jarinya menelusuri kulit pucat Xie Qingcheng, sebelum tangannya berpindah ke pinggang dan punggungnya, memberikan sentuhan yang penuh makna.
Ia menarik napas dalam, lalu berbisik di dekat kulit Xie Qingcheng, napas hangatnya menyapu lembut.
"Profesor Xie—"
Suaranya rendah dan mengandung ketegangan yang sulit diabaikan.
"Aku selalu ingin bertanya padamu..." ucapnya pelan, nada suaranya mengandung getaran samar yang hampir seperti arus listrik, "Malam itu... apakah kau mengingatnya?"
"Apa kau pernah memikirkan kejadian itu setelahnya?"
Hening.
"Apa kau memikirkannya?"
Diam.
"Jawab aku."
Sepertinya, kata-kata itu benar-benar menusuk sesuatu dalam dirinya. Xie Qingcheng tiba-tiba berbalik, menatapnya tajam dan menggeram di antara giginya yang terkatup rapat.
"Yang kupikirkan adalah bahwa kau benar-benar tidak tahu malu. Kau bahkan tidak mengerti apa yang sedang kau lakukan—bagaimana bisa kau masih punya keberanian untuk menanyakan hal seperti itu?"
Ekspresi He Yu seketika menggelap.
"Memangnya kau bisa bicara? Apa kau sendiri lebih baik saat pertama kali bersama mantan istrimu?"
"Kau benar-benar mengira semua orang sama sepertimu... He Yu, kau...!"
Setelah mengajukan pertanyaannya, He Yu tiba-tiba menyadari bahwa dia sebenarnya tidak ingin mendengar jawabannya.
Dia tidak ingin membayangkan bagaimana Xie Qingcheng pernah bersama seorang wanita sebelumnya—hanya memikirkannya saja sudah membuatnya merasa tidak nyaman.
Karena itu, He Yu menggigit pelan area di sepanjang leher Xie Qingcheng, lalu menjilatinya dengan lembut.
Dia menelusuri leher Xie Qingcheng dengan ciuman, dari samping hingga ke belakang, akhirnya berhenti di sebuah tahi lalat merah di tengkuknya.
Saat bibirnya menyentuh titik itu, tubuh Xie Qingcheng sedikit bergetar, seolah dia baru saja tersentuh di bagian yang paling sensitif.
"Tentu saja, kau bisa mengatakan apa pun yang kau mau. Tapi pada akhirnya, malam itu aku tetap membuatmu tak berdaya... Denganmu di bawahku, tubuhmu kehilangan kendali sepenuhnya… Profesor, dengan ingatanmu yang luar biasa, pasti kau tidak melupakannya. Aku bisa membuatmu merasakan sesuatu yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya—apakah Li Ruoqiu mampu melakukan itu?"
Xie Qingcheng langsung naik pitam. "Tentu saja tidak! Omong kosong apa yang kau katakan! Dia seorang wanita! Bukan seseorang sepertimu…!"
Dia terus melontarkan makian, namun He Yu sudah menduganya sejak awal.
Namun, He Yu tidak peduli.
Dia tidak peduli dengan apa pun yang dikatakan Xie Qingcheng—karena yang ia inginkan hanyalah kembali mendengar suara lirih yang pernah ia buat Xie Qingcheng keluarkan di malam itu.
Maka, dia membiarkan Xie Qingcheng berbicara sesukanya, sementara dalam hatinya, dia sudah bertekad untuk membuktikan bahwa tak peduli laki-laki atau perempuan, tidak ada yang bisa membuat Xie Qingcheng merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Xie Qingcheng terlalu kaku dan tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya. Dia tidak tahu bagaimana menikmati momen seperti ini, bahkan mungkin tidak memiliki keinginan untuk melakukannya. Wanita biasa pun mungkin tidak akan merasakan banyak hal saat bersama seseorang sepertinya—tanpa adanya gairah yang membara dari pasangan mereka, kebanyakan dari mereka justru akan merasa frustrasi.
Namun, ketika seseorang seperti Xie Qingcheng yang biasanya mengendalikan keadaan justru berada dalam posisi yang berlawanan, kendali pun berpindah ke tangan orang lain. Terlebih lagi, He Yu bukanlah seseorang yang hanya mengikuti norma—baginya, selama sesuatu terasa menarik, ia akan melakukannya tanpa ragu. Karena itulah, hanya dia yang mampu menyeret Xie Qingcheng ke dalam pusaran hasrat yang semakin dalam.
Ciumannya mendarat berkali-kali, penuh kehangatan saat bibirnya menelusuri kulit pria itu. Sambil melanjutkan sentuhan lembutnya, He Yu mulai menyentuh bagian tersembunyi yang selama ini terus menghantui pikirannya. Perlahan, ia mulai mengeksplorasi area itu dengan jemarinya, mencari cara agar Xie Qingcheng terbiasa dengan kehadirannya. Gerakannya tidak sepenuhnya lembut—ada kesan terburu-buru dan penuh keinginan, seolah ingin memastikan bahwa Xie Qingcheng benar-benar merasakan keberadaannya.
Sebagai seseorang yang cepat belajar dan memiliki ingatan tajam, He Yu masih mengingat dengan jelas apa yang terjadi sebelumnya—kesalahan yang ia buat, serta hal-hal yang ternyata mampu membangkitkan respons yang lebih kuat. Kali ini, ia berniat untuk menyesuaikan diri, memastikan bahwa setiap gerakannya lebih efektif dalam membangkitkan sensasi yang ia inginkan.
Meskipun gerakannya agak terburu-buru, namun ia telah mengoleskan krim tangan yang diambil dari meja rias ruang ganti ke jari-jarinya. Dengan demikian, saat ia berusaha masuk ke dalam, lubang kecil itu berubah dari kering dan rapat menjadi agak licin. Pemuda itu mendorong ke dalam pria itu lagi dan lagi, sampai jari-jarinya tidak lagi menemui begitu banyak perlawanan. Pada saat itu, He Yu tidak bisa menahan diri lagi. Sambil menarik jari-jarinya, dia menarik ritsletingnya ke bawah dan, dengan penisnya di satu tangan, menekannya ke pintu masuk Xie Qingcheng saat dia mendaratkan tamparan di lekukan pantatnya dengan tangan yang lain.
"Tenang saja, aku akan membuatmu merasakannya sepenuhnya sekarang."
"Kau tidak perlu memberitahuku setiap detailnya..." jawab Xie Qingcheng dengan nada kesal.
He Yu dengan kejam mencubit pinggangnya lagi. "Kau juga tidak perlu terburu-buru untuk membalas omonganku. Mari kita lihat apakah kau masih berbicara setelah aku mulai menyetubuhimu."
Saat dia berbicara, dia meraba penisnya sendiri dengan kasar, yang sangat keras sehingga terasa sakit setelah dibiarkan begitu lama, lalu menekannya ke lubang Xie Qingcheng yang berkerut dan perlahan-lahan mendorong masuk.
Hanya ujungnya yang masuk ketika He Yu tersentak, pupil matanya yang gelap menjadi berkilau basah saat tubuhnya segera mengingat kembali perasaan kenikmatan yang luar biasa dari malam itu. Dia bisa merasakan pintu masuk sekaligus menariknya dengan penuh gairah tapi juga menolaknya, tidak bisa melawan saat dia menombaknya, mengepalkan dan mengencangkan. Sensasi bercinta ke dalam lubang yang sangat dirindukannya kembali dalam sekejap.
Berat napasnya terdengar jelas saat ia semakin menikmati momen itu. Dengan satu tangan, ia melingkarkan erat pinggang Xie Qingcheng, menahannya di antara dirinya dan cermin. Tekanan yang ia berikan, ditambah dengan sensasi yang begitu intens, membuat urat-urat di lengan bawahnya menegang, mencerminkan gairah yang tak terbendung.
Meskipun urat-urat di leher Xie Qingcheng menegang karena ketidaknyamanan, ia tetap menggertakkan giginya, menahan diri agar tidak mengeluarkan suara, sementara butiran keringat mulai bermunculan di dahinya.
Berbeda dengan pemuda yang tengah mengulang pengalaman pertamanya, Xie Qingcheng justru berada dalam posisi yang tidak diinginkannya. Terlebih lagi, sebagai pria dewasa dengan harga diri yang tinggi, situasi ini membuatnya semakin tegang. Bahkan ketika baru merasakan sedikit saja, seluruh otot di tubuhnya menegang, dan rona merah muncul di wajahnya, menodai kulitnya yang pucat dingin dengan semburat rasa enggan dan ketidakberdayaan. Tangannya menekan kuat ke permukaan cermin, sementara keringat mulai membasahi tubuhnya, menciptakan lapisan tipis kelembapan seolah ia baru saja keluar dari lelehan es yang mencair perlahan.
He Yu terus bergerak perlahan, membiarkan tubuh mereka saling menyesuaikan. Karena keduanya masih tegang, ia melakukannya dengan hati-hati, menekan lebih dalam dengan ritme yang lambat dan terukur. Momen itu terasa begitu panjang, seolah-olah waktu melambat, dan setiap detailnya tercermin jelas di cermin di depan mereka, dipenuhi dengan kehangatan yang membara.
Namun pada akhirnya, kesabarannya mulai terkikis. Begitu ia mencapai titik tengah, ia kehilangan kendali yang semula coba ia pertahankan, dan tanpa disadari—
Sebuah erangan lirih pun terdengar.
Dengan dorongan yang tiba-tiba keras, pemuda yang bersemangat itu tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Dia hampir mati kehausan, hampir menjadi gila karenanya. Dia telah melihat foto-foto Xie Qingcheng berkali-kali, dan semakin lama itu berlangsung, semakin panik dia bernafsu pada tubuhnya, sehingga hanya dengan bergesekan dengan selimutnya membuatnya hampir orgasme. Sekarang lubang Xie Qingcheng telah mengambil setengah dari dirinya, kesenangan terkubur di dalam dirinya seperti sentakan listrik. Bagaimana mungkin dia bisa menunggu lagi? Maka, dia dengan penuh semangat mendorong seluruh penisnya ke pintu masuk pria itu !!
"...!!"
Invasi tiba-tiba dan ledakan rasa sakit yang mengikutinya hampir membuat Xie Qingcheng menghembuskan nafas terakhirnya ke cermin. Meskipun dia tidak lengah seperti saat dia membiarkan teriakan keluar dari tenggorokannya untuk pertama kalinya, seluruh tubuhnya masih mulai bergetar.
He Yu masuk ke dalam. Dia memeluk Xie Qingcheng dengan erat, suaranya serak serak. "Ge, kau berkeringat, dan sangat panas di dalam. Kau meremasku begitu erat."
"Sangat panas... sangat basah..."
Xie Qingcheng menolak untuk bersuara lagi. Seolah-olah serangan yang membakar ini telah merobek-robek ketenangannya, kulitnya memerah.
Semuanya seperti mimpi buruknya yang terulang kembali, menyeretnya kembali ke dalam rawa kotor malam itu.
Bagi He Yu, ini terasa seperti menghidupkan kembali mimpi musim semi yang begitu nyata. Saat dirinya tenggelam lebih dalam dalam kehangatan yang menyelimuti, napasnya terdengar berat dipenuhi kepuasan. Mata hitamnya berkilat, dipenuhi dengan bara keinginan yang tak terbendung.
He Yu mencium Xie Qingcheng dengan penuh gairah, bibirnya menelusuri leher, tulang selangka, hingga ke sisi bahunya, sebelum akhirnya mencapai punggungnya yang bergetar halus.
Ia menarik napas dalam-dalam, seolah ingin menghafal aroma pria itu.
Dengan suara serak, ia berbisik, "Xie Qingcheng… kenapa tubuhmu tiba-tiba terasa begitu menggoda?"
Xie Qingcheng, dengan mata yang memerah dan suara lebih parau darinya, menjawab lirih, "Omong kosong… pasti ada yang salah dengan hidungmu..."
Namun, pemuda itu tak ingin berdebat lebih lama. Dalam keintiman yang tercipta di antara mereka, ia hanya menunduk dan kembali mengecupnya. "Sungguh… ini terasa luar biasa."
Bagaikan seseorang yang akhirnya menemukan setetes air di tengah dahaga yang menyiksa, He Yu merasakan kepuasan yang luar biasa. Sensasi itu begitu intens hingga merambat ke tulang punggungnya, menggetarkan seluruh tubuhnya. Dalam dekapan eratnya, ia semakin larut dalam momen tersebut.
Namun, seiring dengan kedekatan yang semakin dalam, Xie Qingcheng mulai merasakan kegelisahan yang nyata. Tanpa ada pengaruh luar yang dapat mengaburkan pikirannya, kesadaran akan situasi ini semakin jelas. Lebih dari itu, ketergesaan dan impulsivitas He Yu membuatnya semakin resah—datang tanpa persiapan, tanpa memikirkan konsekuensi, dan tanpa penghalang apa pun di antara mereka.
He Yu menyadari hal ini, tetapi justru membuatnya semakin larut dalam euforia yang menggebu-gebu. Seperti seorang pemuda yang merasakan sesuatu untuk pertama kalinya, instingnya mendorongnya untuk terus mencari kedalaman yang lebih hangat, napasnya memburu dengan intensitas yang semakin meningkat.
Suhu di dalam ruang ganti seakan naik drastis, bagaikan tungku yang membara, menciptakan atmosfer yang begitu intens hingga seolah-olah segalanya di dalamnya akan meleleh.
Suara gesekan kulit terdengar samar di dalam ruangan yang semakin memanas. He Yu terkadang mempercepat ritmenya, lalu kembali melambat, seolah menikmati setiap momen dengan penuh kendali. Saat ia melambat, ia memastikan Xie Qingcheng tetap dalam genggamannya, menjauh sejenak sebelum kembali mendekat dengan intensitas yang lebih besar.
Ketika ritmenya meningkat, kedekatan di antara mereka semakin terasa, membuat napas mereka memburu dalam kehangatan yang kian memuncak. Setiap gerakan yang ia lakukan membawa sensasi yang terus mengalir, memenuhi ruangan dengan ketegangan yang membakar, seolah tenggelam dalam pusaran perasaan yang tak tertahankan.
Mungkin sudah terlalu lama, atau mungkin karena dia tidak terhalang oleh kondom, tapi sensasi diremas erat oleh saluran kejang menjadi semakin panas dan mendebarkan, menyebabkan He Yu hampir kehilangan akal sehatnya karena betapa nikmatnya rasanya. Dorongannya semakin tajam dan semakin tajam saat dia menyetubuhinya lebih cepat dan lebih cepat, mendorong lebih dalam ke dalam dirinya dengan keganasan yang berpikiran tunggal dan membuat pria itu berantakan. Salah satu tangan pemuda itu masih mengelus perut rata pria itu, seolah-olah mencoba untuk melihat apakah dia bisa merasakan seberapa dalam dia masuk, seberapa keras dia mendorong perut pria itu yang berotot ringan.
"Sial..." He Yu merasa sangat baik sehingga dia bahkan tidak repot-repot mempertahankan kepribadian yang tenang dan lembut yang biasanya dia miliki, kata-kata vulgar tumpah dari mulutnya saat jakunnya bergoyang-goyang secara erotis dan kemaluannya terus menerus masuk ke dalam tubuh Xie Qingcheng – bajingan kecil itu benar-benar menjadi gila karena tidak bisa melepaskan diri, menyodok begitu cepat dan begitu dalam sehingga seolah-olah dia ingin meniduri pria di bawahnya sampai mati, seluruh wajahnya diselimuti oleh hasrat yang membara.
Bagaimana bisa terasa begitu menyenangkan...
Mengapa bercinta dengan pria ini terasa begitu menyenangkan?
He Yu tidak bisa berhenti sama sekali – lubang Xie Qingcheng terasa begitu panas dan kencang, membungkusnya, menghisapnya dan menariknya lebih jauh, membawanya masuk dengan begitu penuh dan erat sehingga dia hampir gila
Tapi mata Profesor Xie telah menjadi merah karena persetubuhan itu. Ditempelkan ke cermin dan disodorkan dengan rasa lapar yang begitu menggebu-gebu tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri, hal ini menimbulkan perasaan yang menakutkan bahwa dia akan disetubuhi sampai mati lemas.
Yang lebih menakutkan adalah kenyataan bahwa Xie Qingcheng selalu tenang dan terkendali saat bersama Li Ruoqiu di masa lalu, sampai-sampai pertemuan mereka bisa digambarkan sebagai sesuatu yang sopan. Seolah-olah hanya menjalankan kewajiban sebagai pasangan suami istri yang saling menghormati, mereka tidak pernah bertindak dengan cara yang terlalu liar atau berlebihan.
Namun kini, di usianya yang sudah melewati tiga puluh, ia berhubungan dengan seorang pemuda yang baru memasuki tahun pertama universitas, di dalam ruang ganti sekolah, sementara ribuan mahasiswa menonton film di teater di depan panggung.
Anak laki-laki itu mendorong masuk dengan dalam dan cepat, penuh dengan nafsu, semangat, dan dorongan yang membara. Semua itu merembes melalui kulit dan tulang, melewati tempat keduanya bersatu dan tenggelam dengan kuat ke dalam tubuhnya.
"Profesor Xie, kau benar-benar... terasa begitu enak... begitu nikmat..."
He Yu menidurinya, mata hitam gelap menatap tajam ke arah dua orang yang terjalin yang terpantul di cermin.
Ketika hasratnya yang pertama dan begitu mendesak itu sedikit terpuaskan oleh tubuh Xie Qingcheng, ia mulai kembali sadar sedikit demi sedikit.
Dia terengah-engah, tiba-tiba menarik napas dan menatap wajah Xie Qingcheng, yang tampak hampir sensual di matanya. Kemudian, dengan dada membusung, dia meraih satu-satunya kursi di ruang ganti dan duduk.
Kali ini, He Yu menghadap ke cermin sendiri sambil menarik Xie Qingcheng ke arahnya, membelai kemaluannya sendiri.
"Naiki aku," katanya, jakunnya bergerak naik turun.
"..."
Mata pemuda itu berkilau basah dengan rasa obsesi yang merangkum nafsu serta kegilaan yang tidak bisa dibendung.
Xie Qingcheng adalah seorang pria – tubuhnya tidak bisa bertahan untuk disetubuhi secara brutal dalam waktu yang lama. Tidak peduli seberapa kuat dia, He Yu telah membuat tubuhnya menjadi lemas, belum lagi getaran di kakinya. Selama ini, dia telah menahannya dengan tekad yang kuat.
Ketika pemuda itu menariknya, dia tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
Begitu saja, pria itu diseret secara paksa ke hadapan He Yu, batang yang mengancam yang baru saja menyodorkan dengan gila-gilaan ke dalam dirinya mulai terlihat. Mata Xie Qingcheng sudah memerah karena penghinaan – dia segera membuang muka.
Tapi He Yu meraih dasi yang dia lemparkan dan melilitkannya di leher Xie Qingcheng, membiarkannya menggantung di atas kemeja yang menganga dan dadanya yang telanjang.
Lalu, sambil menarik dasinya, ia menariknya turun.
"Duduklah. Bercintalah dengan dirimu sendiri."
Xie Qingcheng menolak, menggelengkan kepalanya, masih tidak mau bersuara, dengan satu-satunya yang membuatnya tetap tegak adalah tangan yang dia tekan ke cermin.
He Yu mendongakkan kepalanya dan berkata pelan, "Bagaimana aku bisa mengobati penyakitmu jika kau begitu tidak patuh?"
"..."
"Di antara kita sudah seperti ini. Kita tak akan pernah bisa menyelesaikan semuanya. Tapi aku ingin kau juga merasakan kenikmatan."
Namun, Xie Qingcheng tetap menggelengkan kepalanya. Pada titik ini, bahkan tepi matanya telah memerah.
Namun, kemungkinan besar itu disebabkan oleh luka yang lahir dari amarahnya terhadap penghinaan mendalam yang ia derita sebagai seorang pria.
He Yu menatapnya selama beberapa saat sebelum menghela napas, mengumpat pelan, lalu melingkarkan lengannya di pinggang Xie Qingcheng.
-Dia tidak benar-benar mengandalkan Xie Qingcheng untuk mengambil inisiatif sendiri. He Yu menariknya dan memaksa kakinya untuk berpisah di pinggangnya sendiri. Kemudian, dia mengatur ulang posisinya dan, dengan satu tangan di kemaluannya dan satu tangan di pinggang Xie Qingcheng, membimbingnya ke tempatnya sehingga pintu masuk yang licin itu sekali lagi menelan batangnya yang berdenyut-denyut sedikit demi sedikit.
Proses ini sangat menggairahkan. Saat He Yu memeluknya, dia menatap dari balik bahunya ke cermin, di mana dia dapat dengan jelas melihat bagaimana tubuh Xie Qingcheng yang gemetar menaikinya dan berkontraksi di sekelilingnya dengan cara yang memalukan.
Saat panas yang basah dan licin itu menyelimutinya sekali lagi, dia pertama-tama menekan dengan kuat dengan gerakan menggiling cepat, dan kemudian mendorong masuk dan keluar dengan tergesa-gesa, mengubur dirinya lebih jauh, seperti ini, saat dia bergesekan dengan titik yang sangat dalam di dalam tubuh Xie Qingcheng.
"Ge, kau membuatku masuk begitu dalam..."
He Yu membelai punggung Xie Qingcheng, mengusap jari-jarinya di atas tulang belikatnya yang indah.
Dia menggerakkan pinggulnya dengan lembut, menggiling dengan dorongan kecil.
"Dapatkah kau merasakannya?"
"..."
"Apakah kau ingin melihat seperti apa penampilanmu saat kau disetubuhi di bawah sana?"
He Yu adalah pria yang bertindak tanpa banyak berpikir—dia tidak peduli bagaimana Xie Qingcheng akan menjawab, karena pertanyaan itu hanyalah sekadar isyarat sopan yang terlontar secara impulsif dari seorang pria bejat sepertinya.
Dia menyesuaikan bangku sehingga punggungnya menghadap cermin, sementara Xie Qingcheng menghadap ke arahnya.
Sebenarnya, dari sudut pandang Xie Qingcheng, tubuh He Yu menghalangi pandangannya ke tempat di mana tubuh mereka menyatu. Tapi dia bisa melihat dengan jelas bagaimana kakinya terbuka lebar di mana dia duduk di pangkuan anak laki-laki itu, tubuhnya memantul ke atas dan ke bawah dengan setiap dorongan ke dalam tubuhnya. Hal ini sudah lebih dari cukup memalukan.
Dan dari posisi ini, He Yu dapat mendongak dan melihat wajah pria yang duduk mengangkangi tubuhnya. Dia bisa melihat bagaimana Xie Qingcheng terlihat saat dia menekan ke dalam dirinya perlahan dan dalam, menggigil saat dia menerimanya.
Dengan cara ini, pemuda itu memiringkan kepalanya ke belakang dengan pria itu mengangkangi pangkuannya, dan kemudian mendorong ke atas saat pria itu memeluknya.
Dalam posisi menunggang ini, bahkan jika Xie Qingcheng menolak untuk bergerak, gravitasi tetap memungkinkan He Yu untuk mengubur dirinya sendiri secara mendalam ke dalam tubuhnya, sehingga terasa seolah-olah dia akan menembus perutnya.
Setelah bercinta dengannya dengan dorongan kecil ini untuk sementara waktu, He Yu mulai merasa agak tidak sabar. Sekali lagi, gerakannya mulai tumbuh semakin ganas dan kejam saat pinggulnya menampar pantat Xie Qingcheng dengan suara daging yang menghantam daging.
Untuk beberapa saat, ruang ganti dipenuhi dengan suara terengah-engah kedua pria itu dan tubuh mereka yang saling beradu, di samping suara basah yang kotor dari persetubuhan mereka.
Xie Qingcheng belum pernah mengalami rangsangan semacam ini sebelumnya saat mabuk. Dia segera merasa tidak mungkin untuk bertahan, sedikit bergidik dalam menanggapi dorongan keras He Yu dan tiba-tiba mengangkat tangan untuk menahan dirinya di cermin.
Dengan demikian, ia disambut dengan pemandangan close-up dirinya di cermin, duduk mengangkang seorang pria muda dengan kaki panjangnya yang dipaksa terbuka, menahan setiap dorongan ganas saat kakinya bergetar mengikuti irama gerakan mereka.
He Yu terengah-engah, mendorong sedalam dan sekeras yang dia bisa, seolah-olah dia ingin mengambil semua hasrat yang telah dia simpan selama rentang waktu ini, dan memusatkannya ke dalam tubuh pria ini hari ini.
Jika ada orang yang masuk sekarang, atau bahkan jika mereka hanya melewati ruang ganti, mereka pasti akan mendengar suara percintaan mereka yang panik, dari He Yu yang bercinta dengan Xie Qingcheng. He Yu bahkan sepertinya tidak peduli jika mereka ketahuan – dia tidak berniat menahan diri saat dorongannya menjadi semakin gegabah dan kuat.
Jika ada seseorang yang lewat saat ini, mereka akan melihat bangku kecil itu bergetar di bawah tirai merah ruang ganti, dengan kakinya mengeluarkan suara berderit pelan saat bergesekan dengan lantai.
Kaki kedua pria itu saling bertaut di atas celana panjang yang telah dilemparkan ke lantai, di atasnya jari-jari kaki Xie Qingcheng melengkung kencang, pucatnya diwarnai dengan warna yang memerah, sekaligus tidak alami dan erotis.
Bangku itu berguncang semakin keras. Kekuatan He Yu sangat mencengangkan saat gerakannya menyentak dan mengguncang tubuh Xie Qingcheng di pangkuannya. Dia menampar pantatnya berulang kali, ujung jarinya meremas-remas dengan cabul pada kepenuhannya yang montok.
Suara yang keluar dari tenggorokannya adalah desahan pelan seorang pria yang memuaskan hasratnya di tengah-tengah kebiasaannya.
"Enak sekali... Ge, bercinta denganmu terasa begitu nikmat..."
"Kau diciptakan untuk bercinta, tidakkah kau tahu? Kau menghisapku begitu kencang... sial... kau menghisapku terlalu kencang. Sial!"
He Yu hampir tidak pernah menggunakan bahasa yang kasar, tetapi saat melampiaskan hasrat liarnya pada tubuh Xie Qingcheng, ia menunjukkan sisi dirinya yang belum pernah dilihat oleh siapa pun.
Dipenuhi dengan hasrat yang membara—kasar, liar, dan begitu primitif.
Tapi yang lebih memalukan daripada kata-katanya adalah dorongan yang sangat membakar dan memabukkan. Masing-masing licin dan lengket, memenuhi ruang ganti yang sempit dengan suara-suara basah saat sekresi prostat bercampur dengan cairan usus membuat seks yang menggila dan membara semakin liar.
Xie Qingcheng telah disetubuhi untuk waktu yang lama, begitu lama sehingga matanya menjadi tidak fokus, begitu lama sehingga dia mengira dia akan terjebak di sini dan disetubuhi sampai mati lemas atau mati. Udara di dalam ruang ganti terlalu panas dan terlalu tebal sehingga pada akhirnya, dia bahkan tidak bisa bernapas lagi ...
Dan kemudian-
"Xie-ge."
He Yu tiba-tiba memanggilnya dengan suara serak, nyaris penuh gairah.
Suara itu terdengar hampir sama seperti saat pertama kali Li Ruoqiu bersamanya—dipenuhi dengan harapan.
Namun, He Yu berbeda. Suara wanita biasanya memiliki nada lembut yang membujuk, seolah-olah memohon kelembutan dari seorang pria.
Namun, suara pemuda itu dipenuhi dengan kegelisahan yang tak tertahankan, gelombang hasrat yang tak bisa dikendalikan—seolah-olah ada emosi yang begitu kuat hingga membuatnya ingin melahapnya seutuhnya.
Meskipun suaranya juga lembut, membara, dan murni, itu tidak memberi Xie Qingcheng kesempatan untuk mengambil inisiatif, apalagi memberinya jalan untuk melarikan diri.
Suara itu seolah memberitahunya—bahwa ia diharapkan menerima segala yang diberikan kepadanya.
"Xie-ge... aku akan..."
Pemuda itu terengah-engah dengan penuh urgensi untuk sesaat.
Tenggorokannya bergetar. Mungkin karena rasanya terlalu enak, begitu nikmatnya jiwanya akan meninggalkan tubuhnya, dia bahkan tidak menyelesaikan kalimatnya. Sebaliknya, dia malah mulai menyetubuhinya dengan lebih panik.
Kulit menampar kulit.
Bangku itu berguncang dengan keras.
Urat-urat muncul di lengan He Yu saat ia mengencangkan cengkeramannya pada Xie Qingcheng, kulitnya memerah sementara terengah-engahnya juga semakin kasar.
Xie Qingcheng benar-benar tidak tahan lagi, dia merasa tidak bisa mendapatkan udara.
Tapi saat He Yu menidurinya semakin mendesak, semakin cepat, nafasnya menjadi compang-camping saat denyut nadi di lehernya berdenyut, ekspresi yang dia kenakan saat melihat Xie Qingcheng juga berubah.
Xie Qingcheng dapat dengan jelas merasakan sesuatu di dalam dirinya menjadi semakin keras dan lebih panas dan menakutkan saat menidurinya, bahkan mulai berdenyut. Dia juga seorang pria – dia tahu He Yu akan segera datang.
Pada titik ini, Xie Qingcheng akhirnya tidak bisa berpura-pura tenang lagi. Sambil meraih lengan He Yu, dia mencoba berjuang untuk berdiri. "Jangan ... jangan masuk ke dalam ... tarik ... tarik keluar ..."
Suara itu bahkan bergetar sedikit.
"Tidak di dalam, He Yu... jangan di dalam..."
Namun bagi He Yu, suara itu hampir terdengar memohon.
He Yu hanya merasakan rasa dominasi dan kebrutalan maskulinnya semakin terpancing.
Bagaimana mungkin dia bersedia untuk mundur?
Tanggapannya hanyalah sebuah kekuatan yang sangat buas.
Tanpa membantah, pemuda itu mendorong pria itu kembali ke pangkuannya. Karena Xie Qingcheng baru saja bangkit sedikit berdiri, didorong kembali secara paksa ke bawah sebenarnya menyebabkan He Yu masuk lebih dalam lagi.
"...!!"
Xie Qingcheng tidak bisa menahan erangan yang teredam saat He Yu juga terengah-engah dengan kasar karena senang. Kemudian, memanfaatkan momentum, He Yu hanya mengangkatnya sepenuhnya dan bangkit berdiri, menekannya ke cermin sehingga seluruh tubuh Xie Qingcheng tergantung di udara, dengan satu-satunya penopang adalah tempat di mana mereka terhubung, dan cermin sedingin es di belakangnya.
Posisi baru ini menyebabkan mata Xie Qingcheng terbuka. Itu terlalu menakutkan ... begitu dalam, begitu keras ... He Yu tidak menarik sepenuhnya keluar sama sekali, hanya menarik sedikit sebelum membanting kembali ke dalam, cepat dan keras, tamparan bolanya ke kulit Xie Qingcheng menyatu dengan suara basah yang akhirnya mulai muncul setelah persetubuhan mereka yang lama. Penis di dalam dirinya sangat keras dan panas, berdenyut masuk dan keluar, dan kemudian-
Pada akhirnya, setelah melawan dan tidak mengeluarkan satu suara pun sepanjang seluruh perselingkuhan ini, setelah menyadari dengan jelas bahwa di tengah-tengah terengah-engahnya yang kasar, He Yu akan dengan kejam dan tanpa henti masuk ke dalam dirinya, Xie Qingcheng akhirnya tidak dapat menahan penghinaan itu lagi dan mengeluarkan serangkaian tangisan parau, nada ketakutan yang mengejutkan muncul dalam suaranya.
"He Yu! Jangan... jangan...! Tidak... jangan masuk... tarik keluar, tarik keluar! ... Jangan masuk ke dalam... ah.... ah!!"
Tetapi bahkan saat dia berteriak, He Yu terus memeluknya, terengah-engah dengan desakan yang berat saat dia memberikannya, dalam dan ganas dan tebal, denyut nadi demi denyut nadi, berkedut saat dia masuk ke dalam tubuhnya ... melapisi ceruk terdalamnya, seolah-olah dia ingin mengisinya sepenuhnya, dan meninggalkan bekas yang tidak akan pernah bisa dihapus.
Xie Qingcheng kehilangan akal sehatnya saat itu juga, dia benar-benar telah mengalami gangguan ... kakinya terbuka lebar, dipaksa untuk melingkari pinggang anak sekolah itu, dadanya terengah-engah dengan apa yang tampak seperti orang yang sekarat ... rasa penghinaan yang ekstrem dan rangsangan yang menakutkan menyebabkan air mata menetes tanpa sadar dari sudut matanya ...
He Yu juga menyandarkan berat badannya ke tubuhnya, terengah-engah karena kegembiraan dan rangsangan. "Ge, kau sangat pandai menghisapku di bawah sana, rasanya sangat enak..."
Xie Qingcheng, yang tidak mengeluarkan suara selama pertemuan ini, akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak kehilangan akal sehatnya dan berteriak saat dia dipenuhi dengan aliran air panas yang datang dengan kuat. "AH... AH...!!!"
Erangan seraknya mendorong He Yu ke ketinggian yang lebih tinggi lagi. He Yu tersentak ke dalam dirinya seperti hidupnya bergantung padanya, seperti dia mencoba menidurinya sampai mati, dengan ganas menyodorkan saat tembakan demi tembakan cairan kental menyembur dari kemaluannya yang berdenyut, menyodok sampai seluruh panel dinding ruang ganti bergidik hebat.
Seolah-olah seluruh diri Xie Qingcheng telah hancur berkeping-keping oleh kenyataan ini. Pada saat ini, orang yang begitu kuat dan jantan memiliki air mata penghinaan yang menempel di sudut matanya saat bibirnya yang pucat terus bergumam dengan hati-hati, "Jangan datang ... di dalam ... jangan datang ... jangan datang ... ah ..." Tapi dia tidak pernah bisa salah merasakan penis He Yu menyodok dan berdenyut di dalam dirinya, dia benar-benar masuk ke dalam ...
Setelah menahan begitu banyak rasa lapar dan haus, denyut nadi demi denyut nadi pemuda itu melesat dengan ganas dan tak henti-hentinya ke dalam tubuhnya. Itu sangat dalam, dan sangat kental, sensasi asing dan menakutkan yang menyebabkan seluruh tubuh Xie Qingcheng bergetar tak terkendali ...
Karena naluri pria untuk menghamili pasangan seksual mereka, bahkan setelah dia selesai orgasme, He Yu tanpa sadar terus mendorong lebih dalam ke dalam tubuhnya. Pinggul menekan di antara paha Xie Qingcheng, dia mendorong ke dalam dan menolak untuk menarik keluar, mendorong penisnya yang masih berdenyut lebih dalam, dengan penuh kasih sayang terjun ke dalam saat berkedut lagi dan lagi, dan menembakkan bagian terakhir dari ejakulasinya sebelum dengan lembut memasukkan semuanya ke dalam lubang kecil yang berkedut lembab dengan penisnya.
Ini adalah pertama kalinya He Yu masuk ke dalam tubuh orang lain. Sebelum hari ini, dia tidak akan pernah menyangka bahwa orang ini adalah Xie Qingcheng...
Bahwa itu adalah seorang pria...
Bahwa itu akan menjadi Xie Qingcheng ...
Dia telah menidurinya dengan sangat basah – dia sangat menyedihkan, sangat menyedihkan, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain melebarkan kakinya dan menjadi orang pertama di mana He Yu menghabiskan dirinya sendiri ...
Dia menenangkan diri dari dalam rangsangan yang intens itu, menatap dengan tenang ke wajah Xie Qingcheng. Dia terus meniduri penisnya dengan lembut ke dalam Xie Qingcheng saat dia terengah-engah, menatap tanpa berkedip ke arah pria di pelukannya yang basah kuyup oleh keringat yang sepertinya baru saja dikeruk dari air.
Tiba-tiba, dia tidak bisa menahan diri lagi-sebagai suatu emosi yang tidak dikenal namun mendidih di dalam hatinya melonjak, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya-
Dan mencium mulut Xie Qingcheng yang terengah-engah dan sedikit terbuka.
Sepasang bibir yang begitu tipis dan dingin, namun terasa begitu lembut saat dicium. Dia memejamkan matanya, menolak untuk menarik diri ke bawah bahkan ketika dia menempel dengan basah di atasnya, memiringkan kepalanya saat dia menciumnya.
Saat He Yu menciumnya, dia membungkuk, satu tangan perlahan-lahan menempatkan Xie Qingcheng yang mengigau dan rusak di atas bangku empuk itu, saat tangan satunya meluncur ke bawah tanpa sadar untuk menyentuh perut Xie Qingcheng.
Sensasi ini benar-benar terlalu aneh... He Yu bisa merasakan hatinya sendiri bergetar – dia merasa ada sesuatu yang tidak lagi sama. Bukan hanya dirinya sendiri, sepertinya hubungan Xie Qingcheng dengannya juga telah berubah.
Ini adalah pertama kalinya dia benar-benar masuk ke dalam tubuh orang lain.
Tampaknya hal ini memiliki arti yang sama sekali berbeda dengan menggunakan pelindung.
Selama sembilan belas tahun usianya... pertama kalinya dia bercinta dengan seseorang, pertama kalinya dia masuk ke dalam diri seseorang, semuanya terjadi secara tak terduga selama beberapa hari ini dan dengan pria ini.
He Yu mencium Xie Qingcheng untuk waktu yang lama sebelum perlahan-lahan melepaskannya. Bibir mereka telah terpisah sedikit, namun masih ada kesan basah yang menodai sudut bibir mereka.
Sambil membelai perut Xie Qingcheng, He Yu berbicara dengan ekspresi gelap dan rumit. "... Ge... Aku masuk ke dalam..."
"Aku sangat ingin..."
"Rasanya seperti aku akan membuatmu hamil..."
Tanggapan terhadap pernyataan yang sangat memalukan seperti itu adalah pemfokusan mata Xie Qingcheng secara bertahap, diikuti dengan tamparan yang kejam namun gemetar-
"He Yu, kau brengsek-"
Pukulan itu tidak mendarat.
He Yu telah meraih pergelangan tangannya, seolah-olah dia sudah lama menduganya.
Dia tidak repot-repot bertengkar dengan Xie Qingcheng kali ini, membiarkannya mengutuknya saat dia memalingkan wajahnya, memejamkan mata, dan memberikan ciuman lembut pada tato yang lembut itu.
"Ge, kenapa kau tidak duduk saja."
"Aku akan membantumu berpakaian..."