Permaisuri Yuna Sunnaya atau yang di panggil Empress Yuna. Dia adalah salah satu orang yang masuk ke dalam daftar wanita yang sangat aku cintai, dia adalah wanita pertama yang membuat hati ku jatuh ke dalam larutan cinta nya. Mata nya yang tidak besar namun tajam bagaikan bilah pisau dan senyuman nya yang indah bagaikan bintang, itulah dia Yuna.
Entah apa yang ku bayangkan saat melihatnya pertama kali, saat itu aku seperti melihat malaikat yang jatuh ke bumi. Mungkin aku merasa dia di takdirkan untuk ku, jadi saat itu aku langsung jatuh cinta kepadanya dan juga aku adalah orang yang langsung memikirkan masa depan, karena saat pertama kali melihatnya saja aku sudah mengimajinasikan bagaimana masa depanku dengannya. Itu sangat lucu jika di ingat-ingat kejadian itu, walau terkadang membuatku merasa malu saat mengingatnya karena aku melakukan itu dulu. Baiklah, kita lanjutkan saja ceritanya.
Setelah saling berkenalan saat itu, kita memutuskan untuk mengobrol di tempat yang lebih nyaman, dan kita memutuskan untuk mengobrol di balkon yang di terangi cahaya bulan di malam hari dan pemandangan gunung yang menambah indahnya pemandangan disitu.
"Jadi, bagaimana kamu bisa di undang ke acara ini?" ucap aku dengan menatap ke atas ke arah bulan.
"Oh… sebenarnya yang di undang itu kakek ku, hanya saja karena takhta nya di turunkan kepadaku jadi aku yang datang menghadirinya" ucap Yuna dengan senyum.
"Loh? Jadi langsung loncat generasi? Terus ayahmu tak jadi Raja atau…" tanya aku dengan bingung.
"Ayahku sudah meninggal ketika aku lahir" jawab Yuna dengan memotong dengan menatap bulan.
"Oh, maaf" ucap aku dengan raasa malu.
"Tidak apa-apa" ucap Yuna dengan santai.
Setelah itu suasana terasa sedikit canggung, kami saling curi-curi pandang dan menatap bulan dengan perasaan yang sangat malu dan canggung.
Jam sudah menunjukan pukul 11:30 malam, kami berdua menghabiskan waktu bersama di balkon sampai selarut ini, sudah banyak topik pembicaraan yang kita bicarakan bahkan aku saja sampai kehabisan topik dan bingung apa yang ingin aku bicarakan lagi. Seketika ada pelayan yang datang dan bilang jika pesta sudah berakhir, aku sedikit terkejut karena baru kali ini ada pesta yang berakhir cepat, padahal biasanya bisa sampai jam 12 lewat, ya mau bagaimana lagi, ini pestanya Hanzel yang orangnya tak pernah ketebak.
Setelah pelayan mengatakan seperti itu, Yuna langsung berkata jika dia akan langsung pulang dan dia langsung membungkukkan badan kepadaku dan pamit, tetapi aku langsung menarik tangannya dan berkata jika aku akan mengantarnya pulang kekekaisaran nya.
Pada awalnya Yuna menolak, tapi aku bilang jika kamu ingin mengenalku maka izinkanlah aku mengenal orang yang ingin mengenalku juga, karena sesungguhnya dia akan menjadi berarti bagiku suatu saat nanti. Setelah aku berkata seperti itu, aku melihat mukanya memerah dan dia langsung mengangguk mau.
Kita berjalan Bersama keluar dari Istana, berjalan ke parkiran dengan suasana sunyi, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut, hanya suara langkah kaki yang menemani kesunyian ini, karena tidak ada yang memulai bicara, jadi aku langsung menanyakan hal-hal yang sering di tanya oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta.
"Kalau boleh tahu apa warna kesukaanmu?" tanya aku dengan malu-malu.
"Warna? Hmmm… kalau warna aku menyukai warna merah maroon". jawab Yuna dengan menatapku.
"Warna favorit yang bagus, belum pernah aku mendengar seorang wanita menyukai warna maroon."
"Loh? Kenapa begitu?" tanya Yuna.
"Karena rata-rata wanita yang aku temui warna kesukaan mereka itu kalau tidak pink, ungu, kuning atau biru". jawab aku dengan menghitung warna di jari.
"Ah! Aku juga suka warna biru, itu kenapa jubah ku berwarna biru". jawab Yuna dengan menutup senyumannya.
"Oh iya! Hahaha".
Dengan semua topik random yang kita bicarakan, akhirnya aku melaklukan satu langkah pertama yang bisa dibilang sangat mendadak. Yaitu, aku memegang tangannya secara perlahan dan menuntun ke mobilku.
Yuna terkejut ketika aku menggenggam tangannya, dia tidak meminta untuk dilepaskan, justru dia menggenggam lebih erat tangan ku lebih erat lagi dengan wajahnya yang memerah dan memalingkan wajahnya ke langit.
Jantungku sangat berdebar ketika menggenggam tangannya, ini pertama kalinya aku menggenggam tangan seseorang secara langsung, aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, ini pertama kalinya bagiku. Aku tak bisa menahan rasa berdebar ini, rasanya hatiku seperti ingin meledak, detak jantungku tak terkontrol detakannya, bagaikan bom waktu yang ingin meledak rasanya.
Sesampainya di mobilku, aku membukakan pintu mobilku untuknya, ini adalah salah satu Tindakan Gentleman yang aku pelajari semasa aku menjadi pangeran.
Setelah kita berdua masuk ke mobil, situasi sedikit canggung, tak ada yang mengeluarkan satu katapun, akan tetapi aku memecahkan keheningan itu dengan memakaikannya sabuk pengaman untuknya, aku menarik sabuk itu dan posisiku tepat di atas Yuna dan aku bisa mencium aroma parfumnya yang sangat wangi. Sungguh, saat itu aku sangat berkeringat walau hanya memakaikan sabuk pengaman untuk Yuna.
"Terima kasih… kamu sangat perhatian" jawab Yuna dengan menyentuh dadaku ketika aku di atasnya.
Ketika dia melakukan gestur itu, dadaku langsung berdetak dengan kencang, pompaan jantungku bagaikan pompaan piston mobil yang ingin melesat kencang di jalanan.
"Ah… tidak… aku memang dididik untuk menghormati wanita". jawab aku dengan senyum.
Melihat rambutnya yang basah akan keringat, aku membelai rambutnya dengan perlahan dan berkata jika malam itu dia sangat cantik, bahkan bulan yang berada di langit pun tunduk dengan kecantikannya saat itu.
Kami saling menatap beberapa menit dan aku langsung memalingkan wajahku dan berkata jika kita harus berangkat sebelum malam semakin larut.
Mobil pun berjalan, aku mengendarai dengan pelan dan dikawal oleh polisi yang akan mengawal kami sampai bandara. Selama di perjalanan dan di dalam mobilku hanya suara musik yang menemani, tidak ada yang mengawali topik pembicaraan karena kita berdua masih menahan rasa malu akan tadi.
Seketika Yuna bertanya kepadaku, kenapa aku melakukan ini semua, tapi aku bilang ke dia jika aku akan menjawab pertanyaannya sesampainya kita di bandara.
Sesampainya kita di bandara, di situ aku melihat jika pesawat milik Yuna sudah siap untuk lepas landas, Ketika aku melihat itu aku langsung mengantar Yuna ke pesawatnya, aku melepas tangannya Ketika dia menaiki tangga untuk masuk ke pesawat.
"Terima kasih ya…" jawab Yuna dengan halus.
"Tidak apa-apa, lagipula aku melakukan ini karena aku menyukainya" jawab aku.
Langkah kaki Yuna berhenti di pertengahan anak tangga, dia bingung dengan maksud perkataan ku, namun kemudian dia melanjutkan Langkah naik tangganya dengan tersenyum, dan sesampainya di pintu pesawat dia memutar balikkan badannya dan memanggilku.
"Kamu Damian kan? Raja Mathias Veronic Damian?" tanya Yuna dengan tersenyum.
"Kenapa kamu bertanya?".
"Hanya ingin memsatikan".
"Bagaimana jika aku bukan Damian?" ucap aku dengan senyum.
"Jika kamu bukan Damian, aku ingin minta tolong kepadamu" ucap Yuna.
"Minta tolong apa?"
"Tolong katakan pada Damian, jika dia suka padaku maka suruh dia jujur jika dia memang benar menyukaiku maka katakanlah!"
"Aku akan menyampaikannya!" aku tidak bisa mendengar perkataan Yuna dengan jelas saat itu, dikarenakan suara angin dan suara mesin pesawat yang sudah akan berputar.
"Akan kutunggu!" dia menjawab dengan melangkahkan kakinya masuk ke dalam pesawat dan pintu pesawat tertutup.
Aku mundur dan melihat pesawatnya berjalan ke Runway dan aku membalas lambaian tangannya kepadaku di balik jendela pesawat. Ketika pesawatnya sudah siap Take off, aku hanya melihatnya dari kejauan, pesawatnya berlari dan melayang yang menandakan pesawatnya sudah terbang, semakin tinggi terbangnya dan memasuki kumpulan awan dan hilang yang menandakan sudah pergi. Bagiku saat itu adalah malam yang indah, malam itu menjadi malam yang aku ingat sampai kini.
Keesokannya, di istana. Aku sedang duduk di meja kerjaku dengan sepiring kue coklat, sarapan dengan tenang dengan menghadap layar monitor dengan menonton acara Talkshow favoritku. Ketika sedang sarapan entah kenapa aku kepikiran untuk mencari lebih tahu tentang Yuna, jadi aku membuka salah satu Website sosial yang sering dipakai orang-orang untuk mem-Posting kehidupan mereka. Entahlah, aku jarang menggunakan Website ini masalahnya.
Kucari di halaman pencarian akun dengan nama Yuna, banyak nama yang keluar, tapi ada salah satu nama akun dengan centang biru di namanya. Ketika melihat itu, aku langsung melihat-lihat akun itu, ternyata itu adalah akun Yuna, dan tanpa pikir panjang aku langsung mengikuti akunnya. Tapi tak disangka-sangka, jika aku harus mendaftarkan diriku terlebih dahulu untuk mengikutinya, jadi bisa dikatakan jika aku belum pernah memiliki akun di Website. Setelah kudaftarkan diriku mulai dari nama, foto profil, dan lainnya, aku melihat foto-fotonya, dia sangat cantik, setiap fotonya membuat diriku semakin jatuh cinta padanya, sungguh aku sangat menyukainya kala itu.
Setelah itu ada yang mengetuk pintu ruanganku dan ternyata itu adalah penasihatku, entah kenapa dia masuk ke ruanganku dengan tersenyum.
"Ada apa? Kenapa kau tersenyum-senyum seperti orang gila?" tanya aku yang langsung menutup website itu.
"Tidak ada apa apa Yang mulia…" jawab penasihatku dengan senyuman licik.
"Serius, ada apa kau?" tanya aku dengan sedikit berkeringat, karena aku takut jika dia mengetahui aku menyuaki Permaisuri Yuna.
"Tidak disangka-sangka Yang mulia…" ucap penasihatku dengan menunjukan ponselnya.
"A-apa?!" ucap aku dengan mulai panik.
"Sumpah, baru tahu saya jika anda membuat akun sosial media ini Yang mulia" ucap penasihatku dengan ketawa seraya menunjukan ponselnya.
Disitu aku sedikit lega karena kupikir dia akan mengatakan sesuatu tentang aku yang menyukai Yuna.
"Ini siapa yang anda ikuti yang mulia? Baru satu saja disini" ucap penasihatku dengan penasaran.
"Yang aku ikuti hanyalah akun yang disarankan sebagai salah satu syarat untuk membuat akunnya" ucap aku dengan kaget, karena aku tidak tahu jika orang lain bisa melihat apa yang kita ikuti di sosial media itu.
"Itu kan bisa dilewati Yang mulia" Kemudian "OH! OH! APA INI!? HAHAHA" penasihatku tertawa ketika mengetahui siapa yang aku ikuti di sosial media itu.
"Diamlah! Tolong…" aku menutupi wajahku yang memerah karena malu dengan menggunakan jubahku.
"Kenapa anda mengikuti akun Permaisuri Yuna?" tanya penasihatku dengan senyum-senyum.
"Bukan urusanmu" ucap aku dengan memalingkan wajahku.
"Apa anda menyukainya?" ucap penasihatku dengan spontan.
Aku terkejut yang mendengar penasihatku berkata seperti itu, aku terdiam sejenak, tak mengeluarkan satu kata pun dari mulutku, ketika aku ingin jujur mengatakannya, penasihatku langsung menyela.
"Ya… itu maklum saja jika anda menyukainya, banyak yang menyukainya Yang mulia… Argh… bahkan waktu itu saja ada beberapa pemimpin yang ingin melamarnya…"
"APA?! DILAMAR?!?!" heboh aku.
"Santai Yang mulia… mereka semua di tolak oleh Permaisuri Yuna secara mentah-mentah" ucap penasihatku.
"Oh… iyakah?"
"hehey… ketahuan nih…"
"Diamlah…"
Setelah itu aku ceritakan bagaiamana aku bisa menyukai Yuna, aku jujur jika aku menyukai dia karena cantiknya, matanya, sikapnya dan lain lagi, aku tak bisa menyebutkannya satu persatu. Setelah kuberi tahu penasihatku bagaimana aku bisa menyukai Yuna, dia berkata jika aku harus berhati-hati jika ingin menyukainya. Kaget, entah kenapa penasihatku berkata seperti itu.
Aku terdiam, memikirkan apa yang sudah penasihatku katakana tadi. Aku terdiam setelah penasihatku keluar ruangan dengan tertawa terbahak-bahak karena aku yang mengikuti akun Yuna di sosial media itu.
Malamnya di Istana, ketika aku ingin pulang ke kastil. Aku melihat beberapa ksatria penjaga sedang beramai-ramai melihat TV yang ada di pos penjaga gerbang, aku mendekati mereka dan bertanya apa yang sedang mereka lihat. Ketika aku datang menghampiri dan bertanya kepada mereka, mereka menjawab jika mereka sedang melihat salah satu siaran yang ada di TV, entah siaran apa yang mereka lihat, ketika aku melihat ke rah TV aku sontak terkejut, karena di acara TV itu terdapat Yuna sebagai bintang tamunya. Sungguh sangat mempesona ia di acara TV itu, tanpa ku sadari, aku juga ikut menonton dengan para penjagaku disitu, sampai akhir acaranya selesai.
"loh, yang mulia jug ikut menonton?" tanya salah satu penjaga yang menyadarinya.
"Eh? Iya ya? Ko saya jadi ikut menonton bersama kalian?" jawab aku dengan kebingunan juga.
"Sepertinya yang mulia terpesona oleh kecantikan permaisuri Yuna…" ucap salah satu penjagaku yang lain.
"A…apa sih??? Tidak tahu lah, saya akan pulang" ucap aku dengan meninggalkan mereka.
"Baik… Hat-hati yang mulia…" seru semua penjaga ku yang berada di pos gerbang.
Sesampainya di Kastil, aku langsung rebahan di Kasur ku, melihat langit-langit dengan membayangkan wajah Yuna di benakku, sungguh dia membuatku sangat tergila-gila. Di saat mataku sudah sangat berat, entah kenapa aku membayangkan jika aku sedang berudaan di kasur Bersama Yuna dan entah mengapa, imajinasiku semakin liar hingga aku membayangkan jika aku sedang ingin memulai hubungan di atas Kasur. Ketika semakin dalam imajinasinya, aku tersadar dengan ketukan pintu yang dibuat oleh salah satu pembantuku di rumah. Gila! tidak mungkin aku membayangkan hal seperti itu, pasti itu hanya imajinasi liar yang tak sengaja aku buat.
Aku bangun dari kasur dan beranjak ke pintu untuk membukakan pintunya, ketika pintu ku buka.
"Ada apa?" tanya aku ke pembantuku yang mengetuk pintu.
"Begini Yang mulia... tadi itu ada surat masuk di kotak surat..." ucap pembantuku dengan malu-malu.
"Lalu?"
"Lebih baik anda membuka dan membacanya sendiri..." ucap pembantuku seraya memberikan suratnya dengan senyum geli.
"Oke... baiklah..." ku ambil surat yang diberikannya.
Ketika surat sudah ku ambil dan berada di tanganku, pembantuku langsung pergi dengan menahan tawa gelinya, entah apa yang terjadi dengannya, aku hanya melihatnya dengan tatapan bingung karena aku sangat tidak tahu apa yang terjadi... . Aku masuk kembali ke kamarku dan langsung duduk di pinggir kasur serta mengamati surat itu. Aku cukup terheran dengan sampul surat itu, karena hanya ada cap bibir merah. Jika ini surat dari pembantuku yang memberi surat ini tadi, maka tandanya ini surat cinta, tapi sangat aneh..., karena pembantuku yang memberi surat itu tadi sudah bertunangan dengan salah satu ksatria di istana. Tak mau ku perpanjang beban pikiran di kepalaku, jadi aku langsung membuka surat itu... .
Alangkah terkejutnya aku ketika mengetahui isi surat itu, karena ternyata surat itu berasal dari Yuna! Gila! aku langsung melempar surat itu ke atas, seakan tak percaya jika surat itu berasal dari Yuna langsung.
"Apa itu benar surat darinya? Jika benar... kenapa harus ada cap bibirnya sih?" ucap aku dalam hati.
Aku melihat surat yang terjatuh ke lantai akibat ku lempar tadi, dan aku memutuskan untuk membacanya. Pelan-pelan aku ambil dan ku buka surat itu, dan ketika aku membaca suratnya, isi suratnya membuatku keringat dingin dan panik seketika, karena isi surat itu.
"Hai Damian... Ini aku Yuna, aku melihat akun kamu mengikutiku di media sosial, chat aku dan akan aku tunggu sampai jam 10:00 malam ini. Maaf jika aku mengabari mu lewat surat seperti ini... terkesan kuno, tapi ini lucu. Kutunggu ya..." Isi surat.
Sial! dia pikir aku siapa? bisa-bisanya aku diminta untuk nge-chat dia sebelum jam 10:00 malam, tetapi aku juga sangat ingin mengawali obrolan dengannya. Masalahnya... Aku tidak tahu harus mulai dengan apa untuk mengawalinya? Salam? Jujur akan perasaan? tidak, jika jujur aku terlalu sembrono. Jadi setelah ku pikir-pikir, aku akan memulainya dengan salam.
Aku mengambil ponselku dan langsung membuka aplikasi media sosial itu, aku mencari akunnya dan menekan gambar obrolan. Keyboard ku sudah siap untuk mengetik, tapi aku bingung salam seperti apa yang ingin aku katakan. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 09:47, entah ada rasa terburu-buru di hatiku seakan-akan aku beneran sedang ditunggu.
Wahai Yuna Sunnanya... kamu sungguh membuatku tergila-gila...
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!