webnovel

Kisah Kebijaksanaan Klasik

หนังสือและวรรณกรรม
Ongoing · 2.3K Views
  • 2 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Kebijaksanaan sangat sulit didefinisikan karena ja bisa diterapkan dalam banyak hal. Untuk beberapa orang, ia adalah falsafah hidup. Untuk yang lain, ia berarti manajemen efektif untuk situasi yang sulit. Dalam situasi apa pun, saya percaya kebijaksanaan bukanlah ide yang abstrak, tetapi ilmu terapan yang dapat dipelajari dalam konteks kehidupan nyata. Cara terbaik untuk melihatnya adalah dengan melakukannya. Berikut ini adalah sepuluh cerita terkenal. Masing-masing cerita, dengan caranya sendiri, membantu kita memahami apa yang kita sebut kebijaksanaan yang mendunia.

Chapter 1Chapter 1 Kebijaksanaan Eps 2

1. HARGA TEBUSAN

Berusahalah untuk mengerti motif sesungguhnya dari seseorang yang berusaha dengan keras, tetapi gagal. Bersabarlah untuk melihat bagaimana seseorang yang sukses bisa berhasil pada akhirnya.

-Vegetable Roots

Fan Li adalah seorang pria kaya raya yang hidup kira-kira 2.500 tahun yang lalu. Ia bekerja sebagai kepala komandan di ketentaraan Provinsi Yue yang terletak di sebelah timur pantai China. Pada suatu ketika, setelah dikalahkan oleh negara tetangganya, Pro- vinsi Wu, raja dari Provinsi Yue ditangkap dan dipekerjakan sebagai budak di peternakan raja Provinsi Wu selama tiga tahun. Setelah dibebaskan, raja dari Yue berusaha sekuat tenaga, selama dua puluh tahun, untuk membangun kembali kekuatan negaranya. Akhirnya, ia pun dapat mengusir kekuasaan Provinsi Wu dari negaranya dan memaksa rajanya untuk bunuh diri. Dengan cara itu, ia telah mem- balas dendam atas penghinaan yang dideritanya. Semua ini dapat berhasil berkat jasa Fan Li.

Ketika segala pengorbanan dan jasanya telah dihargai oleh raja, Fan Li memohon untuk dibebaskantugaskan karena ia mengetahui bahwa raja dari Yue adalah seseorang yang mau berbagi kerja keras, tetapi tidak mau berbagi hasil dari kemenangan yang didapatkannya, bukan seorang teman dalam perdamaian dan kegembiraan.

Dengan berbekal penghargaan yang sangat banyak dari raja, Fan Li memutuskan untuk pindah ke Provinsi Qi. Di sana ia berhasil menge- lola sebuah peternakan dan menjadi seorang jutawan. Ia mempunyai tiga orang anak. Pada suatu hari, anaknya yang kedua ditangkap dengan tuduhan membunuh di Provinsi Chu.

"Jika anakku terbukti membunuh," kata Fan Li kepada keluarga- nya, "ia dapat dihukum mati. Tetapi, anak dari seorang jutawan tidak harus mati di pengadilan." Ia pun memberi emas sebanyak 20.000 ons kepada anak bungsunya dan menyuruhnya untuk pergi ke Provinsi Chu untuk melihat apakah ia dapat mengeluarkan kakaknya dari penjara.

"Sebagai anak yang tertua, aku seharusnya yang pergi," bantah anak sulungnya. "Tetapi, Ayah mengutus adik bungsu untuk mewakiliku. Aku merasa malu karena Ayah tidak membiarkan aku melaksanakan tugasku. Aku merasa diriku anak yang tidak berharga." Sang anak tertua pun mengancam untuk bunuh diri.

Istri Fan akhirnya ikut campur, "Jika kau mengutus anakmu yang bungsu, ia mungkin berguna, mungkin juga tidak. Tetapi, kita pasti akan kehilangan anak sulung kita. Apa bagusnya jika seperti itu?"

Fan akhirnya menyerah dan setuju untuk mengirim anak sulungnya.

Ia menulis surat kepada seorang temannya bernama Zhuang di Chu. "Berikan surat dan 20.000 ons emas kepada Tuan Zhuang," kata- nya kepada anaknya. "Biarkan ia melakukan apa pun yang disukainya dengan uang ini dan jangan pernah mempertanyakannya."

Anak sulungnya lalu berangkat dengan membawa serta tambahan emas miliknya sendiri.

Rumah Tuan Zhuang sangat besar. Ia membaca surat itu dan menerima uangnya. Pulanglah segera," kata Tuan Zhuang kepada anak sulung Fan. "Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini."

Tetapi, anak sulung Fan memutuskan untuk tinggal di kota ter- sebut. Ia menemui pejabat tinggi pemerintahan atas inisiatifnya sen- diri dan memberi pejabat itu uang miliknya sendiri.

Tuan Zhuang mempunyai reputasi yang sangat baik di negaranya sebagai orang yang dapat dipercaya. Raja sangat menghargainya. Zhuang tidak bermaksud menyimpan emas tersebut, ia akan segera mengembalikannya kepada Fan Li setelah berhasil menyelamatkan anak keduanya.

la lalu pergi menemui raja dari Chu dan mengatakan bahwa tan- da-tanda astrologi menunjukkan akan timbul bencana dalam waktu dekat ini.

"Apa yang harus kita perbuat untuk menghindarinya?" tanya sang raja.

"Sebuah pengampunan dari Yang Mulia mungkin dapat meng- hindarkan kita dari bencana tersebut," usul Zhuang.

"Sangat bagus," kata raja. Kemudian, ia memerintahkan untuk mengunci kas keuangannya.

Ketika pejabat tinggi pemerintahan mendengar kabar ini, ia mem beri tahu anak sulung Fan Li bahwa akan ada pengampunan dalam waktu dekat ini.

"Bagaimana kau dapat mengetahuinya?"

Pejabat itu menjelaskan, "Sebelum sebuah pengampunan diberi- kan, raja selalu mengunci kas keuangannya karena takut pencuri pencuri akan mengambil kesempatan. Kemarin raja memerintahkan untuk mengunci kas keuangan." Anak sulung itu sangat gembira mendengar bahwa adiknya akan

segera dibebaskan. la mengunjungi Tuan Zhuang lagi karena berpikir

bahwa tidak ada gunanya memberikan begitu banyak uang kepada Tuan Zhuang.

Tuan Zhuang sangat terkejut melihatnya. "Kau masih di sini? Aku pikir kau sudah pulang ke rumah."

"Ya, saya masih di sini. Saya akan pulang ke rumah dengan adik saya karena akan ada pengampunan dari raja. Saya kemari untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Anda."

Tuan Zhuang melihat ada maksud lain di balik kedatangannya. "Mari masuk dan ambillah emasnya kembali," katanya. Anak sulung itu begitu gembira mendapatkan emasnya kembali.

Tuan Zhuang sangat sedih. Ia merasa bahwa ia telah diperdaya oleh anak muda itu. Maka, ia pun kembali menemui raja.

"Yang Mulia memutuskan untuk memberikan pengampunan ka- rena percakapan kita yang terakhir. Tetapi sekarang ada kabar burung tentang anak dari seorang pria kaya, Fan Li, dituduh membunuh dan keluarganya menyuap pejabat Anda. Kabar burung itu mengatakan bahwa pengampunan itu diberikan hanya untuk menyelamatkan anak orang kaya dan bukan benar-benar murni sebuah pengampunan."

"Itu tidak masuk akal!" kata sang raja dengan sedih."Pengampunan dibuat bukan untuk anak orang kaya, kau tahu itu." Karena marah, ia memerintahkan untuk segera menghukum anak kedua Fan Li dan mengumumkan pengampunan keesokan harinya.

Si anak sulung pulang ke rumah dengan membawa mayat adiknya. Seluruh keluarga menangis, tetapi sang ayah tetap terdiam.

"Dari awal aku sudah mengetahui hal ini akan terjadi," kata Fan Li, "Bukan karena putra sulungku tidak mengasihi adiknya, tapi ia hanya tidak dapat menguasai dirinya. Ia adalah seorang yang tamak. Sewaktu mudanya, ia melalui masa-masa sulit denganku untuk membangun kekayaan keluarga ini. Sementara, anak bung- suku hidup dalam waktu yang lebih enak. Ketika masih muda, ia sudah mengendarai kereta yang mewah dan pergi berburu kelinci dengan kuda yang bagus. Ia sudah terbiasa hidup mewah karena ia tidak mengerti susahnya mencari uang. Oleh karena itu, aku ingin mengirimnya ke Chu karena ia begitu royal dengan uang. Inilah yang tidak mampu dilakukan anak sulungku. Bagaimanapun juga, dialah yang akhirnya membunuh adiknya."

Komentar: Fan Li mengerti karakter anak sulungnya dengan baik dan sudah memperkirakan apa yang akan terjadi. Jika ia benar- benar ingin menyelamatkan anaknya yang kedua, kenapa ia tidak pergi ke sana sendiri? Mengapa ia gagal untuk memberitahukan kelemahan anak sulungnya kepada temannya? Betapapun bijak- sananya, ia telah gagal terhadap anaknya sendiri dan terhadap temannya.

2. KUIL BAYI

Keberuntungan tidak bisa didapat hanya dengan menginginkannya saja. Tetapi, hati yang bahagia melahirkankeberuntungan. Nasib sial tidak dapat dihindarkan. Tetapi,mengurangi pikiran buruk akan menjauhkan bencana.

-Vegetable Roots

Cerita berikut ini terjadi pada zaman Dinasti Ming. Kuil Lotus adalah sebuah biara yang terletak di Nanning, suatu kota di bagian selatan China. Kuil itu mempunyai luas beberapa ribu meter persegi dan sejumlah besar bangunan. Ada ratusan biksu tinggal di kuil itu. Pengunjung biara tersebut biasanya diajak berkeliling dan dilayani dengan sebaik-baiknya.

Yang membuat biara itu terkenal dan sejahtera adalah adanya Kuil Bayi. Konon seorang wanita yang menginginkan anak dapat menjadi hamil kalau ia berdoa semalaman di sana. Syaratnya adalah wanita yang datang ke sana untuk berdoa haruslah seseorang yang masih muda dan sehat. Mereka harus berpuasa dulu selama tujuh hari di rumah sebelum datang ke kuil. Di dalam kuil, setiap wanita harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan tongkat suci. Jika tongkat suci menyatakan ramalan yang bagus, wanita itu boleh menginap semalam di sebuah kamar di Kuil Bayi tersebut untuk berdoa sendirian. Jika tongkat suci memberikan jawaban yang tidak bagus, para biksu akanmeminta wanita itu untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, kembali ke rumah, dan mulai berpuasa selama tujuh hari lagi.

Kamar-kamar di Kuil Bayi tidak berjendela. Ketika seorang wanita masuk ke kamar tersebut semalaman, para biksu menyarankan agar seorang dari anggota keluarganya tetap tinggal untuk menemaninya di luar pintu. Kebanyakan dari wanita-wanita tersebut menjadi hamil setelah berdoa dan melahirkan bayi yang sehat.

Banyak keluarga di daerah tersebut mengirim wanita ke sana untuk bersembahyang di Kuil Bayi. Wanita dari tempat lain juga tertarik untuk datang ke kuil itu.

Setiap hari ada sekumpulan orang pergi bersembahyang di biara itu. Mereka membawa berbagai macam sesajian. Ketika para wanita ditanya bagaimana Buddha mengabulkan doa mereka, beberapa dari mereka menjawab bahwa Buddha memberi tahu mereka di dalam mimpi bahwa mereka akan segera hamil, beberapa lainnya malu-malu dan menolak untuk mengatakan apa pun. Beberapa dari para wanita itu tidak pernah datang untuk kedua kalinya, namun ada juga yang pergi ke biara itu secara rutin.

Kabar ini terdengar oleh gubernur baru di distrik itu, Wang Dan. Gubernur baru itu merasa curiga. "Kenapa para wanita harus menginap semalaman di kuil?"

la lantas pergi ke sana untuk melihatnya sendiri. Dekorasi biara yang cerah dan dikelilingi oleh pohon cemara yang tinggi, terlihat menakjubkan. Tempat itu cukup ramai. Banyak yang datang dan pergi.

Ketika salah seorang biarawan melihat gubernur, ia membunyikan tambur dan bel untuk memberi tahu semua biarawan. Diketuai oleh seorang kepala biara, sebuah parade dengan cepat terbentuk untuk menyambut sang gubernur. Seperti orang kebanyakan, Gubernur Wang membakar dupa dan bersembahyang di hadapan patung Buddha.

"Saya mendengar reputasi dari Kuil Suci ini," kata sang gubernur kepada kepala biara. "Saya bermaksud merekomendasikan Anda kepada Raja sebagai pimpinan atas semua kuil dan biarawan di distrik ini."

Kepala biara merasa sangat senang.

"Saya mendengar Kuil Bayi Anda bisa menghasilkan keajaiban- keajaiban. Bagaimana cara kerjanya?"

Kepala biara menjawab bahwa para wanita diwajibkan untuk puasa selama tujuh hari. Jika mereka benar-benar tulus, doa mereka akan menjadi kenyataan pada saat mereka bermalam di Kuil Bayi.

Gubernur Wang menanyakan apakah Kuil Bayi dijaga pada malam harinya. Para biarawan menerangkan bahwa tidak ada jalan masuk selain pintu menuju ruang doa. Anggota keluarga dari para wanita biasanya diminta untuk tinggal semalaman di luar ruangan.

"Jika demikian," ujar sang gubernur, "saya ingin mengirim istri saya kemari."

"Jika Tuanku menginginkan seorang anak," kata kepala biara, "Istri Tuanku tidak harus datang kemari. Ia dapat bersembahyang di rumah. Saya yakin doanya akan dikabulkan."

"Tetapi, kenapa wanita yang lain harus datang kemari?"

"Ketika seseorang yang hebat seperti Gubernur datang kemari untuk berdoa, saya yakin Buddha akan menghargai dan memper- hatikan doanya secara khusus."

"Terima kasih," kata sang gubernur. "Saya ingin berkeliling untuk melihat kuil ajaib itu."

Ruang aula penuh dengan pengunjung yang berdoa di depan patung Bodhisattva Kuanyin, Dewi Kebajikan, dengan seorang bayi di tangannya dan empat bayi di sekeliling kakinya. Lilin yang tak terhitung banyaknya menyala dan ruangan dipenuhi oleh asap dupa.

Gubernur Wang membungkuk di hadapan Dewi Kebajikan. Kemudian, ia mengunjungi ruang doa. Semua ruangan berkarpet.

Ranjang, meja, dan kursi sangat bersih. Satu-satunya jalan masuk ke ruangan itu adalah pintu. Tidak ada retak sedikit pun di dinding sehingga bahkan tidak ada seekor tikus pun yang bisa masuk. Tetapi, Gubernur Wang masih penasaran dengan keajaiban Kuil

Bayi. Ia ingin memecahkan misteri itu. Saat kembali, ia berkata kepada sekretarisnya untuk membawa dua wanita penghibur kepadanya.

"Minta mereka untuk berpakaian seperti ibu rumah tangga. Sewa dan kirim mereka untuk menginap semalam di Kuil Lotus. Beri sebotol tinta hitam pada salah satu dari mereka, sebotol tinta merah pada yang lain. Jika ada orang yang menghampiri mereka pada malam itu, beri tahu mereka untuk menandai kepala orang tersebut dengan tinta yang mereka bawa."

Sekretaris sang gubernur menemukan dua wanita penghibur, Zhang Mei dan Li Wan. Sekretaris itu dan seorang lelaki dari kantor gubernur yang berperan sebagai suami dua wanita penghibur itu membawa mereka ke biara.

Selain mereka berdua, ada selusin wanita lain pada hari itu yang datang untuk menginap semalaman di kuil. Saat waktu sudah menunjukkan pukul delapan, semua ruangan dikunci dan anggota keluarga dari semua wanita berjaga-jaga di luar ruangan. Para biarawan pun kembali ke ruangan mereka. Zhang Mei lalu menanggalkan pakaiannya, memadamkan lilin, dan berbaring di tempat tidur.

Pada jam 10 malam, bel berbunyi. Tak lama, kesunyian menyelimuti kuil tersebut. Namun, tiba-tiba saja Zhang Mei mendengar suara dari bawah ruangan. Ia melihat salah satu papan lantai di ruangan bergerak ke samping dan kepala seseorang yang tercukur gundul muncul dari bawah. Kepala itu adalah kepala seorang biarawan.

Zhang Mei tidak bergerak. Biarawan itu berjinjit ke samping tempar tidurnya, menanggalkan jubahnya, dan menyelinap ke tempat tidurnya. Zhang Mei berpura-pura sudah tidur. Ia merasakan tangan biarawan itu memegangi kakinya.

Kau siapa?" tanya Zhang Mei, mencoba untuk mendorongnya pergi. "Kuil ini adalah kuil suci." Tetapi, biarawan itu malah memeluknya erat-erat. "Aku dikirim

Buddha untuk memberimu anak," katanya berbisik di telinganya. Sang biarawan mulai bermain cinta dengannya. Zhang Mei sa- ngat berpengalaman, tetapi ia merasa bahwa biarawan ini lebih berahi daripada orang-orang yang pernah ia temui dan ia mengalami kesulitan untuk mengimbanginya. Ketika biarawan itu hampir men- capai orgasme, Zhang Mei mencelupkan jarinya ke dalam botol tinta merah yang memang sudah disiapkan terlebih dahulu dan mem- buat tanda di kepalanya yang botak. Sebelum biarawan itu pergi, ia memberinya sebuah bungkusan kecil.

"Ini adalah pil untuk membantumu menjadi hamil. Minumlah tiga per sepuluh ons setiap pagi dengan air panas selama seminggu dan kau akan mempunyai anak."

Sekarang biarawan itu telah pergi. Zhang Mei merasa sedikit lelah. Ia baru hendak memejamkan matanya dan tidur ketika ia merasakan ada sentuhan di sampingnya.

"Apa? Kau lagi?" teriak Zhang Mei, berpikir bahwa orang yang datang itu adalah biarawan yang sama. "Aku lelah." "Kau salah. Aku orang lain. Aku akan

membuatmu merasa bahagia." "Tetapi, aku lelah," protes Zhang Mei. "Minumlah pil ini dan kamu tidak akan merasa lelah lagi sepanjang

malam." la pun memberinya sebuah bungkusan. Sama dengan yang pertama, Zhang Mei memberi tanda di kepala biarawan itu dengan tinta merah. Biarawan itu tidak pergi sampai menjelang subuh.

Sementara itu, Li Wan mempunyai pengalaman yang sama di kamarnya. Ketika biarawan yang pertama selesai, biarawan yang kedua muncul dari bawah lantai.

Kau sudah mendapat bagianmu," kata biarawan yang kedua kepada yang pertama. "Sekarang giliranku."

Biarawan pertama yang dahinya telah ditandai oleh Li Wan dengan tinta hitam, tertawa perlahan dan pergi. Saar biarawan yang kedua mulai menyentuh tubuhnya, Li Wan berpura-pura menghindarinya. Biarawan itu mengambil pil yang berbau harum dan memasukkan ke mulut Li Wan, lalu memaksanya untuk menelannya.

"Pil ini akan memberi kau tenaga lebih dan membuat kau gembira," bisik biarawan itu.

Li Wan merasa seluruh tubuhnya dialiri oleh kehangatan yang

membuatnya merasa meleleh. Tetapi, ia tidak melupakan tugasnya. "Betapa bagusnya kepalamu!" Sambil meraba kepala sang biarawan,

Li Wan menandainya dengan tinta hitam.

"Aku adalah seorang yang lembut dan sensitif. Aku tidak seperti biarawan yang lain. Sering-seringlah kemari untuk mengunjungiku." Ia meninggalkan Li Wan ketika pagi mulai menjelang.

Gubernur Wang meninggalkan kediamannya sekitar jam 4 pagi beserta seribu pasukan polisi. Ketika mereka tiba di biara, para pengawalnya mengumum

kan kedatangannya dengan memukul pintu keras-keras. Gubernur langsung menuju kediaman kepala biara dan menemukan biarawan itu ternyata telah bangun. Gubernur memerintahkan kepala biara untuk menyerahkan surat izin kuil dan memanggil semua biarawan untuk berkumpul di halaman depan. Kepala biara yang panik lantas membunyikan drum dan bel.

Beberapa saat kemudian, semua biarawan berkumpul. Kemudian,

gubernur memerintahkan mereka untuk melepas topi mereka. Dua dari biarawan itu ditemukan dengan tanda merah di kepalanya dan dua lainnya dengan tanda hitam.

"Di mana Anda mendapatkan tanda-tanda di kepala Anda itu? tanya sang gubernur.

Mereka saling memandang. Keempatnya tidak tahu harus me- ngatakan apa.

"Mungkin seseorang berbuat usil terhadap kami" "Baiklah. Akan saya tunjukkan siapa yang berbuat usil dengan kalian." Kemudian, Zhang Mei dan Li Wan pun dibawa ke hadapan mereka. Mereka memberi tahu gubernur tentang apa yang terjadi pada malam hari ketika mereka menginap. Semua biarawan tentu saja menjadi sangat panik.

Beberapa wanita dibawa masuk untuk diinterogasi, beberapa ber- usaha untuk menyangkal. Gubernur kemudian memerintahkan un- tuk memeriksa seluruh badan. Hasilnya adalah ditemukan sebuah bungkusan kecil berisi pil yang sama dengan yang dipunyai oleh ke- dua wanita penghibur yang disewanya. Menyadari keadaan yang sebe- narnya, para suami menjadi marah dan membawa mereka pulang. Sebuah penyelidikan mengungkapkan bahwa para biarawan telah

melakukannya selama bertahun-tahun. Para wanita harus bertubuh sehat dan muda, dan para biarawan yang bersetubuh dengan mereka harus mempunyai tubuh kuat dan bervitalitas tinggi. Mereka dibantu dengan pil khusus yang telah disiapkan oleh kuil itu. Maka, tingkat kehamilan menjadi tinggi. Ketika para wanita menemukan bahwa mereka dilecehkan, hampir semuanya tidak berani menceritakan apa yang terjadi karena takut akan merusak reputasi keluarga mereka. Beberapa dari mereka diam karena mereka menyukainya dan seringkembali lagi.

Gubernur kemudian menahan para biarawan dan membakarhabis Kuil Lotus.

Komentar: Ketika pengungkapan kejahatan para biarawan me- rupakan kesimpulan yang pasti, proses untuk mengungkapkan kejahatan tersebut kelihatannya lebih menarik dibandingkan dengan hasilnya.

You May Also Like

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · หนังสือและวรรณกรรม
Not enough ratings
22 Chs