webnovel

Insiden

"Yang Mulia, pasukan musuh sudah delapan puluh persen hancur. Apakah kita akan terus berperang?" Lapor seorang ajudan yabg telah menemaninya selama hampir sepuluh tahun

"Tidak ada ampun bagi musuh yang berusaha kembali menjajah kita. Musnahkan mereka semua" perintah seorang pria yang berusia dua puluh lima tahun

"Baik Tuan" jawab ajudannya dengan penuh hormat

"Teruskan perintah Yang Mulia. Musnahkan musuh, jangan ada tahanan" perintahnya dengan tegas dan dingin

"Baik Jenderal!" Sahut para pasukan yang sedang berada di medan perang

Suara ledakan serta tembakan dari kapal perang yang berhadapan di tengah laut, memekakkan telinga para prajurit yang bertugas

Namun seiring berjalannya waktu, suara tembakan dan ledakan semakin memudar. Tetapi suara teriakan dari para prajurit musuh semakin keras terdengar

"Tolong! Tolong kami, kami menyerah" seru para prajurit musuh yang berada di atas air berenang menggunakan jaket pelampung

Ajudan Yang Mulia yang kembali dari geladak depan kapal melaporkan

"Yang Mulia, para prajurit musuh yang berada di air saat ini telah menyerah. Apa keputusan anda?" Tanya ajudan

"Apa perintahku tidak kamu dengar? Aku memerintahkan untuk tidak mengambil tahanan. Jangan memintaku untuk mengulang perkataanku lagi" perintah Yang Mulia dengan wajah yang dingi

"Maafkan hamba Yang Mulia. Hamba akan segera mengeksekusi musuh sekarang" kata ajudan yang ketakutan hingga berkeringat dingin

"Eksekusi semua musuh, jangan biarkan ada satu pun yang hidup" perintah ajudan tersebut

Setelah perintah dari Jenderal yang menjadi ajudan Jenderal besar, jeritan terdengar dari dalam air laut yang dingin dan tercemar oleh darah pasukan musuh yang di eksekusi

Burung camar telah berkumpul di atas armada kapal perang yang berjumlah lebih dari ratusan kapal yabg bersenjatakan canggih

Setelah eksekusi berjalan, suara teriakan, rentetan tembakan telah menjadi sunyi dan di gantikan oleh suara teriakan gegap gempita dari para prajurit yang berjuang membela negara di perbatasan

"Kita menang? Kita menang. Hahahaha" teriak salah satu prajurit yang sadar dan di teruskan oleh para prajurit yang lain

"Hore!!! Kita menang, kita menang! hidup negara Empire Odessa! Hidup Yang Mulia" teriak para prajurit dari seluruh armada yang ikut berperang

Empire Odessa yang terletak di benua Arcane menjadi salah satu dari lima kerajaan yang terbesar, dengan puluhan kerajaan kecil yang menjadi persemakmuran mereka

Saat ini mereka telah memenangkan pertempuran laut yang telah berlangsung selama lebih dari enam bulan

Rasa lelah, frustasi, sedih, senang bercampur menjadi satu dengan kemenangan ini

"Yang Mulia, musuh telah di musnahkan tanpa sisa. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya ajudannya tersebut

"Biarkan mereka beristirahat selama dua hari. Obati yang terluka, minta koki untuk memasak makanan istimewa untuk mereka semua, lusa kita akan mengadakan pemakaman bagi prajurit yang gugur" perintah Yang Mulia sambil menyalakan rokok di bangku komando

"Baik Yang Mulia" jawab ajudan tersebut lalu pergi dari sampingnya

"Yang Mulia, kita sudah berada di laut selama tiga tahun berturut-turut,bukankah sudah waktunya kita pulang?" Tanya nahkoda yang betugas

"Minta bagian komunikasi menghubungi markas pusat, dan hubungkan ke layar utama" perintah Yang Mulia

"Baik Yang Mulia" jawabnya lalu memerintahkan bagian komunikasi untuk menghubungi markas pusat

Tak lama kemudian, terlihat para petinggi yang masih bersorak atas kemenangan perang yang melelahkan selama hampir tiga tahun

"Frank, bagaimana keadaan disana?" Tanya Menhan yang berdiri di depan layar

"Kami telah memenangkan pertempuran terakhir, semua musuh dari empat kekaisaran telah di musnahkan. Dan mereka tidak akan bisa pulih paling tidak selama dua puluh tahun kedepan" jelas Frank Sang Laksamana

"Yang Mulia telah mengetahui kemenangan kalian. Dan beliau mengatakan akan memberikan hadiah yang besar untuk kalian semua. Jadi kembalilah secepatnya" kata Menhan sambil tersenyum lebar

"Kami akan kembali dalam waktu tujuh hari kedepan" jawab Frank dengan wajah yang datar

"Frank, kenapa kamu tidak mengunjungi ibu dan adikmu di kampung halaman? Kami telah menyediakan vila terbesar dan perusahaan untuk kamu kelola sendiri" kata Menhan

"Terima kasih atas kebaikan Tuan Menhan dan Yang Mulia. Aku akan kembali setelah urusan di sini selesai" jawab Frank yang kemudian melihat hpnya yang bergetar

"Yang Mulia" tertulis di layar hp Frank, namun Frank tidak menjawab penggilan tersebut dan mematikan hpnya

Sementara di istana

"Sial, kenapa Frank tidak menjawab teleponku? Aku hanya ingin mengucapkan selamat atas kemenangannya. Apa dia meremehkanku?" Tanya Yang Mulia Raja yang duduk di singgasananya

"Yang Mulia, laksamana saat ini mungkin sibuk dengan para prajuritnya, dan beliau hanya ingin menikmati kemenangannya dengan yang lain" sahut penasehat Raja

"Yah, sejak aku mengenalnya di akademi militer. Dia selalu seperti itu, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Bahkan para sahabat yang lain pun tidak pernah akan mengerti jalan pikirannya" jelas Yang Mulia Kaisar sambil menghela nafas

"Apakah kamu sudah menyiapkan sertifikat tanah dan bangunan yang aku minta?" Tanya Yang Mulia Kaisar kepada penasehatnya

"Sudah Yang Mulia, kami sudah mempersiapkannya sejak Yang Mulia memberikan titah"

"Bagus kalau sudah selesai. Aku berharap dia menyukai hadiahku untuknya" kata Yang Mulia Kaisar

Sementara itu, di laut lepas Frank dan yang lainnya membersihkan area geladak kapal yang penuh dengan selongsong amunisi selama seharian penuh

Saat Frank sedang berada di kamarnya dan beristirahat hpnya kembali berbunyi, yang kemudian segera di angkat olehnya

"Halo" sapanya dengan santai

"Kakak, kakak. Tolong kami kak. Ibu... Ibu akan di penjara" suara panik wanita terdengar dari seberang

"Tunggu, ini siapa? Apa kamu Jane?" Jawab Frank dengan sedikit panik

"Kak, aku tidak bisa lama-lama menelepon atau mereka akan memotong tanganku. Kak, aku takut. Tolong kembalilah" kata Jane yang memudian menangis

"Hey, siapa yang kamu telepon hah? Kurang ajar? Kamu harus membayar jika ingin menelpon tahu?" Kata seorang pria yang terdengar dari telepon

Setelah itu terdengar suara jeritan Jane dari telepon

"Ahhkkk!!! Tanganku, tolong aku tidak akan mengulanginya lagi. Tolong jangan potong tanganku" teriak Jane sambil menangis dan menahan sakit akibat tangannya yang terinjak

"Apa kamu kakaknya Jane? Dengarkan aku. Kamu harus menbayar hutang-hutangnya nenek tua itu. Jika tidak ibumu akan kami penjarakan dan adikmu yang cantik ini akan kami jual. Aku yakin banyak hidung belang yang berani bayar mahal untuk kegadisannya. Hahaha" kata pria yang mengambil hp Jane secara paksa lalu menutup teleponnya

Mendengar suara Jane yang ketakutan serta teriakan yang kesakitan. Frank yang sudah sedari tadi kehilangan kesabarannya segera menganti baju dengan seragam kebesarannya dan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa

"Siapkan pesawat tempur, aku akan kembali sekarang" perintah Frank dengan raut wajah yang menyeramkan

"Yang Mulia. Ada apa? Mengapa anda tiba-tiba ingin kembali?" Tanya ajudannya

"Rose, ibu dan adikku dalam bahaya. Minta organisasi Naga Langit untuk segera mencari tahu di mana keberadaan ibu dan adikku" perintah Frank dengan tegas dan juga panik

"Naga Langit? Apa anda yakin Yang Mulia?" Tanya Rose kembali

"Apa wajahku tidak menunjukan keseriusan kata-kataku?" Tanya Frank di depan wajah Rose

"Ba-baik Yang Mulia" jawab Rose yang seakan nyawanya melayang di tatap Frank dengan begitu dingin

"Minta Lisa, Ruby, dan Jenny untuk kembali bersamaku" tambah Frank yang kemudian keluar dari ruangan dengan di antar seluruh staff dari seluruh armada

Sementara itu, intelejen Empire Odessa yang selalu memantau gerakan organisasi Naga Langit mendapatkan informasi bahwa 7 Naga Surgawi, 12 Naga Elemen, dan puluhan ribu pasukan Naga telah bergerak menuju Empire Odessa

Dengan kekuatan yang setara dengan sebuah kekaisaran, Empire Odesaa tidak mampu untuk membendung pergerakan organisasi Naga Langit yang sangat misterius di seluruh dunia dan hanya bisa memantau dan mengawasi pergerakan mereka dari markas

Next chapter