webnovel

bab 2

Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Rin akhirnya tiba di pusat militer Kerajaan Eldoria. Tanpa membuang waktu, dia segera diarahkan ke sebuah ruangan besar di mana beberapa perwira tinggi telah menunggunya. Mereka duduk di balik meja, siap untuk menanyainya.

Perwira 1: "Rin, kami telah menerima laporan dari Kapten mengenai keinginanmu untuk bergabung dengan tentara kekaisaran. Sebelum kami melanjutkan, kami ingin memastikan kesiapan mental dan fisikmu."

Rin berdiri tegak, menatap para perwira dengan penuh tekad.

Rin: "Saya siap menjawab pertanyaan apa pun yang diperlukan."

Perwira 2: "Ceritakan lagi tentang kejadian yang menimpa orang tuamu dan bagaimana kamu berhasil mengalahkan 42 tentara musuh."

Rin mengambil napas dalam, mengingat kembali peristiwa tragis itu.

Rin: "Orang tua saya dibunuh oleh pasukan musuh dalam serangan brutal. Saat itu, saya merasa marah dan putus asa. Saya menggunakan semua kekuatan yang saya miliki untuk melawan musuh. Saya tidak ingat semua detailnya, tetapi saya tahu bahwa saya harus bertahan dan melawan demi mereka yang sudah tiada."

Para perwira saling bertukar pandang, terkesan dengan keteguhan hati Rin.

Perwira 3: "Bagaimana dengan kesiapan mentalmu? Perang ini tidak hanya tentang fisik, tetapi juga mental yang kuat. Bagaimana kamu menghadapi kehilangan dan terus maju?"

Rin menatap lurus ke depan, matanya bersinar dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Rin: "Saya tahu bahwa kehilangan orang yang saya cintai adalah hal yang paling menyakitkan. Tetapi saya juga tahu bahwa saya tidak bisa membiarkan kematian mereka sia-sia. Saya ingin melawan demi perdamaian, demi memastikan bahwa tidak ada lagi yang harus merasakan kehilangan seperti yang saya rasakan."

Perwira 1: "Kami juga mendengar bahwa kamu menggunakan alat sihir karena kekuatan sihirmu tidak seimbang. Bagaimana kamu berencana mengatasi ini?"

Rin: "Saya berencana untuk terus berlatih dan belajar mengendalikan sihir saya. Saya yakin dengan bantuan pelatihan di akademi militer, saya akan bisa menguasai kekuatan saya dan menggunakannya untuk melindungi kerajaan."

Setelah mendengar jawaban Rin, para perwira tampak puas.

Perwira 2: "Baiklah, Rin. Kami terkesan dengan keberanian dan tekadmu. Kamu diterima untuk bergabung dengan akademi militer. Persiapkan dirimu untuk latihan yang keras dan panjang. Selamat datang di tentara kekaisaran."

Rin mengangguk dengan tegas, merasa lega dan siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Dengan langkah pasti, dia memasuki akademi militer, tempat di mana dia akan dilatih untuk menjadi prajurit yang tangguh dan siap menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Pagi itu, saat sinar mentari baru saja menyapa, terdengarlah suara alarm yang menggema keras di seluruh asrama. Bagi para siswa, itu adalah tanda bahwa pembelajaran akan segera dimulai, dan mereka harus siap dalam waktu lima menit. Rin terbangun dari tidurnya dengan gesit, menerima tantangan untuk bersiap dalam waktu singkat.

Dengan gerakan yang cepat, Rin bergegas menuju ruang kelas, bergabung dengan arus siswa lainnya yang juga sedang bergegas. Setibanya di ruang kelas, suasana sudah terasa sibuk dengan para siswa yang duduk di kursi masing-masing, menanti dengan antusiasme untuk pembelajaran pagi itu.

Instruktur mereka, seorang pria bertubuh tegap dengan aura otoritas yang tak terbantahkan, berdiri tegak di depan kelas. Di tangannya, terdapat sebilah pedang yang mengkilap, dan di pinggangnya, tergantung sebuah pistol berkilauan.

"Ini adalah pembelajaran pertama kalian," ucapnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Kita akan memulainya dengan dasar-dasar. Hari ini, kalian akan belajar tentang senjata yang akan menjadi sahabat dan pelindung kalian di medan perang: pedang dan senjata api."

Instruktur itu memulai penjelasannya dengan pedang, mengangkat senjata itu ke atas, memperlihatkan bilahnya yang terbuat dari baja berkualitas tinggi. Dia menjelaskan setiap bagian dari pedang itu, mulai dari gagang hingga ujungnya yang tajam.

Instruktur itu memulai penjelasannya dengan pedang, mengangkat senjata itu ke atas, memperlihatkan bilahnya yang terbuat dari baja berkualitas tinggi. Dia menjelaskan setiap bagian dari pedang itu, mulai dari gagang hingga ujungnya yang tajam.

"Pedang adalah senjata klasik yang telah dipakai oleh prajurit selama berabad-abad," lanjutnya. "Bilahnya terbuat dari baja yang kuat dan tajam, mampu memotong melalui logam dan tulang dengan mudah. Namun, kekuatan sejati dari pedang terletak pada kemampuan prajurit untuk menggunakannya dengan tepat."

Siswa-siswa menyimak dengan serius, mencermati setiap kata yang diucapkan instruktur dengan penuh perhatian. Mereka merasa terpukau oleh kedua senjata itu, dan menyadari betapa pentingnya memahami setiap detail dan teknik.

Kemudian, seorang siswa berani menaikkan tangannya. "Pertanyaan, Sir," ujarnya dengan penuh semangat.

Instruktur mengangguk, memberi izin pada siswa tersebut untuk bertanya.

"Saya ingin tahu, Sir, apakah ada teknik khusus untuk menggunakan pedang dengan efektif?" tanya siswa itu dengan antusiasme.

Instruktur itu tersenyum, senang dengan ketertarikan siswa pada materi pelajaran. "Tentu saja," jawabnya. "Penggunaan pedang melibatkan banyak aspek, termasuk postur tubuh, gerakan tangan, dan pernapasan. Kalian harus memahami prinsip-prinsip dasar ini dan berlatih dengan tekun untuk menguasainya."

Siswa-siswa lainnya juga menaruh perhatian pada jawaban instruktur itu, mencatat setiap kata dengan seksama. Mereka merasa terinspirasi oleh semangat belajar yang ditunjukkan oleh rekan mereka.

Pembelajaran dilanjutkan dengan penuh semangat, dan Rin menyadari bahwa setiap detik di ruang kelas itu membawa wawasan baru yang akan membantunya menjadi prajurit yang lebih baik. Dengan hati yang bersemangat, dia menyimak setiap pelajaran dengan seksama, siap untuk menantang dirinya sendiri dan berkembang di masa mendatang.

Setelah menjelaskan pedang, instruktur itu beralih ke senjata api. Dia mengambil pistolnya dan menunjukkannya ke arah siswa-siswa.

"Senjata api, seperti pistol ini, adalah tonggak utama dalam teknologi pertempuran modern," katanya. "Bilahnya terbuat dari paduan logam yang ringan namun kuat, dirancang untuk menembakkan peluru dengan kecepatan tinggi dan akurasi yang mematikan."

Siswa-siswa menyimak dengan serius, mencermati setiap kata yang diucapkan instruktur dengan penuh perhatian. Mereka merasa terpukau oleh kedua senjata itu, dan menyadari betapa pentingnya memahami setiap detail dan teknik yang terkait dengan keduanya.

Tetapi "Di era sekarang, senjata bukan lagi sekadar benda mati. Pedang dan senjata api telah berevolusi dengan penggunaan energi sihir melalui sirkuit sihir yang terintegrasi," ujarnya, memancing perhatian para siswa.

"Ini adalah terobosan terbaru dalam teknologi militer. Dengan menggunakan energi sihir, pedang dapat memancarkan serangan yang lebih kuat dan senjata api dapat menembakkan proyektil dengan kecepatan dan kekuatan yang lebih besar," jelasnya lagi, memperjelas konsep tersebut.

Para siswa mendengarkan dengan seksama, menelan setiap kata yang diucapkan instruktur. Mereka memperhatikan gambar-gambar di dinding kelas yang menjelaskan tentang konsep sirkuit sihir dan cara kerjanya dalam meningkatkan kinerja senjata.

"Ini adalah tahap baru dalam evolusi perang modern. Dan sebagai calon prajurit, kalian semua harus memahami dan menguasai teknologi ini," tambah instruktur dengan penuh semangat.

Para siswa mencatat dengan antusias setiap kata dan gambar yang dipaparkan oleh instruktur. Mereka merasa terinspirasi oleh perkembangan teknologi ini dan bertekad untuk belajar dengan tekun agar bisa menggunakan senjata dengan efektif di medan pertempuran nanti.

Setelah memperkenalkan konsep penggunaan energi sihir dalam senjata modern, instruktur dengan cermat menjelaskan apa itu sirkuit sihir kepada para murid.

"Sirkuit sihir adalah jaringan kompleks dari energi sihir yang terintegrasi ke dalam struktur senjata," ujarnya dengan suara yang penuh otoritas. "Ini berfungsi sebagai penghubung antara energi sihir dari pengguna dengan senjata itu sendiri."

"Ini mirip dengan sistem saraf manusia, di mana energi sihir bergerak melalui jalur-jalur yang ditentukan untuk memberikan kekuatan dan fungsi pada senjata," lanjutnya lagi, menjelaskan analogi yang mudah dipahami oleh para siswa.

"Ini memungkinkan senjata untuk menerima, menyimpan, dan melepaskan energi sihir sesuai kebutuhan penggunanya. Dengan demikian, senjata menjadi lebih efisien dan efektif dalam pertempuran," tambahnya, merinci peran sirkuit sihir dalam meningkatkan kinerja senjata.

Para siswa menyimak dengan antusias, mencoba memahami konsep yang kompleks namun menarik ini. Mereka merasa tertantang untuk belajar lebih lanjut tentang bagaimana sirkuit sihir dapat diterapkan dalam latihan dan pertempuran di masa depan.

"Apakah jika sirkuit sihir ini bertabrakan atau di buat secara asal-asalan akan menciptakan ledakan?"ujar seorang siswa.

"Ini benar," sahut instruktur dengan serius, menanggapi kekhawatiran tersebut. "Seperti halnya dengan teknologi apapun, penggunaan sirkuit sihir yang tidak terkontrol atau bertabrakan bisa menciptakan ledakan yang berbahaya."

"Ini sebabnya penting bagi setiap prajurit untuk memahami prinsip-prinsip dasar penggunaan energi sihir dan sirkuit sihir. Kita harus selalu memastikan bahwa penggunaan energi sihir dilakukan dengan hati-hati dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan," lanjutnya dengan serius.

"Ini adalah bagian dari latihan dan pelatihan yang akan kalian jalani di akademi. Kalian akan diajarkan bagaimana mengendalikan dan mengarahkan energi sihir dengan tepat, serta bagaimana menghindari risiko ledakan atau kegagalan sirkuit," tambahnya lagi, menekankan pentingnya pelatihan yang cermat dalam penggunaan teknologi ini.

Para siswa mendengarkan dengan serius, menyadari betapa pentingnya pengendalian diri dan pengetahuan yang mendalam dalam menggunakan energi sihir dan sirkuit sihir. Mereka bertekad untuk belajar dengan tekun agar bisa menjadi prajurit yang terampil dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi tersebut.

Instruktur: "Baiklah, saatnya untuk latihan praktik. Setiap dari kalian akan diberikan kesempatan untuk memilih senjata dan menambahkan sirkuit sihir dasar ke dalamnya. Ingatlah, tugas ini adalah ujian kemampuan kalian dalam menerapkan pengetahuan yang baru saja kalian pelajari."

(Siswa-siswa bergerak ke depan satu per satu, memilih senjata mereka masing-masing.)

Instruktur: "Baik, Rin, apa senjata yang ingin kau tambahkan sirkuit sihir?"

Rin: "Saya ingin menambahkan sirkuit sihir pada pistol Mauser C96, Sir."

Instruktur: "Pilihan yang bagus. Ambillah senjatamu dan mulailah."

(Rin mengambil pistol Mauser C96-nya dan mulai bekerja dengan tekun, mengikuti instruksi yang diberikan instruktur.)

Instruktur dengan teliti mengawasi setiap langkah yang dilakukan oleh para siswa, memberikan bantuan jika diperlukan dan menjawab pertanyaan mereka dengan sabar.

Murid: "Sir, bagaimana cara memastikan bahwa sirkuit sihir sudah terpasang dengan benar?"

Instruktur: "Penting untuk memeriksa setiap konektor dan jalur energi dengan cermat. Pastikan tidak ada kebocoran energi atau potensi bahaya lainnya. Setelah itu, lakukan uji coba untuk memastikan bahwa senjata berfungsi seperti yang diharapkan."

Sambil berbicara, instruktur membantu murid tersebut memeriksa kembali pemasangan sirkuit sihir di senjatanya.

Instruktur: "Apakah semuanya terlihat baik?"

Murid: "Ya, Sir. Saya yakin bahwa sirkuit sihir sudah terpasang dengan benar."

Instruktur: "Bagus sekali. Tetapi jangan lupakan untuk melakukan pengujian akhir sebelum menggunakan senjata tersebut di medan pertempuran."

Dengan bimbingan instruktur, murid tersebut menyelesaikan tugasnya dengan sukses, merasa lebih percaya diri dalam kemampuannya untuk mengelola dan menggunakan teknologi yang baru dipelajarinya.

Namun Beberapa siswa terlihat masih bingung dengan langkah-langkah dalam pembuatan sirkuit sihir. Mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi komponen-komponen yang diperlukan dan cara memasangnya dengan benar.

Murid: "Sir, saya masih tidak yakin bagaimana cara menghubungkan bagian ini dengan bagian lainnya."

Instruktur: "Tidak apa-apa. Mari saya bantu kamu."

Instruktur dengan sabar mendekati murid tersebut dan memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara memasang komponen yang bermasalah.

Instruktur: "Apakah sekarang sudah lebih jelas?"

Murid: "Ya, terima kasih banyak, Sir."

Instruktur: "Tidak masalah. Penting untuk bertanya jika kamu merasa bingung. Sekarang, lanjutkan pekerjaanmu dengan tekun."

Meskipun beberapa siswa mengalami kesulitan, instruktur terus memberikan bantuan dan dorongan kepada mereka, memastikan bahwa setiap siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan memahami konsep yang diajarkan.

Rin merasa frustrasi karena meskipun dia memiliki pemahaman yang baik tentang konsep sirkuit sihir, sihirnya yang tidak seimbang terus menghambat kemajuannya. Meskipun dia telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari gambar sirkuit sihir dan mencoba memahami konsep dasarnya, sirkuit yang dia buat tetap tidak bereaksi seperti yang diharapkan.

Rin: "Sir, saya tidak mengerti mengapa sirkuit sihir yang saya buat tidak bereaksi. Saya telah mengikuti instruksi dengan benar, tetapi tetap tidak berhasil."

Instruktur: "Saya mengerti, Rin. Tapi jangan putus asa. Mungkin ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan. Mari kita coba lagi."

Instruktur dengan sabar membimbing Rin melalui proses penyesuaian dan perbaikan sirkuit sihirnya. Mereka bekerja bersama-sama, mencoba berbagai metode untuk menyeimbangkan energi sihir dalam sirkuit tersebut.

Setelah beberapa percobaan, Rin akhirnya melihat tanda-tanda kemajuan. Meskipun masih ada beberapa hambatan, dia merasa lebih percaya diri bahwa dia akan bisa mengatasi masalah ini.

Rin: "Terima kasih, Sir. Saya akan terus mencoba."

Instruktur: "Tidak masalah, Rin. Kamu sudah melakukan dengan baik. Jangan ragu untuk bertanya jika kamu membutuhkan bantuan lebih lanjut. Kita akan melewati ini bersama-sama."

Rin pun menyerah dan pergi ke sebuah perpustakaan untuk mencari teori baru namun dia tidak menemukan apa-apa.

Sambil duduk di meja perpustakaan, Rin menghela nafas dalam-dalam, wajahnya terlihat lesu.

Rin: "Mengapa sihirku selalu membuat masalah? Aku sudah mencoba begitu keras, tapi tetap saja tidak ada kemajuan."

Seorang pustakawan yang melihat Rin yang sedang merenung datang mendekati Rin.

Pustakawan: "Apakah ada yang bisa saya bantu, Nak?"

Rin menatap pustakawan dengan tatapan kosong sebelum akhirnya menjawab.

Rin: "Saya hanya sedang mencari jawaban atas masalah saya. Sihirku tidak seimbang dan itu membuat sirkuit sihir selalu gagal."

Pustakawan: "Mungkin buku-buku di sini bisa membantu. Jangan putus asa, setiap masalah pasti ada solusinya."

Rin tersenyum tipis, mengangguk menghargai.

Rin: "Terima kasih, Tuan. Saya akan mencoba lagi."

Dengan semangat yang sedikit bangkit Rin pun tertarik pada sebuah buku tua yang kuno.

Dengan hati berdebar, Rin membuka buku kuno yang dia temukan di rak paling atas perpustakaan. Halaman-halaman kuno terbuka di hadapannya, mengungkapkan rahasia yang lama tersembunyi.

Rin: "Ini harus menjadi jawabannya..."

Dia membaca setiap kata dengan penuh perhatian, mencerna informasi yang terkandung di dalamnya dengan tekun.

Rin: "Jadi, material ini mampu menyerap energi sihir di sekitarnya... Interes..."

Tiba-tiba, dia terdiam, matanya berbinar-binar dengan semangat baru yang menyala di dalamnya.

Rin: "Jika aku bisa mengintegrasikan material ini ke dalam sirkuit sihir... aku bisa membuatnya lebih stabil!"

Dia merasa seperti menemukan petunjuk yang hilang selama ini, sebuah jalan keluar dari kebuntuan yang dia hadapi.

Rin: "Saya harus segera mencobanya!"

Dia menutup buku dengan mantap dan berdiri, semangatnya terbakar dengan tekad yang baru ditemukannya.

Rin: "Ayo, Rin. Kita tidak boleh menyerah sekarang."

Dengan langkah mantap, Rin meninggalkan perpustakaan, siap untuk memulai hal yang baru dalam mengatasi masalah sihirnya yang selama ini menghambatnya.

ตอนถัดไป