Dante, setelah memastikan kemenangan di medan perang, memimpin pasukan Custodesnya dan Delta Blade dari 1st Company untuk mundur dengan tertib. Thunderhawk mereka segera datang, mendarat dengan sempurna di titik evakuasi yang telah ditentukan. Dengan langkah yang tenang dan penuh wibawa, Dante dan pasukannya memasuki pesawat itu, bersiap untuk kembali ke Aquila Wings.
Sementara itu, Task Force 413, yang telah memainkan peran penting dalam serangan tersebut, perlahan ditarik mundur oleh Dante. Dia memberikan perintah untuk penarikan strategis, memutuskan untuk meninggalkan sisa-sisa Orks yang telah dikendalikan oleh Armageddon Steel Regiment untuk menyelesaikan pembersihan akhir. Rezim baja Armageddon, dengan pengalaman mereka dalam pertempuran melawan Orks, dipersiapkan untuk menghadapi sisa perlawanan tanpa dukungan tambahan.
Dari dalam Thunderhawk, Dante bisa melihat pemandangan medan perang yang perlahan mengecil di bawahnya, saat pesawat itu melaju ke atas menembus atmosfer planet Jesima III. Di langit yang gelap dengan awan tebal, siluet Aquila Wings, Gloriana Class Battleship yang menjadi markas bagi Task Force 413 mulai terlihat dari kejauhan. Kapal itu melayang megah di atas planet, seperti elang besar yang mengawasi anak-anaknya kembali dari perburuan.
Thunderhawk bergerak dengan kecepatan mantap, akhirnya mencapai posisi aman di atmosfir Jesima III. Dante dan pasukannya merasakan getaran lembut saat pesawat mereka memasuki hangar besar milik Aquila Wings. Ruang di dalam hangar dipenuhi dengan aktivitas; para teknisi dan kru bergerak cepat untuk menyambut Thunderhawk yang baru mendarat dan menyiapkan segala sesuatunya untuk perbaikan dan persiapan lebih lanjut.
Setelah Thunderhawk mendarat dengan mulus di dalam hangar, pintu pesawat terbuka, dan Dante, diikuti oleh Custodesnya dan para prajurit Delta Blade, melangkah keluar. Mereka segera disambut oleh pasukan lain yang sudah menunggu, mempersiapkan diri untuk evaluasi singkat dan persiapan operasi selanjutnya. Meski kemenangan telah diraih di permukaan Jesima III, Dante tahu bahwa tugas mereka belum selesai.
"Kalian kembali keruangan kalian dan istirahat, bersihkan diri dan armor kalian." kata Dante, "Shield Captain, dirimu?" tanya Kesh, "Aku akan melaporkan dulu apa yang terjadi ke Lord Guilliman dan Captain General." kata Dante menuju ke ruang kendali, "Lebih baik kau juga membersihkan dirimu." kata Allarach, " aku akan menyusul nanti." kata Dante.
Dante berjalan perlahan menuju ruang kendali di Aquila Wings, langkah kakinya berat. Biasanya, dia adalah lambang keteguhan, seorang pemimpin yang tidak mengenal lelah atau keraguan. Sebagai seorang Adeptus Custodes, apalagi Shield Host Captain, rasa lelah fisik hampir tak pernah dirasakan. Lebih dari itu, Dante adalah seorang Adeptus Custodes, individu yang telah dilatih dan diubah sedemikian rupa untuk menjadi penjaga terkuat Imperium. Mereka dikenal bisa berjaga selama berabad-abad di Golden Throne tanpa sedikit pun tanda-tanda kelelahan, kelaparan, atau kebutuhan duniawi lainnya.
Saat pintu ruang kendali terbuka, Dante berhenti sejenak. Ruang itu dipenuhi dengan berbagai tampilan holografik, laporan peperangan, dan komunikasi yang berlangsung antara Aquila Wings dan armada Imperium lainnya. Para teknisi dan operator sibuk dengan tugas mereka, tetapi begitu Dante melangkah masuk, suasana menjadi lebih sunyi. Semua mata tertuju pada sosok pemimpin yang sudah mereka anggap sebagai simbol ketangguhan. Namun, mereka tidak tahu bahwa di balik helm emas itu.
"Captain Nina, bagaimana situasi?" tanya Dante, "Semua berjalan sesuai perintah." "Kalau begitu sambungkan langsung ke Holy Terra." kata Dante, "Baiklah." kata Captain Nina, segera wajah Roubutte Guilliman dan Trajann Valoris segera muncul. "Captain General.... Lord Guillian...." kata Dante, "Laporkan situasi." kata Lord Guilliman, "Invasi Orks di Jesima III sudah ditangani dan Armagaedon Steel yang ada di planet tesebut sedang membersihkan sisah para Orks." kata Dante, "Kalau begitu segera mundur dan kembali ke Homeworld dari Delta Blade Chapter." kata Lord Guilliman, "Kau terlihat lelah, apa aku tidak apa-apa Dante?" tanya Trajann Valoris, "Entah kenapa aku merasa lelah..." kata Dante, "Sepertinya dia menunggumu." kata Trajann Valoris, "Siapa?" tanya Lord Guilliman, "Ayahmu, Lord Guilliman.... Shield Captain sudah dianggap sebagai temannya." kata Trajann Valoris, "Katakan pada Ayahku bagaimana Primarch yang lain bila bertemu dirinya." kata Lord Guilliman, "Kalau begitu aku menerima laporanmu, lanjutkan kerja baik Task Force 413." kata Trajann Valoris memutuskan koneksi disusu dengan Lord Guilliman.
Dante segera menuju ke ruangannya dengan cepat, setelah masuk beberapa Skull Servo dan servitor membantunya melepas armor. Dante segera membersihkan dirinya dan segera berbaring, rasa lelah yang dia rasakan cukup berat dan segera istirahat.
Saat Dante jatuh tertidur, pikirannya yang kelelahan membawanya ke dalam mimpi yang penuh kegelapan dan misteri. Dalam dunia mimpi itu, ia berdiri di tengah ruang kosong yang terasa tidak nyata, namun begitu memikat. Suara gemuruh dan bisikan-bisikan samar terdengar di sekitarnya, mengisi udara dengan aura ancaman yang tak terlihat.
Di kejauhan, sebuah sosok mulai muncul dari bayangan. Sosok pria yang besar, jauh lebih besar dari para Primarch yang dia pelajari, dengan kulit merah yang menyala seolah terbakar dari dalam. Tanduk-tanduk panjang melengkung keluar dari kepalanya, dan sayapnya—berwarna biru keunguan, berkilauan dalam cahaya yang tidak alami. Sosok itu berdiri dengan anggun, matanya menyala dengan kecerdasan yang mematikan, menatap Dante dengan pandangan yang dalam, seolah-olah dia mampu melihat ke dalam jiwa sang Shield Host Captain.
Dante merasa dadanya berdegup kencang. Dia tahu siapa sosok ini—Magnus the Red, Daemon Primarch dari Thousand Sons, pengkhianat dan agen kekacauan. Magnus, yang dulunya adalah salah satu Primarch terhebat dari Imperium, telah terjatuh ke dalam pengaruh Chaos, menjadi entitas yang kuat dan menakutkan.
Emperor, dalam bentuk spiritualnya yang penuh kekuatan, muncul dengan kemegahan yang tak terbantahkan. Sosok-Nya bercahaya keemasan, jauh lebih besar dan lebih agung daripada Magnus, dengan tatapan yang memancarkan kebijaksanaan dan kekuatan luar biasa. Setiap helai cahaya yang memancar dari-Nya membawa rasa tenang dan kekuatan, seolah-olah seluruh alam semesta merespek kehadiran-Nya.
Tanpa ragu, Dante langsung berlutut di hadapan sosok agung itu, menunjukkan rasa hormat dan kesetiaan yang mutlak kepada Sang Emperor. Di hadapan kebesaran-Nya, semua rasa lelah dan keraguan yang sebelumnya menghantui Dante menghilang, digantikan dengan keyakinan yang murni. Sang Emperor adalah pusat dari segala sesuatu yang dia perjuangkan, sumber dari harapan yang tak pernah pudar dalam menghadapi kekacauan tanpa akhir.
Sang Emperor tidak berkata apa-apa, tetapi gerakan tangan-Nya sangat jelas. Beliau menunjuk langsung ke arah Magnus, seolah-olah memperingatkan Dante, atau mungkin memberinya pesan penting. Meski tidak ada kata yang terucap, Dante memahami maksud Sang Emperor dengan segera: Magnus The Red adalah ancaman besar yang tidak boleh diremehkan. Dia adalah simbol pengkhianatan dan Chaos, musuh dari segala yang dilindungi oleh Imperium.
Dante terbangun dengan napas terengah-engah, jiwanya masih terguncang oleh mimpi yang baru saja dialaminya. Matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitarnya, dan kesadarannya perlahan kembali. Dia mendapati dirinya masih berbaring, keringat dingin dan punya perasaan yang campur aduk. Tanpa dia sadari, dia telah tertidur sepanjang hari, sesuatu yang sangat tidak biasa bagi seorang Adeptus Custodes, apalagi seorang Shield Captain seperti dirinya.
Dia menoleh ke jendela besar di ruangannya dan melihat bahwa Aquila Wing telah sepenuhnya diselimuti oleh Geller Field. Lapisan energi pelindung yang kuat ini melindungi kapal dari pengaruh kekuatan Chaos di Immaterium, saat mereka bersiap untuk melakukan perjalanan melalui Warp. Sinyal yang jelas bahwa mereka tengah mempersiapkan perjalanan kembali ke Homeworld Task Force 413 setelah pertempuran yang sengit di Jesima III.
Dante segera menyadari bahwa mimpinya mungkin lebih dari sekadar ilusi pikiran yang lelah. Pertemuan dengan Magnus the Red dan Sang Emperor dalam mimpinya mungkin adalah peringatan atau penglihatan yang dikirim oleh kekuatan yang lebih besar. Pertarungan melawan Chaos bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual. Dan dengan Magnus—Daemon Primarch yang dikenal karena kebijaksanaannya yang terbalik oleh Chaos—permainannya selalu lebih rumit daripada sekadar pertempuran di medan perang.