Sebenarnya aku tak yakin dengan apa yang telah aku lakukan dalam dua hari ini, menggunakan ilmu pelet dan ilmu lainnya kepada lawan jenis membuat aku dalam dilema tersendiri.
Jujur saja aku merasa berdosa telah membuat Bu Linda menjadi orang gila akan birahi, kendati demikian aku tahu cara menghentikannya, tapi sekali lagi rasa dendamku kepada pa Raihan kembali mengurungku niatku.
Seperti hai itu dimana aku dapat melihat Bu Linda berhubungan dengan lelaki lain di rumah tengah, aku tahu betul lelaki yang bersama Bu Linda saat itu.
"Itu sepatu milik pak RT."
Sehabis pulang dari warung aku yang melewati rumahnya dengan jelas menyaksikan kejadian tersebut, Bu Linda begitu terbakar birahi dan dengan brutal bercumbu dengan pak RT. Tapi ada satu hal yang membuat aku kesal, yaitu tidak adanya tanda-tanda kedatangan pak Raihan sore itu. Maka aku putuskan untuk pulang karena Bu Linda akan terus dlama fase tidak bisa menahan hasratnya, pelet yang berikan cukup kuat pengaruhnya.
Keesokan harinya aku keluar rumah sekedar mencari sarapan, saya sampai di rumah makan terlihat pa Raihan dan teman-temannya.
"Goblok si Linda, masa iya minta jatah ngewe sampai 4 ronde." , ujar pak Raihan.
"Haha... Goblok lu Han, sampai elu obrolin segala disini.", timpal temannya.
"Ya aneh aja anjir, mana semalam dia mau nyepong gue segala." Tambah pa Raihan.
Aku tak habis pikir dengan pak Raihan yang terlihat selalu alum memiliki sifat seperti itu, aku juga tidak menyangka kalau rahasia ranjangnya sampai di umbar di depan temannya.
Tak lama berselang aku mendengar kalau ada suara telepon dari hp pak Raihan.
"Iya ada apa mah?"
"Hah, mau minta lagi? Kan semalam udah 4 ronde."
Aku tersenyum sinis dengan perkataan pak Raihan, lambat Laun Bu Linda akan sering berhubungan dengan lelaki lain dan aku sudah mencurigai salah satu temannya pak Raihan yang sedari tadi menikmatinya obrolan yang menceritakan seputar kegiatan bercinta semalam.
Dari kejauhan akau bacakan mantra kepada temannya tersebut, tak lama berselang aku melihatnya membetulkan celananya.
"Temui Bu Linda, dia sedang gatal. Gagahi dia, temanmu tidak akan keberatan, kamu adalah teman yang baik.", aku sugestikan kepada teman pak Raihan.
"Lah, mau kemana Gus?"
Aku lihat pa Raihan bertanya kepada temannya yang aku ketahui bernama Bagus.
"Anu... Aku kebelet."
"Kan bisa disini."
"Gak enak, mending di rumah saja."
Satu langkah untuk menghancurkan pak Raihan sudah ada didepanku, kini hanya tinggal menunggu hasil saja.
Usai membeli sarapan aku segera pulang ke rumahku dan terlihat Siti sudah menunggu di depan pintu.
"Siti?"
Aku persilahkan dia masuk, nampak masih ada kemerahan pada pipi kanannya.
"Mang, Siti ketahuan."
"Ketahuan gimana?"
"Kemarin Siti ketahuan ciuman sama pacar Siti."
"Syukurlah."
Dia nampak kesal dengan aku yang berkata seperti itu.
"Lho kok malah bersyukur mang?"
"Tapi bapak kamu gak tahu kan kalau kamu udah gak perawan?"
"Iya sih mang, tapi Siti takut mang."
"Takut kenapa? Takut hamil."
Tiba-tiba saja dia terdiam, aku yang sedari tadi membelakanginya langsung membalikkan badanku. Aku menatapnya dengan tatapan nanar.
"Jangan bilang kalau kamu hamil?"
"Gak mang, cuma Siti takut aja. Siti pernah melakukannya sekali gak pakai pengaman dan pacar Siti ngeluarin di dalam."
"Segala sesuatu itu memiliki resikonya, kamu harus siap andai itu terjadi."
Muak rasanya aku kepada diriku sendiri yang bisa menasihati orang lain, sedangkan aku sendiri bisa dibilang memiliki tingkat bejat dibandingkan Siti saat ini.
Mungkin selain Tini ada satu wanita yang aku gagahi dulu, wanita yang kini sedang mengurus anak hasil benih dariku. Suaminya menerima wanita yang aku hamili, dia bahkan tidak peduli dengan anak yang dikandung oleh istrinya tersebut, karena dia sangat mencintai wanita tersebut.
"Mang, mang Anton?"
Siti membuyarkan lamunanku dan dia nampak hendak pamit.
"Lho, kamu mau kemana?"
"Sudah dah ah mang, lega rasanya sudah curhat sama mang Anton."
Hanya beberapa selang Siti pergi, tiba-tiba saja dia kembali dan mengajak aku keluar rumah. Rupanya disana ada keributan yang melibatkan warga.
"Anjing, elu tega ngewe istri sahabat elu sendiri!", terlihat pak Raihan begitu emosi dan menendang perut bagus.
"Sorry Han, gua gak tahan."
Seluruh warga membawa Bagus dan Bu Linda ke rumah pak RT, aku pun ingin menyaksikan bagaimana pak RT memainkan perannya. Karena dia sendiri telah menikmati tubuh bu Linda dengan membabi buta.
"Sekarang permainan akan segera dimulai." Senyumku cukup licik.
Bersambung